SISTIM LENGKAP AJARAN ISLAM
Oleh: Ahmad Faisal Marzuki
Islam bukan agama yang
hanya diturunkan untuk masa hidup Rasulullah saw, tapi untuk masa
hidup seluruh umat manusia di muka bumi: “Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul,
sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh
kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Siapa yang berbalik kebelakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun.
Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (QS Āli ‘Imrān 3:144).
KATA PENGANTAR
S |
eperti apakah “Sistim Lengkap Ajaran Islam” (Syumuliyyah Islam)
itu? Pertanyaan ini menjadi penting untuk dijawab bukan saja untuk
meluruskan berbagai pemahaman tentang Islam yang selama ini ada keliru atau kurang
sempurna dan ada yang salah. Bersamaan dengan itu, juga, untuk membangun
komitmen ke-Islaman yang lebih utuh dalam kehidupan sehari-hari kita.
Yang terjadi selama ini bukan saja adanya kesenjangan antara pemahaman
Islam generasi sekarang dengan pemahaman generasi sahabat Rasulullah saw tentang
Islam, tapi juga ada kesenjangan antara Islam yang kita yakini sebagai “agama atau jalan hidup” dengan perilaku
sehari-hari kita sebagai “kenyataan hidup”
dan “pegangan hidup selamat di dunia dan selamat di
akhirat”
Syumul maknanya atau maksudnya
adalah lengkap (comprehensive, menyeluruh). Ini berarti dengan
dikaitkan dengan Islam, yaitu, bahwa agama Islam adalah sebuah agama yang
lengkap, bulat dan sempurna serta meliputi kehidupan dunia (dalam kosakata
dunia Barat disebut secular) dan akhirat (dalam kosakata dunia
Barat disebut religious). Artinya (ajaran) Islam itu comprehensive,
lengkap atau menyeluruh yaitu mengatur atau ajaran untuk hidup di dunia selamat
dan begitu pula akhirat selamat pula, sebagai konsekwensi percaya kepada adanya
hari akhirat - hari pembalasan.
Ajaran Islam meliputi seluruh ajaran kehidupan manusia di dunia dan
akhirat. Islam telah mengatur kehidupan manusia dengan lengkap (comprehensive) yang
meliputi: Ibadah, akhlak, ekonomi, politik, sosial kemasyarakatan, kesehatan, kebudayaan, bahasa, seni, pengetahuan, hubungan
antar negara atau bangsa, alam sekitar, falsafah, sains, undang-undang dan
sebagainya.
Dengan itu, syumuliyyah,
artinya ajaran Islam ini mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia; dari
pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara dan antar negara atau bangsa; dari
sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, lingkungan, pendidikan hingga
kebudayaan; dari etnis Arab dan non Arab - yaitu seluruh etnis manusia, dari
kepercayaan, sistim hingga akhlak; dari Adam hingga manusia terakhir; dari
sejak kita bangun tidur hingga kita tidur kembali; dari kehidupan dunia hingga
kehidupan akhirat. Jadi (ajaran) Islam mencakupi
beberapa dimensi; yaitu dimensi waktu, dimensi demografis,
dimensi geografis dan dimensi
kehidupan.
Yang dimaksud dengan dimensi waktu adalah
bahwa Islam telah diturunkan Allah swt sejak Nabi Adam hingga mata
rantai kenabian selanjutnya, kemudian ditutup pada masa Rasulullah
Muhammad saw. Dan Islam bukan agama yang hanya diturunkan untuk
masa hidup Rasulullah saw, tapi untuk masa hidup seluruh umat
manusia di muka bumi:
“Dan Muhammad hanyalah
seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat
atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik
kebelakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Āli ‘Imrān 3:144).
Yang dimaksud dengan dimensi demografis
adalah bahwa Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia dengan seluruh
etnisnya. Mereka semua sama di mata Allah swt sebagai ciptaan-Nya,
yang membedakan satu sama lain adalah atas dasar atau azas ketakwaan saja:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa diantara kamu. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS Hujurāt 49:13).
“Dan Kami tidak
mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (QS Saba’ 34:28).
Yang dimaksud dengan dimensi geografis adalah
bahwa ajaran Islam diturunkan untuk diterapkan di seluruh penjuru bumi. Maka
Islam tidak dapat diidentikkan dengan hanya kawasan Arab (Arabisme) saja
- sebagai tempat lahirnya. (Ajaran) Islam tidak mengenal sekat-sekat tanah air
(negara, dimana kita lahir atau berada dan etnis bangsa dan keturunannya), namun
berlaku bagi semua manusia yang berada di dunia ini - tidak mengenal
batasan-batasan etnis.
Dan (ingatlah), ketika Tuhamu berfirman kepada
para Malaikat: “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Mereka berkata:
“Apakah Engkau hendak menjadikan yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih, memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman:
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah 2:30).
“(Al-Qur’an) itu tidak lain adalah peringatan bagi
seluruh alam, (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang manghendaki menempuh jalan
yang lurus.” (QS At-Taqwīr
81:27-28).
“Dan Kami tidak
mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.”
(QS Al-Anbiyā’ 21:107).
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia (seluruh etnis suku bangsa yang ada di dunia) sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Saba' 34:28).
Yang
dimaksud dengan dimensi kehidupan adalah bahwa Islam membawa
ajaran-ajaran yang terkait dengan seluruh dimensi kehidupan manusia; sosial,
ekonomi, politik, hukum, keamanan, pendidikan, lingkungan dan kebudayaan.
Itulah sebabnya Allah swt menyuruh berislam secara kaffah, atau berislam dalam semua dimensi
kehidupan kita.
”Wahai orang-orang
yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan jangankah
kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh, ia (syaitan) musuh yang nyata
bagimu.” (QS Al-Baqarah
2:208).
Ini pula yang dimaksud Allah swt bahwa Ia telah
menyempurnakan agama ini dan karena itu meridhoinya sebagai agama terbaik bagi seluruh
umat manusia: ...“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku
cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”... (QS
Al-Mā’idah 5:3).
Dalam pemaparan tajuk “Sistim Lengkap Ajaran Islam” ini dibagi menjadi
dua serial tulisan yang bersambung. Silahkan menyimak kedua serial tulisan “Sistim
Lengkap Ajaran Islam (1) dan dilanjutkan ke Sistim Lengkap Ajaran Islam
(2). Tulisan edisi ke-2 sebagai lanjutan
tulisan atau penutup dari lay out yang sebelumnya.
Mudah-mudah tulisan ini mudah dicerna yang
dengan itu meningkatkan pemahaman kita tentang agama (way of life) Islam
ini dan selanjutnya amalan hidup kita terbimbing sesuai dengan (ajaran) Islam
yang dimaksud (sebenarnya). Billahit taufiq wal-Hidayah. □ AFM
MENELUSURI SISTIM LENGKAP
AJARAN ISLAM
(SYUMULIYYAH ISLAM)
MAKNA ISLAM
D |
ari akar katanya dalam bahasa
Arab, Islam mempunyai arti-arti sebagai: ● Ketundukan, ● Penyerahan Diri, ● Keselamatan. Kedamaian, ● Kesejahteraan.
Makna Islam sebagai Ketundukan dan Penyerahan diri kita temukan,
contohnya dalam Firman Allah swt dalam ayat yang tercantum
dalam Kitab Suci-Nya yang artinya:
“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain
selain agama Allah, padahal apa yang ada di langit dan di bumi berserahkan
diri (tunduk) kepada-Nya, (baik) dengan suka
maupun terpaksa, dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan.” (QS
Āli ‘Imrān 3:83).
Makna Islam sebagai keselamatan kita temukan, contohnya, dalam
ayat ini:
“Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada
orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan
orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan
seizin-Nya, dan menunjukan ke jalan yang lurus”. (QS Al-Mā’idah 5:16).
Makna Islam sebagai kedamaian kita temukan, contonya dalam ayat
ini yang artinya:
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Dia
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al-Anfāl 8:61).
Makna kesejahteraan kita temukan, contohnya, dalam
ayat ini:
“Doa mereka di dalamnya ialah: “Subhānakallāhumma”
(Maha Suci atau Sempurna Ya Tuhan Kami) dan
salam penghormatan mereka ialah: “Salam” (kesejahteraan dan kesentosaan
untukmu). Doa penutup doa mereka
ialah “Alhamdulillāhi Rabbil ‘Ālamīn” (segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam)”. (QS Yūnus 10:10).
Ber-Islam, seperti itu, berarti menundukkan dan menyerahkan diri
sepenuh-penuhnya, secara mutlak, kepada Allah swt untuk diatur
sesuai dengan kehendak-Nya. Dan kehendak-kehendak Allah swt itu
tertuang secara utuh dalam agama yang Dia (Allah) turunkan kepada umat manusia,
sebagai petunjuk abadi dalam menjalani kehidupan mereka di muka bumi, melalui
perantara seorang Rasul, Muhammad saw, yang kemudian Ia beri nama “Islam”.
Asas ketundukan dan penyerahan diri itu adalah pengakuan yang tulus dari
kesadaran yang dalam - lubuk hati - bahwa kita dan seluruh alam semesta adalah
ciptaan Allah swt. Karena itu Allah swt berhak
mengatur segenap ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Selanjutnya Allah swt menjelaskan
kehendak-kehendak-Nya dalam dua bentuk:
Pertama, kehendak
Allah swt yang bersifat pasti, mutlak dan mengikat seluruh
ciptaan-Nya, baik manusia maupun alam. Inilah yang kemudian kita sebut
dengan ‘Sunnah
Kauniyah’. Dalam pengertian ini, maka seluruh makhluk di jagad ini
telah menyatakan ketundukan dan penyerahan dirinya (ber-Islam) kepada
Allah swt.
Perhatikan firman Allah swt berikut ini yang artinya:
“Tidakkah engkau tahu, bahwa siapa yang ada di
langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan,
bintang-bintang, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak diantara
manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapat azab. Barangsiapa
dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah
berbuat apa saja yang Dia (Allah) kehendaki”. (QS Al-Hajj 22:18).
Kedua, kehendak
Allah swt yang bersifat pilihan, berupa aturan-aturan dan
pranata sistim bagi kehidupan manusia. Inilah yang kemudian kita sebut ‘Syariat
atau Agama’. Inilah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya:
“Kemudian Kami jadikan engkau mengikuti syariat
(peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau
ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS Al-Jātsiyah 45:18).
Manusia dan alam tidak bisa melepaskan diri dari kodrat sebagai ciptaan.
Karena itu setiap penolakan terhadap kehendak-kehendak Allah swt,
baik yang “kauniyah” maupun yang “syar’iyah”, selalu berarti pembangkangan
terhadap Sang Pencipta, penyimpangan dari garis kebenaran, isolasi dan benturan
dengan alam. Ujung dari pembangkangan itu adalah bahwa manusia selamanya akan
tertolak oleh Allah swt, alam semesta
dan disharmoni dalam hubungan antar sesama manusia.
Simaklah bagaimana Allah menolak mereka:
“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia
tidak akan diterima, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS Āli
‘Imrān 3:85).
Sekarang simaklah bagaimana alam mengisolasi mereka:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan
bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa
mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakannya”. (QS Al-A’rāf 7:96).
Disebutkan pula di ayat yang
lain:
“Barang siapa mempersekutukan Allah, maka
seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan
angin ke tempat yang jauh”. (QS
Al-Hajj 22:31).
Akan tetapi, apabila kehendak-kehendak Allah swt yang
diturunkan dalam bentuk syariat atau aturan
dan pranata sistim bagi kehidupan manusia, maka itu berarti bahwa Islam
– yang kemudian menjadi nama bagi syariat tersebut – adalah
jalan hidup, atau suatu sistim yang diturunkan Allah agar manusia menata
kehidupannya dengan sistim itu.
Jadi, Islam bukan hanya ritual-ritual belaka yang kita lakukan sebagai
sebentuk ketundukan kepada Allah swt. Islam jauh lebih luas dari sekedar
ritual belaka. Islam adalah sistim kehidupan yang
lengkap dan paripurna serta bersifat unversal. Ia mengatur kehidupan kita sejak
kita bangun dari tidur sampai kita tidur kembali. Ia menata kehidupan kita
sebagai individu dan masyarakat. Menata ibadah kita seperti ia menata ekonomi
dan politik kita. Ia menata hukum kita seperti ia menata kehidupan sosial
budaya kita. Ia adalah Qur’an dan pedang, masjid dan pasar, agama dan negara,
iman dan ilmu, ibadah dan seni.
Allah swt sebagai pencipta manusia, maka Dia pulalah
yang paling mengetahui apa yang dibutuhkan manusia untuk membuat kehidupannya
menjadi lebih baik. Maka hak prerogatif Allah untuk mengatur manusia (Hakimiyyatullah)
bukan saja datang kodrat-Nya sebagai Pencipta, tapi juga pengetahuan dan
keadilan-Nya.
Dan karena itu pula, penyerahan diri kita kepada-Nya bukan lahir dari
pengakuan akan kepenciptaan-Nya, tapi lahir dari pengetahuan kita tentang
pengetahuan dan keadilan-Nya serta ungkapan rasa syukur atas karunia
terbesar-Nya, yaitu agama Islam.
“Sungguh, Al-Qur’an
ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus”. (QS Al-Isrā’ 17:9).
“Maka barang siapa
yang mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak
bersedih hati”. (QS
Al-Baqarah 2:38).
“Dan berbuat baiklah
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. (QS Al-Qashash 28: 77).
Sumber:
Terjemahan ayat-ayat
berpedomankan kepada Terjemahan Tafsir Per Kata AlFatih, Pustaka AlFatih.
http://www.tayibah.com/eIslam/syumul.php
http://hidayahdieya.blogspot.com/2010/10/ciri-ciri-tasawur-islam-al-syumuliyyah.html
https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/04/10/karakteristik-islam-syumuliyyah/□□