PENGANTAR
Ayat Kursiy (Ayat Al-Kursiy, ayat Kekuasaan-Nya) adalah
salah satu dari ayat yang ada pada Surah Al-Baqarah yang terdapat pada ayat
255. Ayat ini merupakan ayat yang paling agung
dalam Al-Qur’an, dan banyak manfaat dan keutamaan jika membacanya, kenapa
demikian?
Dalam sebuah Hadits yang
diriwayatkan oleh Ubay bin Ka'ab, ayat ini sebagai ayat yang paling agung dalam
Al-Qur'an, berisi tentang tentang keesaan Tuhan dan kekuasaan Tuhan yang mutlak
atas segala sesuatu dan menegaskan bahwa Dia tidak kesulitan sedikitpun dalam
memeliharanya.
Di tegaskan oleh Syeikh Abdurrahman Al-Sa'id:
"Ayat Kursiy ini termasuk ayat yang paling agung dan paling mulia, sebab
mengandung perkara yang besar dan sifat-sifat Allah Subhāna wa Ta’ālā yang mulia.
Karena keagungannya, bagi yang membaca Ayat Kursiy
akan mendapat manfaat, khasiat dan keutamaan yang diberikan oleh Allah Subhāna wa Ta’ālā. Banyak sekali Hadits
yang menjelaskan tentang kelebihan ayat kursi ini, diantaranya Hadits berikut
dibawah ini yang artinya:
Dari Ubay bin Ka’ab ia berkata: Rasulullah Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Hai Abu Mundzir, tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang
ada padamu yang paling utama?” Abu Mundzir berkata: Saya menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bertanya lagi: “Hai Abu Mundzir,
tahukah kamu, ayat manakah di antara ayat-ayat al-Qur’an yang ada padamu yang
paling utama?” Abu Mundzir berkata: “Saya menjawab, ‘Allāhu Lā Ilāha Illā Huwal Hayyul Qayyūm’. Abu Mundzir
berkata: “Lalu beliau menepuk dadaku seraya bersabda: ‘Demi Allah, semoga
dadamu dipenuhi dengan ilmu, wahai Abu Mundzir’”. (HR Muslim).
Berikut ini akan dipaparkan bagaimana memahami
kedahsyatan Ayat Kursiy ini yang akan diuraikan oleh mufassirin (para ahli tafir) sebagai
berikut dibawah ini.
MEMAHAMI
KEDAHSYATAN AYAT KURSIY
Oleh: A. Faisal Marzuki
F
|
irman Allah Subhāna Wa Ta’ālā dalam Kitab Suci
Al-Qur’an yang sering pula disebut sebagai Ayat
Kursiy (kekuasaan-Nya), terdapat pada Surah ke-2, Al-Baqarah ayat 255
tertulis sebagai berikut:
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ
Bacaan Arabnya dalam huruf Latin: allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyūm, lā ta’khużuhū sinatuw wa lā na`ūm, lahū mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa'u
'indahū illā bi`iżnih, ya'lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭūna bisyai`im min 'ilmihī
illā bimā syā`, wasi'a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya’ūduhū ḥifẓuhumā, wa huwal-'aliyyul-'aẓīm
Terjemah Arti: Allah,
tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, yang terus menerus mengurus
(makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya
tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apapun tentang ilmu-Nya melainkan
apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar. (QS Al-Baqarah
2:255)
Menurut Tafsir Al-Muyassar
Allah adalah Dzat yang tidak ada yang
berhak dihadapkan padanya uluhiyah [1]
dan ubudiyah [2] kecuali Dia, Yang
Maha hidup yang mempunyai seluruh hakikat kehidupan yang sempurna, sesuai
dengan keagungan-Nya, lagi Maha mengatur segala sesuatu, tidak mengantuk dan
tidak tidur. Semua yang ada di langit dan seluruh yang ada di bumi adalah milik-Nya.
Tidak ada seorang pun yang berani maju memberikan syafaat di sisi-Nya kecuali
dengan izin-Nya.
Pengetahuan-Nya meliputi segala
makhluk-makhluk yang ada, yang ada di masa lalu, sekarang dan di masa yang akan
datang. Dia mengetahui perkara-perkara yang akan terjadi di hadapan
makhluk-makhluk berupa hal-hal yang terjadi di masa yang akan datang, dan apa
yang telah terjadi di belakang mereka berupa perkara-perkara masa lalu. Dan
tidak seorang pun dari makhluk yang mengetahui sedikit saja dari ilmu-Nya,
selain apa yang Allah ajarkan dan tampakkan kepadanya.
Dan kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan kursi ini adalah tempat dua kaki Allah Jalla Jalaluh. Dan tidak ada yang mengetahui bentuknya selain
Allah. Memelihara keduanya (apa yang ada di langtt dan apa yang ada di bumi) tidaklah
memberatkan Allah. Dan Dia Maha tinggi dengan Dzat dan sifat-sifatNya di atas
semua makhluk-Nya, yang menghimpun seluruh sifat keagungan dan kebesaran-Nya.
Ayat ini merupakan ayat paling agung di dalam Al-Qur’an dan dinamakan dengan
sebutan Ayat Kursi. (Tafsir Al-Muyassar)
Menurut Tafsir al-Mukhtashar
Allah lah Dzat yang tiada tuhan yang
berhak disembah selain Dia semata dan tidak ada duanya. Yang Mahahidup dengan
kehidupan yang sempurna, tidak ada kematian dan tidak ada kekurangan. Yang Maha
Mengurus, Yang Mengurus segala sesuatu sendirian, tidak membutuhkan bantuan
dari satupun makhluk-Nya. Karena Dia lah semua makhluk ini bisa berdiri,
sehingga mereka semua senantiasa membutuhkan-Nya dalam kondisi apapun juga. Dia
tidak pernah dilanda rasa kantuk dan tidak pernah tidur, karena kesempurnaan
sifat kehidupan dan kepengurusan-Nya.
Dia lah satu-satunya pemilik apa yang
ada di langit dan di bumi. Tidak ada seorangpun yang dapat memberikan syafaat
kepada orang lain di sisi-Nya kecuali setelah mendapatkan izin dan restu-Nya.
Dia mengetahui semua urusan makhluk-Nya yang telah terjadi di masa lalu dan
yang belum terjadi di masa depan. Mereka tidak mengetahui apa yang diketahui
oleh Allah, kecuali sebagian kecil yang Dia kehendaki untuk Dia tunjukkan
kepada mereka.
Kursi-Nya -yaitu tempat kedua kaki
Rabb- meliputi seluruh langit dan bumi yang luas dan besar ini. Dia tidak
pernah merasa keberatan atau kesulitan untuk menjaga keduanya. Dan Dia
Mahatinggi di dalam Dzat dan sifat-sifat-Nya, lagi Mahaagung di dalam kerajaan
dan kekuasaan-Nya. (Tafsir al-Mukhtashar)
Menurut Tafsir al-Wajiz
Allah satu-satunya Dzat berhak
disembah, yang berhak menjadi Tuhan, Dzat yang Maha Hidup kekal selama-lamanya,
Dzat yang berkuasa mengatur, menjaga dan memelihara makhluk-Nya. Dia tidak
ditimpa dan dikuasai rasa kantuk dan tidur. Miliknya itu seluruh langit dan
bumi sebagai kerajaan, ciptaan dan hamba. Tidak ada yang bisa memberikan
syafaat kecuali dengan seizinNya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu di dunia dan
akhirat. Ilmu-Nya atau kuasa-Nya mencakup segala sesuatu. Tindakan menjaga
langit dan bumi itu tidak memberatkan dan mengganggu-Nya.
Dialah Dzat yang Maha Tinggi maqam-Nya,
yang Maha Kuasa lagi Maha Menaklukkan. Dialah Dzat yang memiliki keluhuran,
kebesaran, dan keagungan yang tiada tandingannya. Imam Muslim meriwayatkan
dalam shahihnya dari Ubay bin Ka’b bahwa Nabi Shalallōhu ‘Alaihi Wasallam bersabda tentang ayat kursi terkait
maknanya: “Sesungguhnya ayat kursi itu
seagung-agung ayat dari Kitab Allah Subhana
wa Ta’ala”. (Tafsir al-Wajiz)
Menurut Tafsir Zubdatut
اللهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ - Allah,
tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yakni tidak ada yang berhak disembah
kecuali Dia.
الْحَىُّ - Yang
Hidup kekal. Yakni lawan kata dari kematian. Dan Allah memiliki
kehidupan yang sempurna tidak sirna atau berubah. Dan kehidupan-Nya tidak
terdapat kekurangan.
الْقَيُّومُ
ۚ - lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Yakni yang senantiasa mengurus dan
menjaga makhluk-Nya.
سِنَةٌ - tidak
mengantuk. Yakni apa yang terjadi sebelum tidur seperti lelah dan
menutupnya kedua mata.
مَن ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ
- Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah
tanpa izin-Nya. Yakni tidak ada dari makhluk-Nya yang mampu memberi
manfaat untuk makhluk lainnya dengan syafaat maupun yang lainnya selama Allah pemberi
syafaat belum mengizinkan.
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
- Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka.
Yakni yang dihadapan mereka berupa kehidupan akhirat.
وَمَا خَلْفَهُمْ
ۖ - dan di
belakang mereka. Yakni kehidupan di dunia.
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ
- Kursi Allah meliputi (langit dan bumi). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: Al-Kursiy adalah tempat kedua kaki. Dan
diriwayatkan dari Imam Bukhari dari Said bin Jubair, Al-Kursiy adalah ilmu-Nya; pendapat ini dikuatkan oleh Imam Ath-Thabari.
Dan pendapat lain mengatakan, Al-Kursiy adalah ‘Arsy [3]
itu sendiri.
وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ
- Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya.
Yakni penjagaan langit dan bumi tidak memberatkan Allah Ta’ala, dan tidak mendapatkan sedikitpun kesusahan dari hal itu.
الْعَلِىُّ - dan
Allah Maha Tinggi. Yakni Maha Tinggi dari makhluk-makhluk-Nya dengan
ketinggian-Nya dan kekuasaan-Nya atas mereka. Ayat ini disebut juga dengan Ayat Kursiy, dan diriwayatkan Hadist-Hadist
yang shahih bahwa ayat ini adalah ayat yang paling utama dalam al-Qur’an.
Dari Ubay bin Ka’ab bahwa Rasulullah
bertanya kepadanya yang artinya: “Menurutmu ayat
mana di Kitab Allah merupakan ayat yang paling utama?” Lalu ia menjawab: “Ayat Kursi”.
Rasulullah bersabda: “Semoga dipermudahkan ilmu bagimu, Abu Munzir”.
Dan dari Asma’ binti Yazid bin As-Sakan
ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah bersabda dalam dua ayat ini (الله لا إله إلا هو الحي القيوم)
dan (آلم الله لا إله إلا هو الحي القيوم) bahwa didalamnya terdapat nama Allah
yang paling agung”. (Zubdatut Tafsir)
Tafsir Tematis
Ayat ini adalah Ayat Kursiy. Ayat yang mengandung sesuatu yang sangat agung.
Terdapat sebuah Hadits yang shohih dari Rasulullah Shalallōhu ‘Alaihi Wasallam yang menyebutkan bahwa ayat ini
merupakan ayat yang paling utama dalam Kitab Allah (Al-Qur’an).
Firman-Nya: اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
- “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)”.
Maksudnya, Allah memberitahukan
bahwasanya Dia lah satu-satunya ilah [4]
yang tunggal yang wajib untuk disembah oleh seluruh alam, tunggal dalam
uluhiyah-Nya. Dia lah Allah yang hidupnya kekal dan tidak pernah mati
selamanya, yang mengendalikan segala yang ada. Dengan demikian semua yang ada
di dunia ini sangat membutuhkan-Nya, sedangkan Dia sama sekali tidak
membutuhkan mereka, tidak akan tegak semua itu tanpa perintah-Nya.
Seluruh makhluk ini adalah ciptaan-Nya,
dan Dia lah yang mengatur seluruhnya. Sebagaiman firman-Nya: ومن آياته أن تقوم السماء والأرض بأمره
- “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah
berdirinya langit dan bumi dengan kehendak (iradah)
[5]-Nya”. (QS Ar-Rūm 30:25)
Dan firman-Nya: لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ
- “Tidak mengantuk dan tidak tidur” Artinya,
Dia selamat dari cacat (kekurangan), kelengahan dan kelalaian dalam mengurusi
makhluk-Nya. Bahkan sebaliknya, Dia senantiasa mengurus dan memperhatikan apa
yang dikerjakan setiap individu. Dan Dia senantiasa menyaksikan segala sesuatu,
tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Dan diantara kesempurnaan
sifat-Nya adalah Dia tidak pernah dikalahkan (dikuasai) oleh kantuk. Oleh
karena itu Dia juga berfirman “Dan tidak juga tidur”. Karena tidur itu lebih
kuat dari ngantuk. Dalam Hadits yang shohih yang diriwayatkan oleh Abu Musa,
telah berkata yang artinya:
Rasulullōh Shalallōhu ‘Alaihi Wasallam telah mengajarkan empat kalimat kepada
kami, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak
pernah tidur dan tidak pantas untuk-Nya tidur, Dia menurunkan dan menaikan timbangan.
Diangkat kepadanya amalan siang sebelum amalan malam. Dan amalan malam sebelum
amalan siang. Hijab-Nya terbuat dari cahaya atau api, kalaulah Dia perlihatkan
wajahnya pasti akan terbakarlah segala yang dilihatnya diantara makhluk-Nya”.
Dan firman-Nya: لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
- “Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi”.
Hal itu merupakan pemberitahukan bahwa semua makhluk dan hamba-Nya, dan berada
di dalam kerajaan-Nya, pemaksaan-Nya, dan juga kekuasaan-Nya.
Sebagaimana firman-Nya: إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آَتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا
* لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا * وَكُلُّهُمْ آَتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا - “Tidak
ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba; Dia (Allah)
benar-benar telah menentukan jumlah mereka, dan menghitung mereka dengan
hitungan yang teliti; Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri
pada hari kiamat”. (QS Maryam 19:93-95)
Dan firman-Nya: مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ
- “Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?” Ini
merupakan bagian dari keagungan, keperkasaan, dan kebesaran Allah Subhāna Wa Ta’ālā yang mana tidak
seorang pun dapat memberikan syafaat kepada orang lain, kecuali dengan
seizin-Nya. Ayat lain yang senada denga ayat ini adalah firman-Nya: وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى - “Dan
berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna,
kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai
(Nya)”. Hal ini juga sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah Hadits
tentang syafaat yang artinya: “Aku datang ke bawah Arsy, lalu aku tunduk
bersujud. Maka Dia membiarkanku selama waktu yang Dia kehendaki. Kemudian
dikatakan “Angkatlah kepalamu, katakanlah perkataanmu maka akan didengar, dan
berilah syafaat, dan engkau akan mendapatkan syafaat”. Nabi bersabda: “Kemudian
Allah memberikan suatu balasan kepadaku, lalu aku memasukan mereka ke dalam Surga”
(HR Bukhori dan yang lainnya).
Dan firman-Nya: يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ - “Allah mengetahui apa-apa yang di
hadapan mereka dan di belakang mereka”. Yang demikian itu sebagai bukti yang
menunjukan ilmu-Nya meliputi segala yang ada baik yang lalu maupun yang kini
dan yang akan datang. Sebagaiman firman-Nya yang lain saat memberitahu kepada
para Malaikat: وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَلِكَ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا
- “Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas
perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di
belakang kita dan segala yang ada di antara keduanya, dan Tuhanmu tidak lupa”.
(QS Maryam 19:64).
Firman-Nya: وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ - “Dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya”. Artinya, tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui
sesuatu pun dari ilmu Allah kecuali yang telah diajarkan dan diberitahukan oleh
Allah Ta’ālā kepadanya. Mungkin juga
makna penggalan ayat tersebut adalah, manusia tidak dapat mengetahui ilmu Allah
sedikitpun, dzat dan sifat-Nya melainkan apa yang telah diperlihatkan Allah
kepadanya. Hal itu senada denga firman-Nya pada ayat yang lain: وَلَا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْماَ - “…sedangkan
ilmu mereka tidak dapat meliputi-Nya”. (QS Thōhā 20:110).
Selanjutnya firman-Nya: وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ
وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا
ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ -
“Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
Ibnu Abi Hatim menceritakan riwayat dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud oleh
ayat ini adalah “ilmunya (ilmu Allah) meliputi langit dan bumi”. Tafsir yang
sama juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Ibnu Abbas mengatakan: “Kursi adalah
tempat pijakan dua kaki (Allah) dan `Arsy
tidak ada seorang pun yang mampu memperkirakannya”. Hal ini juga diriwayatkan Al-Hakim
dalam kitabnya Almustadrok. Abu Bakar bin Mardawih meriwayatkan Hadits dari Abu
Dzar Al-Gifari, bahwasanya dia bertanya kepada Rosulullōh Shalallōhu ‘Alaihi Wasallam tentang kursi, maka Nabi Muhammad Shalallōhu ‘Alaihi wasallam bersabda
yang artinya: - “Demi Dzat yang jiwaku ada di
tangan-Nya, tidaklah langit yang tujuh ini dan bumi yang tujuh ini jika
dibandingan dengan Kursiy, kecuali
hanya seperti cincin yang dilempar diatas padang pasir yang luas, dan perbandingan
antara Kursiy dengan `Arsy adalah seperti perbandingan cincin
itu dengan luasnya padang pasir”.
Allah Ta’ālā tidak sama sekali merasa berat dan kewalahan dalam
memelihara langit dan bumi dan semua yang ada diantara keduanya. Bahkan bagi
Allah semua itu merupakan suatu hal yang sangat mudah dan ringan. Dia mengawasi
setiap individu atas apa yang ia kerjakan, yang senantiasa memantau segala
sesuatu, sehingga tidak ada sesuatu pun yang luput dan tersembunyi dari-Nya.
Dialah Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. (Tafsir Tematis).
PENUTUP
Pada dasarnya masing-masing mufassirin (para ahli tafir) yang
mengutarakan tafsirannya masing-masing, sifatnya adalah saling melengkapi apa
yang tekandung dalam Ayat Kursiy yang luar biasa kandungannya bagi kita. Dari uraian dalam tema “Memahami Kedahsyatan Ayat Kursiy”, sungguh kekuasaan Allah - Al-Mighty God, Rabb Al-‘Alamin, kedahsyatan tergambarkan amat-amat-amat terasa
sekali.
Allah-lah satu-satunya Dzat tempat
bergantung manusia. Dzat yang berhak disembah dan diibadahi, Dzat yang Maha
Hidup kekal selama-lamanya, Dzat yang berkuasa mengatur, menjaga dan memelihara
dan menguji makhluk-Nya - apakah tetap ingat, mengikuti petunjuk-Nya, taat
beribadah kepada-Nya serta mematuhi perintah dan larangan-Nya.
Dia tidak ditimpa dan dikuasai rasa
kantuk dan tidur. Miliknya seluruh langit dan bumi sebagai kerajaan, ciptaan
dan tempat hamba-Nya hidup dan memohon pertolongan (syafaat)-Nya. Tidak ada
yang bisa memberikan syafaat kecuali dengan seizin-Nya. Ilmu-Nya meliputi
segala sesuatu di dunia dan akhirat. Ilmu-Nya atau kuasa-Nya mencakup segala
sesuatu. Tindakan menjaga langit dan bumi itu tidak memberatkan dan mengganggu-Nya.
Dialah Dzat yang Maha Tinggi maqam-Nya,
yang Maha Kuasa lagi Maha Menaklukkan. Dialah Dzat yang memiliki keluhuran,
kebesaran, dan keagungan yang tiada tandingannya.
Dengan itu diakui atau tidak, lemahnya manusia
terasa sekali. Khususnya saat ini dalam
hubungan dari Pandemic Coronavirus
jenis baru dengan nama COVID-19. Betapa cobaan hidup telah melanda dunia (secara
global) di abad kemajuan teknologi digital mutakhir yang seolah segala persoalan
manusia dapat diatasi dan tidak perlu bantuan dari “Super Natural”.
COVID-19 ukuran per individual virus
hanya sebesar 0,125 micrometer telah menghantam negara superpower baru (China) dan superpower
yang telah establish (mapan) lainnya seperti
Amerika, Inggris, Perancis, Rusia dan negara-negara Eropa lainnya, dimana
pemerintahan dan ekonominya sudah mapan dibuatnya ‘porakporanda’ ekonomi dan
warganya serta pemerintahannya sejak akhir pekan Desember 2019 sampai kini. Tak
terkecuali dengan negara-negara sedang berkembang lainnya, walau daya hantamnya
rendah dibanding negara-negara superpower
dan negara-negara maju lainnya - suatu kejadian yang tidak masuk akal manusia,
tapi kejadiannya seperti itu.
Secara global dalam siaran televisi CNN
Amerika menyebutkan yang terpapar 1.942.360 orang, mati 121.726 orang, Amerika
sendiri terpapar 583.220 orang, mati 23.654 per tanggal 14 April 2020, jam
11:33. Keadaan ini masih berlanjut (belum berhenti), baca (klik) Menyikapi
wabah Covid-19 Dalam Islam.
Obat dan vaksin pencegahnya belum ada
sampai sekarang, melainkan pengatasannya melalui ‘tinggal dirumah’ (lockdown) dan ‘jaga jarak’ (social distancing) dengan menggunakan
masker dan sarung tangan jika ada keperluan (keluar rumah) untuk mencegah meluas
wabahnya.
Disamping itu, hal ini mengakibatkan
terpuruknya kegiatan ekonomi dunia. Karena seluruh kegiatan ekonomi mandek (stagnant) seperti tutupnya restoran,
mall, tokok-toko, pertunjukan-pertunjukan umum, sekolah dan perguruan tinggi, rumah-rumah
ibadah tutup, begitu pula sebagian besar kantor-kantor, objek turis, jalan raya
sepi, dst.
Mari jadikan peristiwa Pendemic
Coronavirus Covid-19 ini menjadi pelajaran dan kembali kepada kesadaran adanya
Allah (Tuhan, God, Ketuhanan Yang Maha Esa) seperti yang dipaparkan diatas.
Semoga bermanfaat sajian tulisan ini. Billāhit
Taufiq wal-Hidāyah. Germantown,
MD, 21 Sha’bān 1441 H / 14 April 2020 M. □ AFM
CATATAN KAKI:
[1] Uluhiyah Allah
adalah mengesakan segala bentuk peribadatan hanya kepada Allah, seperti
berdo'a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan
selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah Subhāna Wa Ta’ālā dan Rasulullah Shallallāhu 'Alaihi Wasallam.
[2] ‘Ubudiyah adalah
sikap penghambaan hanya kepada Allah. Yaitu sikap merendah, menjadi hina dan
lemah dihadapan yang dihamba - Allah Subhāna
Wa Ta’ālā.
[3] ‘Arsy
adalah bentuk mashdar * (kata dasar) dari
kata kerja 'arasya – ya'risyu – 'arsyan (عَرَشَ يَعْرِشُ عَرْشًا) yang
berarti bangunan, singgasana, istana atau tahta. Di dalam Al-Qur’an, kata 'Arsy
itu disebut sebanyak 33 kali. Kata 'Arsy mempunyai banyak makna, tetapi pada
umumnya yang dimaksudkan adalah singgasana atau tahta Tuhan.
* Mashdar adalah
kata dasar, yang berarti semua kata jadian berasal dari satu kata dasar. Masdar adalah kata dasar dari suatu fi'il yang tidak ada kaitan dengan
pelaku dan waktu tertentu. ... Adalah fi'il
yang menunjukkan makna yang sedang terjadi atau akan terjadi pada masa
mendatang.
[4] Ilah
berarti entitas mutlak yang disembah, yang dicintai lebih dari apa pun, yang
dihormati dan dimuliakan .
[5] Iradah
arti
dari sifat wajib pada Allah, iradah secara bahasa dalam bahasa Indonesia
artinya adalah berkehendak. □□
REFERENSI:
https://tafsirweb.com/37567-ayat-kursi.html
https://tafsirweb.com/37567-ayat-kursi.html
Arti atau terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an diambil
dari ALFATIH, Al-Qur’an Tafsir perkata Di Sarikan Dari Tafsir Ibnu Katsir
Catatan Kaki diambil dari sumber-sumber lainnya.
□□□