30 TAHUN DI AMERIKA BERSAMA KELUARGA
Oleh: A. Faisal Marzuki.
D
|
ua tahun sebelum bersama keluarga, niat datang
adalah untuk melanjutkan studi di Amerika yang dirintis 5 tahun sebelumnya.
Jawaban yang ditunggu-tunggu belum datang juga. Ternyata 4 tahun kemudian
ditemukan jawaban surat dari 'Faisal Foundation' Saudi Arabia, lembaga yang akan membiayai beasiwa, bisa. Bila sudah ada universitas yang
menerimanya.
Akhir tahun 1984 ditemukan suratnya di lemari
buku ayah almarhum di Rawamangun. Sedang saya tinggal di daerah Kebayoran Lama.
Rupanya surat balasan di letakkan dalam rak paling atas. Ketika saya hendak
mencari buku, ditemukanlah surat itu. Ternyata ibu yang meletakkannya di situ.
Saya maklumi, karena ayah telah berpulang ke Rahmatullah. Satu-satunya yang
dekat dengan ibu, adalah saya. Ketika sakitan yang berimplikasi butuh
perhatian, adalah saya yang diharapkan. Karena saya dan adik saya adalah anak
bungsu. Selalu kemana-mana dibawa, dan tinggal paling lama, sebelum berpisah
karena sudah berkeluarga.
Kakak laki-laki paling tua sudah tiada, setahun
setelah ayah meninggal tahun 1976. Kakak perempuan yang paling tua sebagai ‘single
parent’ sibuk dengan dua anaknya. Adik perempuan, bungsu, mengikuti suami,
dokter perusahaan, yang ditempatkan di luar pulau Jawa. Kakak saya yang beda
umur 4 tahun, sibuk kerja, maklum karyawan swasta asing.
Kemudian saya beritahu ibu saya mendapatkan
surat itu. Kelihatannya ibu kurang bahagia, karena saya ingin sekolah ke
luarnegeri. Setelah saya beritahukan untuk masa depan. Baru beliau, walaupun
berat, memakluminya.
10 Universitas ‘yang terbaik’ menerima saya.
Latar belakang saya adalah Bachelor (B.Sc.) dalam bidang Industrial Management
dan Master (M.Sc.) dalam bidang yang sama, tapi spesialnya dalam bidang Finance
(Industrial Finance). Saya bekerja di perusahaan swasta pribumi yang sudah maju
dengan posisi Asisten Direktur Keuangan, khusus dan bertalian dengan masalah
proyek-proyek pendirian pabrik sampai operasi komersial. Dengan kualifikasi
tersebut saya tidak perlu menempuh ujian GMAT, kecuali hanya TOEFEL.
Bidang yang saya pilih adalah MBA, karena sesuai
dengan pekerjaan saya di usaha industri. Dipercaya menangani proyek-proyek
besar dalam bidang industri pipa baja sampai diameter 16 inchi untuk minyak dan
gas bumi dan proyek-proyek lainnya. Spesialisasi saya adalah ‘Industrial Project
Financial Analysis’ sebelum ‘outresources’ ikut terlibat dan mendampinginya
sampai ke Bank, Perindusterian/BKPM, dan Pajak.
Ketika itu tahun 1981, dalam analysisnya
menggunakan ‘desktop computer’, programnya ‘Framework’ yang dikeluarkan oleh ‘Asthontate’.
Program ini berisi ‘spreadsheet’, ‘words’, ‘grafik’ dalam satu disk. Framework
ini telah menggunakan ‘window system’ untuk menghubungkan 3 program tersebut. Program Lotus 123 dan Wordstar belum ada
ketika itu. Kemudiannya Ashtontate ini dibeli oleh Microsoft.
Nah, saya laporkanlah ke perusahaan tempat saya
bekerja ini, bahwa saya akan ke Amerika untuk belajar lagi. Harapan saya adalah
dapat lulus test TOEFL dengan ‘score’ 600 ini. Untuk itulah saya mengambil
inisiatif belajar bahasa Inggris/TOEFLE langsung ke Amerika. Biaya sendiri dan
kalau dapat langsung kuliah. Saya berjanji setamat dari kuliah ini kembali
bekerja. Status cuti dan gaji yang tidak dibayar.
Duapekan hari-H berarangkat. Saya ditawar untuk
tetap bekerja sambil kuliah. Gaji dinaikkan dan tetap dibayar. Uang sekolah
dibayar perusahaan. Tapi jika diperlukan datang dengan tidak mengganggu jadwal
kuliah. Sekolahnya di Singapur. Waktu itu saya garuk-garuk kepala. Kemudian ditanya
oleh orang kedua COE perusahaan, kesediaan saya ini. Saya tolak, saya katakan
sebetulnya ilmu saya sudah cukup. Saya ingin belajar ke Amerika itu untuk
memperoleh secara nyata atas ‘kepiawaian’ memenaje perusahaan dan negara di
Amerika ini. Pioner dalam perusahaan maju, disegala bidang usaha. Sampai-sampai
menjadi negara ‘superpower’. Hal inilah yang akan saya pelajari (ingin tahu
langsung) di Amerika ini, Itulah motif saya mula-mula datang ke sini.
Manusia boleh bercita-cita, tapi yang menentukan
adalah yang ‘di atas’. TOEFLE 600 ini berat bagi saya, 6 bulan lamanya ‘score’
belum dapat dicapai, saya betekad
setidaknya beberapa bulan lagi dapat di capai, paling tidak setahun ini dapat.
Namun di bulan ke-7 ibu sakit keras. Semua anggota keluarga minta saya pulang.
Namun istri saya minta supaya mengisi formulir “green card” dv-1 sebelum
pulang. Akhirnya saya isi dan poskan langsung ke kantor pos besar di Washington
D. C. Kemudian pulang ke Indonesia.
Satu setangah tahun kemudian diterima. Proses
pengurusan sampai keberangkatan bersama keluarga memerlukan waktu 6 bulan. Kemudian
berangkat pada minggu terakhir bulan Oktober 1986, sehari kemudian datanglah di
Amerika bersama keluarga.
Dalam foto terlampir saya, istri dan anak-anak
yang menetap baru dua bulan. Sulung perempuan, umur 13 tahun. Tengah laki-laki,
9 tahun. Bungsu perempuan, 4 tahun. Alhamdulillah, ketiganya lulus collage,
yang bungsu sampai S-3. Semuanya sudah bekerja, kecuali saya telah pensiun
total sejak tahun 2010. Tapi tetap aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan, membaca, dan menulis. Menyebar luaskannya melalui blog dan fb. □ AFM