Monday, May 20, 2019

Memahami Keluasan Makna Taqwa




KATA PENGANTAR

K
ata taqwa sering kita dengar, saking seringnya, seringkali kita kehilangan makna yang sebenarnya. Padahal taqwa ini sangat berguna bagi kehidupan kita. Manusia sedunia yang populasinya sudah mencapai tujuh setengah miliar sangat membutuhkan taqwa. Kalau tidak kita menjurus kepada chaos of globalisation yang lebih dasyat lagi. Kenapa? Karena ujung daripada ketidaksependapatan yang saling memaksa dalam berfikir dapat menimbulakn konflik hebat antar kelompok bangsa. Lebih luas lagi antar kelompok bangsa-bangsa, menurut catatan sejarah, mengakibatkan perang.

Peperangan yang akan datang lebih berbahaya lagi. Dulu senjata bom atom hanya dimiliki Amerika dan USSR (sekarang Rusia). Sekarang yang mempunyai senjata nuklir bertambah. Kini dimiliki pula oleh China, Korea Utara, Pakistan, India, Inggris, Prancis, Israel. Dulu saja korban PD II 80 juta jiwa, setengah jutanya korban karena Bom Atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Sekarang daya rusaknya beribu kali, karena kualitasnya tidak sama dengan Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki, namanya 'nuclear missile'. Yaitu Peluru Kendali (Rudal)  berkepala Nuklir yang bisa disetel kepada kota di seluruh dunia mana saja yang akan menjadi sasarannya. Tambah lagi Senjata Kuman dan Senjata Kimia lainnya. Begitu dahsyatnya perang yang akan datang itu!

Pergaulan atau hidup sesama manusia bukan hanya memerlukan sains dan tekologi saja. Lebih dari itu adalah ‘akhlakul karima’ yang orang umum sering menyebutkannya ‘moral integritas’. Tanpa ini kacaulah dunia seperti disebutkan diatas.

Datangnya konsep ‘akhlakul karima’ atau ‘moral integritas’ dari Tuhan Maha Pencipta Alam Semesta dan Manusia. Artinya tidak datang dari buah pikiran manusia. Karena pada dasarnya yang mendominasi manusia adalah ditimbulkan serta memperturutkan saja apa yang timbul dari rasa ego-nya. ‘Ego pribadi’ atau ‘ego kelompok’, bahkan lebih dari itu adalah ‘ego bangsa’, bahkan 'ego antar kelompok bangsa’.

Motornya penggeraknya adalah ‘hawa nafsu’ atau dalam istilah politik ‘interest’. Hal inilah yang menimbulkan pertentangan manusia yang berperang dengan menggunakan rudal berkepala nuklir sebagai bahaya sangat dahsyat berikutnya.

Padalah konsep adanya bangsa dan suku (warna kulit, bahasa, negara, kelompak-kelompok negara) dalam Konsep Ajaran Islam adalah untuk saling kenal-menganal (ta’aruf) [1] yang (mestinya) menimbulkan ‘3T1I’- Ta’aruf; Tafahum; Ta’awun dan Itsar. [2]

Selanjutnya agar lebih terasa nilai yang sebenarnya dari makna taqwa ini mari ikuti urainnya seperti berikut ini.




MEMAHAMI KELUASAN MAKNA TAQWA
DAN MANFAATNYA BAGI KEHIDUPAN
UMMAT MANUSIA
Oleh: A. Faisal Marzuki


Bertaqwalah pada Allah dimana saja kamu berada. Iringilah perbuatan buruk (yang sudah menjadi kebiasaan burukmu itu) dengan perbuatan baik. Niscaya perbutan yang baik itu akan menghapuskan (dosa perbuatan buruk itu, dan sadar diri bahwa perbuatan buruk itu mesti dihindari), dan bergaulah dengan manusia dengan pergaulan yang baik” [HR At-Tirmidzi]



PENDAHULUAN

T
ujuan dari shaum (puasa) itu apa? Seperti yang tertulis dalam firman Allah SWT di surah Al Baqarah ayat 13, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. Dengan ayat tersebut makna dari tujuan orang puasa adalah tidak lain adalah agar mencapai level ‘taqwa’.

Nah, apakah arti atau makna ‘taqwa’ itu sendiri? Seseorang yang ingin introspeksi ketaqwaan kepada dirinya (bukan kepada orang lain) harus memahami arti taqwa berikut juga dengan ciri-cirinya.

Takwa adalah seseorang beramal (karena) ketaatan pada Allah atas petunjuk (cahaya) dari Allah karena mengharap ‘rahmat’-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena petunjuk (cahaya) dari Allah karena takut akan ‘siksa’-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah.


Pengertian Taqwa secara etimologis

Taqwa berasal dari kata waqa-yaqi- wiqayah yang artinya menjaga diri (berbuat salah dan dosa), menghindari dan menjauhi (perbuatan buruk). Sedangkan pengertian ‘taqwa’ secara terminologi adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran, yaitu dengan mengerjakan segala perintah-Nya, dan tidak melanggar, dengan menjauhi segala larangan-Nya serta takut (waspada) terjerumus dalam perbuatan dosa. Kata taqwa terulang dalam Al-Qur’an sebanyak 259 kali dengan segala derivasinya.

Kata taqwa mana mengandung makna yang cukup beragam, di antaranya: memelihara (perbuatan baik), menghindari (dari berbuat salah), menjauhi (dari perbuatan buruk), menutupi (segala kekurangannya dengan perbuatan baik), dan menyembunyikan (aib yang hanya Allah saja mengetahui karena menghindari fitnah yang tidak perlu).


AJARAN ISLAM DALAM BERTAQWA

A
jaran Islam yang berhubungan dengan taqwa dan ciri dari orang-orang yang bertaqwa banyak sekali terdapat di dalam Al-Qur’an. Malah Al-Qur’an lah yang menguraikan dan mengabarkan tentang ketaqwaan ini dan menggambarkan pula ciri-ciri orang yang bertaqwa sebagai berikut:

Mengamalkan Taqwa Melalui Ta’aruf

“Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (ta’aruf). Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguha Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS Al-Hujurāt  49:13]


Membenarkan Yang Benar itu Perbuatan yang Baik

Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhannya. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik,” [QS Az-Zumar 39:33-34]


Bersabar menghadapi cobaan dengan Taqwa

Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. (Padahal) Jika kamu bersabar dan bertaqwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan. [QS Āli ‘Imrān 3:120]


Berinfaq, Menahan Amarah, dan Pemaaf

“(yaitu) orang infak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” [QS Āli ‘Imrān 3:134]


Ingat Kesalahan segera mohon Ampun dan selalu menghindari Perbuatan Keji

“dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi (menganiaya) diri sendiri, (segera) megingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” [QS Ali ‘Imran 3:135]


Selalu Bertaqwa mendapat Kemenangan

Sungguh, orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan. [QS An-Naba’ 78:31]. Dijelaskan dalam suatau hadist bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Taqwa itu terletak di sini”, sambil beliau SAW menunjuk ke dada (bahasa Indonesia sring disebut hati) beliau tiga kali. Rasulullah SAW dalam do’a beliau, “Ya Allah, anugerahkanlah kepada jiwaku ketaqwaannya, dan sucikanlah jiwaku (dengan ketaqwaan itu), Engkau-lah Sebaik-baik Yang Mensucikannya, (dan) Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya.”


Beriman kepada yang Ghaib, mendirikan Shalat dan Berinfaq

(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat dan menginfakkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka,” [QS Al-Baqarah 2:3]


Beriman kepada Kitab-Kitab Allah dan adanya Akhirat

dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS Al-Baqarah 2:4)


Bukan menghadap ke Timur dan ke Barat, tapi…

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, Hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada keraba, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir kehabisan bekal), peminta-minta; dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janjinya apabila  berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Baqarah 2:177).


Berpuasa Ramadhan

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa, (QS Al-Baqarah 2:183)


Tidak Silau dengan Keindahan Duniawi

Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang-orang yang kafir, dan mereka menghina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu berada di ata mereka pada di Hari Kiamat.” (QS Al-Baqarah 2:212)


Selalu Berbuat Kebajikan

Dan kebajikan apa pun yang mereka kerjakan, tidak ada yang mengingkarinya.  Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang ber-taqwa. (QS ‘Āli ‘Imrān 3:115)


PENUTUP

T
aqwa adalah sikap jiwa yang berintikan kesadaran Ketuhanan dan perilaku muslim dalam menjaga, memelihara dan melindungi dirinya dalam hubungan dengan Allah, sehingga terpelihara nilai dan harkat kemanusiannya dalam menuju puncak hubungan yang suci dengan Allah SWT dan bermanfaat atau mempunyai efek kepada hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya.

Fokus penulisan ini adalah untuk menjelaskan tentang makna taqwa, ciri-ciri orang yang bertaqwa, istiqamah dalam bertaqwa, realisasi taqwa, serta taqwa sumber kemenangan dan keselamatan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa taqwa adalah benteng hati yang kokoh yang mendorong kepada perbuatan kebajikan, pertahanan diri dari kejahatan dan dosa yang dimanifestasikan pada prilaku.

Taqwa bukan sekedar benteng batin, sikap jiwa yang bergerak menuju kesucian (kebersihan jiwa yang menimbukkan akhlakul karimah - moral dan integritas yang baik). Tapi juga mencakup prilaku insan dalam hubungannya dengan Tuhan yang implikasinya terlihat pada semua aspek hidup seperti ibadah, amal shaleh, ihsan dan hubungan sesama manusia dan manusia dengan alam lingkungannya.

Demikianlah uraian tajuk diatas. Semoga bermanfaat. “Maha Sempurna Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.” Billāhit Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM



Catatan Kaki:
[1] [QS Al-Hujurāt 49:13]
[2] 3T1I - Wahai manusia! Sungguh Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu TA’ARUF (saling kenal mengenal, artinya kemauan orang yang siap hidup bersama dengan orang atau bangsa lain dalam ‘perbedaan’). [QS Al-Hujurāt 49:13].
Prinsip TA’ARUF ini meliputi 3T1I. Yaitu: Ta’aruf; Tafahum; Ta’awun dan Itsar. Maknanya adalah (T) Ta’aruf yakni saling mengenal; (T) Tafahum yakni saling memaklumi latar belakang hidup, keyakinan dan pandangan hidup; namun dapat melakukan (T) Ta’awun yakni kerja sama dalam masalah hubungan sesama manusia; (I) Itsar yakni tidak saling bertengkar, tidak saling memusuhi, tidak saling memerangi. □□