NAGARI SUNGAI BATANG, MANINJAU
Bergeliat Membangun Daerahnya
Oleh: A. Faisal Marzuki
B
|
ung Karno, nama lengkapnya Ir. Haji Soekarno,
Presiden pertama Republik Indonesia pernah berkunjung ke Maninjau. Setelah
mengelilingi daerah ini beliau sangat terpesona - mempunyai kesan amazing - kepada daerah ini. Kesan amazing ini beliau ucapkan dalam bentuk
sebuah pantun:
"Jika
adik memakan pinang, Makanlah dengan sirih hijau. Jika Adik datang ke Minang,
Jangan lupa singgah ke Maninjau." [Soekarno]
Maninjau yang disebut juga Salingka Danau
Maninjau, karena selingkar danau nan indah ini berdirilah rumah penduduk,
sekolah, madrasah, pesantren, mesjid dan surau serta balairung, rumah adat, kantor-kantor
dan hotel, resort, rumah sewa bagi wisatawan atau turis baik lokal, luar daerah, dan luar negeri.
Masalah
Namun dalam satu dasawarsa belakangan ini
danaunya telah tercemar akibat pemanfatan usaha ekonomi keramba-apung yang
salah kaprah di air tepian salingka danau ini yang jumlahnya hampir ratusan ribu. Keramba
adalah wadah budi daya ikan berupa kandang jaring yang rangkanya terbuat dari
bambu atau papan kayu yang diikatkan kepelambung yang terbuat dari tong besi
atau plastik yang mengambang diatas air.
Pemeliharaan ikan dengan keramba di danau ini memiliki
permasalahan di antaranya rentan terhadap pencemaran air dan sampahnya (sisa
pakan dan tinja ikan) mendangkalkan danau yang pada suatu waktu mencemari pula
ikan tersebut. Ribuan ton bangkai ikan mengambang ini menambah pula pencemaran air danau serta
baunya yang sangat sengak yang kurang sedap ini telah menusuk hidung.
Dampak negarifnya bukan sampai disitu saja, melainkan
ikan asli dan biotis lainnya yang telah hidup lama yang menempati air danau ini berkurang dan terancam punah. Demikian pula
halnya dengan para pengunjung wisatawan yang tadinya diharapkan meningkat
malah sebaliknya lama-kelamaan menjadi berkurang, karena bau airnya dan sampah-sampah sekitar karamba-apung danau yang telah menggenangi air danau bertambah, begitu pula pada tepian danau.
Penanggulangannya
Belajar dari pengalaman tersebut, usaha mengatasinya
sedang dan terus berlangsung. Dengan itu telah dapat menguranginya, selanjutnya
diharapkan tidak ada lagi. Sebagai alternatifnya adalah usaha tambak darat yang dilakukan oleh Nagari
Sungaibatang ini yang terdiri dari 7 Jorong, yaitu Kubu, Labuah, Nagari, Batung
Panjang, Tanjung Sani, Data Kampung Dadok, dan Batu Ajung. Kampung asal
keturunan penulis adalah dari Jorong Kubu yang berdomisili sekitar Pakan Raba-a, lahir di Bukittinggi,
pindah ke Kota Padang kemudian merantau ke Jakarta dibawa orang tua, dan sekarang
menetap bersama anak dan cucu di Negeri Paman Sam.
Geliat Nagari Sungaibatang tidak berhenti disitu
saja, Nagari Sungai Batang Maninjau yang bersih dari karamba-apung ini sedang menggeliat membangun dan meningkatkan
lagi objek wisata edukasi atau agrowisata, lihat Gambar-1.
Gambar-1 |
Penyehatan Danau Maninjau ini berkat adanya Program
Prioritas Nasional di Danau Maninjau yang dikelola Limnologi LIPI yang
berlokasi di Kualo Jorong Kubu Nagari Sungaibatang, Kecamatan Tanjungraya,
Kabupaten Agam yang memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dijadikan kawasan
objek wisata baru. Hal itu disampaikan Wakil Bupati Agam Trinda Farhan Satria
saat mengunjungi lokasi konservasi Limnologi LIPI tersebut, katanya. “Kita
ingin setiap program yang kita lakukan memiliki multieffect bagi kegiatan lain salah satunya untuk pariwisata
tersebut,” lihat Gambar-2.
Gambar-2 |
Menurutnya, jika kawasan tersebut ditata dengan
baik dan ditambah dengan ornamen-ornamen yang menarik, lokasi tersebut akan
menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, “kita bersama dengan Walinagari
Sungaibatang telah berkomitmen untuk mengembangkan lokasi ini menjadi kawasan
agrowisata nanti akan ada treatment air untuk mengembalikan oksigen air di
dalam Danau Maninjau, ini sedang kita perbincangkan, sedang dalam tahap
penjajakan,” sebut Ketua Tim Save
Maninjau itu.
Rencana itupun disambut baik pihak Limnologi
LIPI. Kepala Loka Alih Teknologi Penyehatan Danau LIPI, Dr. Jojok Sudarso, M.Si
menyebutkan di areal kawasan konservasi seluas 780 meter itu terdapat Teknologi
Penyehatan Danau untuk mendukung Program Prioritas Nasional di Danau Maninjau.
Diantaranya, teknologi lahan basah buatan, teknologi kolam konservasi,
teknologi IMTA dan teknologi aquaponik.
“Kawasan konservasi yang ada di Sungaibatang ini
akan menjadi percontohan dan kita berharap nagari yang ada di salingka danau
dapat menerapkan hal yang sama,” harap Kepala Loka Alih Teknologi Penyehatan
Danau LIPI.
PENUTUP
S
|
eorang pelajar dari Madrasah Aliyah Negeri-I, Kabupaten
Agam, bernama Nandia mengatakan sudah berulangkali ke sana, untuk menikmati
pemandangan dan penataan lokasi yang berlangsung sangat indah. Selain bisa
rekreasi, ia juga dapat belajar lebih banyak terkait perlindungan lingkungan
hidup, terutama untuk Danau Maninjau.
“Saya merasakan suasana alam nan sejuk dan
indah. Kami bersama teman-teman beserta masyarkat di sini, juga mendapatkan
banyak ilmu pengetahuan. Selain memberikan edukasi wisata, juga mampu
menanggulangi pencemaran Danau Maninjau yang sempat rusak parah”, tuturnya.
Mita, rekan Nadia menambahkan bahwa kunjung
pertama kali itu menjadi pengalaman sangat berharga baginya. Meski hanya bisa
melihat dan merasakan suasana indah dan sejuk, lihat Gambar-3. “Saya sangat
senang berada di sini. Selain indah dengan pantai yang bersih, di sini Saya
juga dapat melihat langsung sejumlah teknologi pengendalian lingkungan yang
sangat bermanfaat. Meski terlihat sederhana, namun sudah menunjukan hasil dan
dampak yang sangat signifikan. Ikan Rinuak sudah kembali banyak dan dapat kita
makan lagi,” terang Mita. Kami berharap lanjutnya, Pusat Penelitian Limnologi
LIPI ini dapat kembali berlanjut. “Bahkan bisa menjadi wisata edukasi nasional
bila perlu,” harapnya.
Gambar-3 |
Demikianlah geliat Nagari Sungai Batang yang
berada di Salingka Danau Maninjau, lihat Gambar-4.
Almarhum Buya Hamka yang hidupnya dihabiskan dalam perantauan dan di makamkan juga di perantauan - Jakarta, seorang ulama pejuang yang berasal dari Nagari Sungaibatang ini mengatakan lewat goresan tangannya itu menuliskan kesannya, "Kota Melaka tinggallah sayang, Beta nak balik ke Pulau Perca. Walau terpisah engkau sekarang, Lambat laun kembali pula. Walau luas watan terbentang, Danau Maninjau terkenang jua." Begitu pula kesan penulis, sama merasakan apa yang di katakan Bung Karno sebelumnya dan Buya HAMKA ini.
Gambar-4 |
Almarhum Buya Hamka yang hidupnya dihabiskan dalam perantauan dan di makamkan juga di perantauan - Jakarta, seorang ulama pejuang yang berasal dari Nagari Sungaibatang ini mengatakan lewat goresan tangannya itu menuliskan kesannya, "Kota Melaka tinggallah sayang, Beta nak balik ke Pulau Perca. Walau terpisah engkau sekarang, Lambat laun kembali pula. Walau luas watan terbentang, Danau Maninjau terkenang jua." Begitu pula kesan penulis, sama merasakan apa yang di katakan Bung Karno sebelumnya dan Buya HAMKA ini.
Nagari Sungaibatang Maninjau yang sedang
menggeliat ini ditulis oleh penulis, dilengkapi pula dengan gambar hidup video
youtube (klik --->) Maninjau Nagari Sungaibatang. Semoga tulisan ini adalah
kabar yang bermanfaat. Salam Takzim. Billāhit
Taufiq wal-Hidāyah. □ AFM
SUMBER PENULISAN:
https://kaba12.co.id/2018/07/26/kawasan-konservasi-lipi-di-sungaibatang-potensial-jadi-kawasan-objekwisata/
https://prokabar.com/pelajar-harapkan-penelitian-lipi-di-sungai-batang-dilanjutkan/
https://www.jpnn.com/news/pesona-danau-ini-membuat-bung-karno-ciptakan-pantun?page=2
https://www.youtube.com/embed/VIUyIQ72sjs □□