Bulan Ramadhan adalah bulan
istimewa dan seluruh kaum muslimin adalah tuan rumahnya, Ramadhan adalah
anugerah Allah yang luar biasa. Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallama juga bersabda:
“Telah datang kepada kalian bulan
Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada
bulan itu Allah membuka pintu langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu
setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Barang siapa yang diharamkan kebaikan malam itu maka ia sungguh telah
diharamkan (dari kebaikan).” [HR. Nasa’i dan Baihaqi]
I
|
mam Ibnu Rajab al-Hanbali
mengomentari hadits ini dengan perkataannya: “Hadits ini merupakan dasar dan
dalil memberi ucapan selamat yang dilakukan kaum muslimin kepada muslimin
lainnya dengan kedatangan bulan Ramadhan, bagaimana seorang mukmin tidak
bergembira dengan dibukanya pintu surga? Bagaimana seorang mukmin tidak
bergembira dengan ditutupnya pintu neraka? Bagaimana orang yang berakal tidak
bergembira dengan masa dimana setan-setan dibelenggu?” Hendaklah kita juga mencontoh
para salaf dengan senantiasa berdoa kepada Allah agar disampaikan ke bulan
Ramadhan yang penuh dengan berbagai macam keberkahan dan keutamaan tersebut.
Shalat Tarawih
Alhamdulillah tahun ini saya
berkesempatan lagi melaksanakan ibadah puasa Ramadhan di Istanbul Turki,
kedatangan bulan Ramadhan disambut meriah oleh seluruh masyarakat. Beberapa
hari sebelum memasuki bulan Ramadhan jalan-jalan di Turki sudah dipenuhi dengan
berbagai spanduk-spanduk dan iklan yang bertemakan Ramadhan diantaranya ada
pemberitahuan iftar jama’i dan ucapan selamat Ramadhan.
Menjelang waktu magrib tiba
saya berakangkat ke Mesjid Ayub, karena pada malam pertama tarawih saya ingin
melaksanakan shalat tarawih di mesjid tersebut. Mesjid ini juga dijadikan
sebagai pusat kegiatan keagamaan dan disini pulalah dijumpai beberapa makam
shahabat nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallama, bernama Abu Ayub al Anshari rahimahullah
Lokasinya tidak begitu jauh
dari asrama tempat saya tinggal, untuk sampai ke mesjid tersebut saya harus
naik Metro Bus dan kalau di Indonesia lebih dikenal dengan Busway. Setelah
melewati beberapa stasiun saya meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.
Dalam perjalanan tersebut sebelum sampai ke mesjid Ayub saya melewati beberapa
makam sahabat nabi, salah satunya adalah sahabat yang bernama Abu Ayub al Anshari
rahimahullah, sejenak saya berhenti
di sana untuk berdo’a.
Selesai berdo’a saya menuju
tempat wudhu, saat itu saya melihat banyak sekali para pemburu berita dari
berbagai stasiun televisi yang sibuk dengan kameranya masing-masing sambil
sesekali menghentikan para jama’ah yang hendak masuk ke dalam mesjid untuk
diwawancarai. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, pada tahun ini juga semua
kegiatan yang berkaitan dengan Ramadhan diliput dan ditayangkan langsung di
stasiun-stasiun televisi.
Sesaat sebelum memasuki
pekarangan mesjid saya sempat kaget karena ternyata ruangan mesjid telah
dipenuhi oleh para jama’ah yang sudah duluan hadir untuk mengikuti pengajian
yang diadakan sebelum shalat isya, dan hampir saja tidak kebagian tempat, namun
alhamdulillah saya masih dapat juga walaupun di tangga mesjid.
Pengajian pada malam itu
membahas tentang menyambut Ramadhan dan mengambarkan betapa bulan Ramadhan
merupakan bulan yang sangat istimewa. Alangkah bahagianya kaum muslimin dengan
kedatangan bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan
ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan
bulan pembebasan dari api neraka. Bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh
segenap kaum muslimin. Intinya memberikan semangat pada para jemaah untuk dapat
melaksanakan berbagai amal ibadah sebanyak-banyaknya.
Suasana Iftar
Untuk layanan iftar, pemerintah
Turki dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mendirikan tenda-tenda yang
menyediakan makanan untuk berbuka, hal ini sudah menjadi adat kebiasaan di
Turki, makanan yang ada ditenda-tenda tersebut tidak hanya disediakan bagi
orang-orang yang berpuasa saja, namun juga dibuka untuk umum.
Suasana iftar ditenda kadang
ada serunya juga, saat itu saya dan seorang teman yang berkewarganegaraan India
duduk satu meja dengan 4 orang mahasiswa dari Monggolia yang mana sesaat
menunggu waktu iftar tiba mereka sudah tidak tahan lagi untuk segera menikmati
makanan yang dihidangkan dan salah satu orang dari mereka sampai mencicipi
makanan tersebut. Bagi mereka hal itu sah-sah saja dilakukan tidak akan
membatalkan puasanya karena memang mereka tidak menjalankan ibadah puasa dan
juga bukan muslim.
Dengan sendirinya layanan tenda
ini juga untuk memperkenalkan syiar Islam bagi para non muslim yang ada di
Turki karena Negara ini juga dipenuhi oleh para pendatang diantaranya para
mahasiswa yang sedang menjalankan study dan yang lainnya.
Kebersamaan iftar jama’i
ditenda-tenda ini sangat terasa nuansa keislamannya karena disamping bisa
membangun rasa kebersamaan antara sesama, juga masyarakat disini tetap
mempertahankan adap-adap dalam islam seperti sebelum mulai menikmati makanan
ada yang memimpin do’a begitu juga selesai makan. Layanan tenda ini juga
berbeda-beda ada yang membagikan kartu bagi para pengunjungnya ada juga yang
tidak, bedanya jika kita dapat kartu kita sudah disediakan meja dan makananpun
disajikan, sedangkan jika kita tidak memiliki kartu kita harus antri, namun
dua-duanya sangat menyenangkan karena suasana ini membuat kita bertemu dengan
banyak orang yang berbeda-beda setiap harinya.
Waktu Imsak dan iftar di
Turki
Waktu imsak berkisar pada pukul
04.00 pagi, dengan demikian saya harus bangun sekitar pukul 03.00 dini hari
untuk mempersiapkan makanan, shalat malam dan setelah sahur menunggu waktu
subuh datang untuk melaksanakan shalat subuh.
Untuk waktu iftarnya masuk pada
pukul 20.30 dengan demikian waktu puasa yang harus dijalani dalam satu hari
sekitar 16.5 jam, sedangkan shalat isya masuk pada pukul 22.00 dan selesai
shalat tarawih sekitar pukul 23.30. Shalat tarawih disini itu di setiap mesjid
yang saya kunjungi selama dua kali Ramadhan itu bilangan rakaatnya 20 dan belum
pernah saya menjumpai mesjid yang shalatnya berbeda. Perbedaannya hanya pada jumlah
rakaat dalam sekali salam karena ada mesjid yang dua rakaat sekali salam dan
ada juga yang empat rakaat sekali salam.
Suasana keseharian di
hari Ramadhan.
Masyarakat disini biasanya
senang melakasanakan iftar dipekarangan Sultan Ahmed. Biasanya selesai shalat
zuhur mereka sudah mulai berdatangan serta mengelar tikar untuk keluarga mereka
masing-masing, hal ini juga menjadi perhatian khusus dari pemerintahan kota,
dimana mereka juga difasilitasi dengan meja-meja dan kursi agar lebih leluasa
untuk menempatkan makanan yang mereka bawa untuk berbuka, setelah berbuka
mereka masih menikmati suasana dekat pekarangan tersebut karena di sana juga
disedikan pentas-pentas kesenian untuk menghibur para pengunjungnya.
Kegiatan Ramadhan lainnya juga
diisi dengan diadakannya bazaar-bazar buku islami yang memudahkan para pembeli
untuk mendapatkan buku-buku yang mereka inginkan terutama yang berkaitan dengan
Ramadhan.
Sedikit informasi, kawasan
Sultanahmet ini sendiri merupakan lokasi tujuan wisata para turis mancanegara.
Hal ini dikarenakan adanya Ayasofya dan Mesjid Biru dikawasan tersebut.[]
Kiriman: Muhammad
Nawawi, Mahasiswa program pascasarjana di Istanbul
Teknik university
Sumber:
http://www.eramuslim.com/ramadhan/ramadhan-mancanegara/suasana-ramadhan-di-istanbul-turki.htm#.V3h-2hK_qUk[][][]