Wednesday, November 29, 2023

Sistim Lengkap Ajaran Islam (1)


 

SISTIM LENGKAP AJARAN ISLAM


Oleh: Ahmad Faisal Marzuki


Islam bukan agama yang hanya diturunkan untuk masa hidup Rasulullah saw, tapi untuk masa hidup seluruh umat manusia di muka bumi: “Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik kebelakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. (QS Āli ‘Imrān 3:144).

 


KATA PENGANTAR


S

eperti apakah Sistim Lengkap Ajaran Islam (Syumuliyyah Islam) itu? Pertanyaan ini menjadi penting untuk dijawab bukan saja untuk meluruskan berbagai pemahaman tentang Islam yang selama ini ada keliru atau kurang sempurna dan ada yang salah. Bersamaan dengan itu, juga, untuk membangun komitmen ke-Islaman yang lebih utuh dalam kehidupan sehari-hari kita.

   Yang terjadi selama ini bukan saja adanya kesenjangan antara pemahaman Islam generasi sekarang dengan pemahaman generasi sahabat Rasulullah saw tentang Islam, tapi juga ada kesenjangan antara Islam yang kita yakini sebagai agama atau jalan hidup dengan perilaku sehari-hari kita sebagai kenyataan hidup dan pegangan hidup selamat di dunia dan selamat di akhirat

   Syumul maknanya atau maksudnya adalah lengkap (comprehensive, menyeluruh).  Ini berarti dengan dikaitkan dengan Islam, yaitu, bahwa agama Islam adalah sebuah agama yang lengkap, bulat dan sempurna serta meliputi kehidupan dunia (dalam kosakata dunia Barat disebut secular) dan akhirat (dalam kosakata dunia Barat disebut religious). Artinya (ajaran) Islam itu comprehensive, lengkap atau menyeluruh yaitu mengatur atau ajaran untuk hidup di dunia selamat dan begitu pula akhirat selamat pula, sebagai konsekwensi percaya kepada adanya hari akhirat - hari pembalasan.

   Ajaran Islam meliputi seluruh ajaran kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Islam telah mengatur kehidupan manusia dengan lengkap (comprehensive) yang meliputi: Ibadah, akhlak, ekonomi, politik, sosial kemasyarakatan, kesehatan, kebudayaan, bahasa, seni, pengetahuan, hubungan antar negara atau bangsa, alam sekitar, falsafah, sains, undang-undang dan sebagainya.

   Dengan itu, syumuliyyah, artinya ajaran Islam ini mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia; dari pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara dan antar negara atau bangsa; dari sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, lingkungan, pendidikan hingga kebudayaan; dari etnis Arab dan non Arab - yaitu seluruh etnis manusia, dari kepercayaan, sistim hingga akhlak; dari Adam hingga manusia terakhir; dari sejak kita bangun tidur hingga kita tidur kembali; dari kehidupan dunia hingga kehidupan akhirat. Jadi (ajaran) Islam mencakupi beberapa dimensi; yaitu dimensi waktu,  dimensi demografis,  dimensi geografis  dan dimensi kehidupan.

   Yang dimaksud dengan dimensi waktu adalah bahwa Islam telah diturunkan Allah swt sejak Nabi Adam hingga mata rantai kenabian selanjutnya, kemudian ditutup pada masa Rasulullah Muhammad saw. Dan Islam bukan agama yang hanya diturunkan untuk masa hidup Rasulullah saw, tapi untuk masa hidup seluruh umat manusia di muka bumi:

“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Siapa yang berbalik kebelakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Āli ‘Imrān 3:144).

   Yang dimaksud dengan dimensi demografis adalah bahwa Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia dengan seluruh etnisnya. Mereka semua sama di mata Allah swt sebagai ciptaan-Nya, yang membedakan satu sama lain adalah atas dasar atau azas ketakwaan saja:

“Wahai manusia!  Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (QS Hujurāt 49:13).

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Saba’ 34:28).

   Yang dimaksud dengan dimensi geografis adalah bahwa ajaran Islam diturunkan untuk diterapkan di seluruh penjuru bumi. Maka Islam tidak dapat diidentikkan dengan hanya kawasan Arab (Arabisme) saja - sebagai tempat lahirnya. (Ajaran) Islam tidak mengenal sekat-sekat tanah air (negara, dimana kita lahir atau berada dan etnis bangsa dan keturunannya), namun berlaku bagi semua manusia yang berada di dunia ini - tidak mengenal batasan-batasan etnis.

Dan (ingatlah), ketika Tuhamu berfirman kepada para Malaikat: “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”. Mereka berkata: “Apakah Engkau hendak menjadikan yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih, memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?” Dia berfirman: “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah 2:30).

“(Al-Qur’an) itu tidak lain adalah peringatan bagi seluruh alam, (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang manghendaki menempuh jalan yang lurus.” (QS At-Taqwīr 81:27-28).

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiyā’ 21:107).

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia (seluruh etnis suku bangsa yang ada di dunia) sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Saba' 34:28).

   Yang dimaksud dengan dimensi kehidupan adalah bahwa Islam membawa ajaran-ajaran yang terkait dengan seluruh dimensi kehidupan manusia; sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, pendidikan, lingkungan dan kebudayaan. Itulah sebabnya Allah swt menyuruh berislam secara kaffah, atau berislam dalam semua dimensi kehidupan kita.

”Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan jangankah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh, ia (syaitan) musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah 2:208).

   Ini pula yang dimaksud Allah swt bahwa Ia telah menyempurnakan agama ini dan karena itu meridhoinya sebagai agama terbaik bagi seluruh umat manusia: ...Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”... (QS Al-Mā’idah 5:3).

   Dalam pemaparan tajuk “Sistim Lengkap Ajaran Islam” ini dibagi menjadi dua serial tulisan yang bersambung. Silahkan menyimak kedua serial tulisan “Sistim Lengkap Ajaran Islam (1) dan dilanjutkan ke Sistim Lengkap Ajaran Islam (2).  Tulisan edisi ke-2 sebagai lanjutan tulisan atau penutup dari lay out yang sebelumnya.

     Mudah-mudah tulisan ini mudah dicerna yang dengan itu meningkatkan pemahaman kita tentang agama (way of life) Islam ini dan selanjutnya amalan hidup kita terbimbing sesuai dengan (ajaran) Islam yang dimaksud (sebenarnya). Billahit taufiq wal-Hidayah. □ AFM



MENELUSURI SISTIM LENGKAP AJARAN ISLAM

 (SYUMULIYYAH ISLAM)


MAKNA ISLAM

D

ari akar katanya dalam bahasa Arab, Islam mempunyai arti-arti sebagai:  ● Ketundukan, ● Penyerahan Diri, Keselamatan.  Kedamaian, Kesejahteraan.

   Makna Islam sebagai Ketundukan dan Penyerahan diri  kita temukan, contohnya dalam Firman Allah swt dalam ayat yang tercantum dalam Kitab Suci-Nya yang artinya:

“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang ada di langit dan di bumi berserahkan diri (tunduk) kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan.” (QS Āli ‘Imrān 3:83).

   Makna Islam sebagai keselamatan kita temukan, contohnya, dalam ayat ini:

“Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjukan ke jalan yang lurus”. (QS Al-Mā’idah 5:16).

   Makna Islam sebagai kedamaian kita temukan, contonya dalam ayat ini yang artinya:

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al-Anfāl 8:61).

   Makna kesejahteraan kita temukan, contohnya, dalam ayat ini:

“Doa mereka di dalamnya ialah: Subhānakallāhumma” (Maha Suci atau Sempurna Ya Tuhan Kami) dan salam penghormatan mereka ialah: Salam (kesejahteraan dan kesentosaan untukmu). Doa penutup doa mereka ialah Alhamdulillāhi Rabbil ‘Ālamīn” (segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam)”. (QS Yūnus 10:10).

   Ber-Islam, seperti itu, berarti menundukkan dan menyerahkan diri sepenuh-penuhnya, secara mutlak, kepada Allah swt untuk diatur sesuai dengan kehendak-Nya. Dan kehendak-kehendak Allah swt itu tertuang secara utuh dalam agama yang Dia (Allah) turunkan kepada umat manusia, sebagai petunjuk abadi dalam menjalani kehidupan mereka di muka bumi, melalui perantara seorang Rasul, Muhammad saw, yang kemudian Ia beri nama “Islam”.

   Asas ketundukan dan penyerahan diri itu adalah pengakuan yang tulus dari kesadaran yang dalam - lubuk hati - bahwa kita dan seluruh alam semesta adalah ciptaan Allah swt. Karena itu Allah swt berhak mengatur segenap ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Selanjutnya Allah swt menjelaskan kehendak-kehendak-Nya dalam dua bentuk:

Pertama, kehendak Allah swt yang bersifat pasti, mutlak dan mengikat seluruh ciptaan-Nya, baik manusia maupun alam. Inilah yang kemudian kita sebut dengan Sunnah Kauniyah’. Dalam pengertian ini, maka seluruh makhluk di jagad ini telah menyatakan ketundukan dan penyerahan dirinya (ber-Islam) kepada Allah swt.

   Perhatikan firman Allah swt berikut ini yang artinya:

“Tidakkah engkau tahu, bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang-bintang, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak diantara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapat azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia (Allah) kehendaki”. (QS Al-Hajj 22:18).

Kedua, kehendak Allah swt yang bersifat pilihan, berupa aturan-aturan dan pranata sistim bagi kehidupan manusia. Inilah yang kemudian kita sebut ‘Syariat atau Agama’. Inilah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya:

“Kemudian Kami jadikan engkau mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS Al-Jātsiyah 45:18).

   Manusia dan alam tidak bisa melepaskan diri dari kodrat sebagai ciptaan. Karena itu setiap penolakan terhadap kehendak-kehendak Allah swt, baik yang “kauniyah” maupun yang “syar’iyah”, selalu berarti pembangkangan terhadap Sang Pencipta, penyimpangan dari garis kebenaran, isolasi dan benturan dengan alam. Ujung dari pembangkangan itu adalah bahwa manusia selamanya akan tertolak oleh Allah swt, alam semesta dan disharmoni dalam hubungan antar sesama manusia.

   Simaklah bagaimana Allah menolak mereka:

“Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. (QS Āli ‘Imrān 3:85).

   Sekarang simaklah bagaimana alam mengisolasi mereka:

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka  sesuai  apa yang telah mereka kerjakannya”. (QS Al-A’rāf 7:96).

Disebutkan pula di ayat yang lain:

“Barang siapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh”. (QS Al-Hajj 22:31).

   Akan tetapi, apabila kehendak-kehendak Allah swt yang diturunkan dalam bentuk syariat atau aturan dan pranata sistim bagi kehidupan manusia, maka itu berarti bahwa Islam – yang kemudian menjadi nama bagi syariat tersebut – adalah jalan hidup, atau suatu sistim yang diturunkan Allah agar manusia menata kehidupannya dengan sistim itu.

   Jadi, Islam bukan hanya ritual-ritual belaka yang kita lakukan sebagai sebentuk ketundukan kepada Allah swt. Islam jauh lebih luas dari sekedar ritual belaka. Islam adalah sistim kehidupan yang lengkap dan paripurna serta bersifat unversal. Ia mengatur kehidupan kita sejak kita bangun dari tidur sampai kita tidur kembali. Ia menata kehidupan kita sebagai individu dan masyarakat. Menata ibadah kita seperti ia menata ekonomi dan politik kita. Ia menata hukum kita seperti ia menata kehidupan sosial budaya kita. Ia adalah Qur’an dan pedang, masjid dan pasar, agama dan negara, iman dan ilmu, ibadah dan seni.

   Allah swt sebagai pencipta manusia, maka Dia pulalah yang paling mengetahui apa yang dibutuhkan manusia untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka hak prerogatif Allah untuk mengatur manusia (Hakimiyyatullah) bukan saja datang kodrat-Nya sebagai Pencipta, tapi juga pengetahuan dan keadilan-Nya.

   Dan karena itu pula, penyerahan diri kita kepada-Nya bukan lahir dari pengakuan akan kepenciptaan-Nya, tapi lahir dari pengetahuan kita tentang pengetahuan dan keadilan-Nya serta ungkapan rasa syukur atas karunia terbesar-Nya, yaitu agama Islam.

“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke  (jalan) yang paling lurus”. (QS Al-Isrā’ 17:9).

“Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati”. (QS Al-Baqarah 2:38).

“Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. (QS Al-Qashash 28: 77).

 

 Bersambung ke (klik--->): Sistim Lengkap Ajaran Islam (2) □ AFM

 

Sumber:

Terjemahan ayat-ayat berpedomankan kepada Terjemahan Tafsir Per Kata AlFatih, Pustaka AlFatih.

http://www.tayibah.com/eIslam/syumul.php

http://hidayahdieya.blogspot.com/2010/10/ciri-ciri-tasawur-islam-al-syumuliyyah.html

https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/04/10/karakteristik-islam-syumuliyyah/□□