Tuesday, January 22, 2019

30 Tahun di Amerika




30 TAHUN DI AMERIKA BERSAMA KELUARGA

Oleh: A. Faisal Marzuki.


D
ua tahun sebelum bersama keluarga, niat datang adalah untuk melanjutkan studi di Amerika yang dirintis 5 tahun sebelumnya. Jawaban yang ditunggu-tunggu belum datang juga. Ternyata 4 tahun kemudian ditemukan jawaban surat dari 'Faisal Foundation' Saudi Arabia,  lembaga  yang akan membiayai beasiwa, bisa. Bila sudah ada universitas yang menerimanya.

Akhir tahun 1984 ditemukan suratnya di lemari buku ayah almarhum di Rawamangun. Sedang saya tinggal di daerah Kebayoran Lama. Rupanya surat balasan di letakkan dalam rak paling atas. Ketika saya hendak mencari buku, ditemukanlah surat itu. Ternyata ibu yang meletakkannya di situ. Saya maklumi, karena ayah telah berpulang ke Rahmatullah. Satu-satunya yang dekat dengan ibu, adalah saya. Ketika sakitan yang berimplikasi butuh perhatian, adalah saya yang diharapkan. Karena saya dan adik saya adalah anak bungsu. Selalu kemana-mana dibawa, dan tinggal paling lama, sebelum berpisah karena sudah berkeluarga.

Kakak laki-laki paling tua sudah tiada, setahun setelah ayah meninggal tahun 1976. Kakak perempuan yang paling tua sebagai ‘single parent’ sibuk dengan dua anaknya. Adik perempuan, bungsu, mengikuti suami, dokter perusahaan, yang ditempatkan di luar pulau Jawa. Kakak saya yang beda umur 4 tahun, sibuk kerja, maklum karyawan swasta asing.

Kemudian saya beritahu ibu saya mendapatkan surat itu. Kelihatannya ibu kurang bahagia, karena saya ingin sekolah ke luarnegeri. Setelah saya beritahukan untuk masa depan. Baru beliau, walaupun berat, memakluminya.

10 Universitas ‘yang terbaik’ menerima saya. Latar belakang saya adalah Bachelor (B.Sc.) dalam bidang Industrial Management dan Master (M.Sc.) dalam bidang yang sama, tapi spesialnya dalam bidang Finance (Industrial Finance). Saya bekerja di perusahaan swasta pribumi yang sudah maju dengan posisi Asisten Direktur Keuangan, khusus dan bertalian dengan masalah proyek-proyek pendirian pabrik sampai operasi komersial. Dengan kualifikasi tersebut saya tidak perlu menempuh ujian GMAT, kecuali hanya TOEFEL.

Bidang yang saya pilih adalah MBA, karena sesuai dengan pekerjaan saya di usaha industri. Dipercaya menangani proyek-proyek besar dalam bidang industri pipa baja sampai diameter 16 inchi untuk minyak dan gas bumi dan proyek-proyek lainnya. Spesialisasi saya adalah ‘Industrial Project Financial Analysis’ sebelum ‘outresources’ ikut terlibat dan mendampinginya sampai ke Bank, Perindusterian/BKPM, dan Pajak.

Ketika itu tahun 1981, dalam analysisnya menggunakan ‘desktop computer’, programnya ‘Framework’ yang dikeluarkan oleh ‘Asthontate’. Program ini berisi ‘spreadsheet’, ‘words’, ‘grafik’ dalam satu disk. Framework ini telah menggunakan ‘window system’ untuk menghubungkan 3 program tersebut. Program Lotus 123 dan Wordstar belum ada ketika itu. Kemudiannya Ashtontate ini dibeli oleh Microsoft.

Nah, saya laporkanlah ke perusahaan tempat saya bekerja ini, bahwa saya akan ke Amerika untuk belajar lagi. Harapan saya adalah dapat lulus test TOEFL dengan ‘score’ 600 ini. Untuk itulah saya mengambil inisiatif belajar bahasa Inggris/TOEFLE langsung ke Amerika. Biaya sendiri dan kalau dapat langsung kuliah. Saya berjanji setamat dari kuliah ini kembali bekerja. Status cuti dan gaji yang tidak dibayar.

Duapekan hari-H berarangkat. Saya ditawar untuk tetap bekerja sambil kuliah. Gaji dinaikkan dan tetap dibayar. Uang sekolah dibayar perusahaan. Tapi jika diperlukan datang dengan tidak mengganggu jadwal kuliah. Sekolahnya di Singapur. Waktu itu saya garuk-garuk kepala. Kemudian ditanya oleh orang kedua COE perusahaan, kesediaan saya ini. Saya tolak, saya katakan sebetulnya ilmu saya sudah cukup. Saya ingin belajar ke Amerika itu untuk memperoleh secara nyata atas ‘kepiawaian’ memenaje perusahaan dan negara di Amerika ini. Pioner dalam perusahaan maju, disegala bidang usaha. Sampai-sampai menjadi negara ‘superpower’. Hal inilah yang akan saya pelajari (ingin tahu langsung) di Amerika ini, Itulah motif saya mula-mula datang ke sini.

Manusia boleh bercita-cita, tapi yang menentukan adalah yang ‘di atas’. TOEFLE 600 ini berat bagi saya, 6 bulan lamanya ‘score’ belum dapat  dicapai, saya betekad setidaknya beberapa bulan lagi dapat di capai, paling tidak setahun ini dapat. Namun di bulan ke-7 ibu sakit keras. Semua anggota keluarga minta saya pulang. Namun istri saya minta supaya mengisi formulir “green card” dv-1 sebelum pulang. Akhirnya saya isi dan poskan langsung ke kantor pos besar di Washington D. C. Kemudian pulang ke Indonesia.

Satu setangah tahun kemudian diterima. Proses pengurusan sampai keberangkatan bersama keluarga memerlukan waktu 6 bulan. Kemudian berangkat pada minggu terakhir bulan Oktober 1986, sehari kemudian datanglah di Amerika bersama keluarga.

Dalam foto terlampir saya, istri dan anak-anak yang menetap baru dua bulan. Sulung perempuan, umur 13 tahun. Tengah laki-laki, 9 tahun. Bungsu perempuan, 4 tahun. Alhamdulillah, ketiganya lulus collage, yang bungsu sampai S-3. Semuanya sudah bekerja, kecuali saya telah pensiun total sejak tahun 2010. Tapi tetap aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, membaca, dan menulis. Menyebar luaskannya melalui blog dan fb. □ AFM