Sunday, April 30, 2017

Shalat Membangun Peradaban Dunia II





KESIMPULAN

S
ejarah selalu menyertai perjalanan sebuah bangsa, meski pada kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari orang-orang yang menjadi bagian dari bangsa tersebut yang memahami perjalanan sejarah dari bangsanya. Kenyataan inilah yang menjadi persoalan dihampir semua negara, yakni banyaknya masyarakat yang kurang memahami sejarah bangsa, khususnya Islam. Sering muncul yang kedengarannya asing dalam memahami (atau tidak tahu) ajaran Islam, baik oleh orang Islam sendiri, apalagi non Islam.

   Hal ini sesuai dengan prediksi oleh Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah ra berkata Rasulullah saw bersabda: “Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” [HR Muslim no. 208]

   Hadits ini adalah salah satu di antara tanda-tanda kenabiannya karena mengandung pengabaran tentang sesuatu yang akan terjadi. Dimana Nabi saw mengabarkan bahwa sebagaimana Islam awalnya datang dalam keadaan asing di kalangan kaum musyrikin Makkah, maka demikian pula dia akan kembali menjadi asing, terutama dalam mengetengahkan kebaikan ajaran Islam seperti yang dipaparkan pada buku ini. Bahkan di kalangan penganutnya sendiri kurang percaya diri, kurang mengetahui sejarah Islam, tidak paham kebenaran Kitab Suci Al-Qur’an secara kaffah.

   Boleh jadi perasaan itu ada karena stigma ‘keterjajahan’, ‘ketertinggalannya’, label teroris, ‘fundamentalis’, termasuk pelecehan dan penghinaan Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw melalui berita yang masif dan sistemik atas nama kebebasan (baca kekuasaan atau supremasi). Ketika Islam dikabarkan akan menjadi asing itu bukan berarti segala kebaikan ajaran Islam yang dilancing buku ini boleh disangkal. Tidak! Hadits ini membelanya dengan menunjukkan keutamaan dan kejujuran ‘orang terasing’ yang tetap berpegang teguh kepada ajaran-Nya. Hadits ini juga tidak menunjukkan ‘orang terasing’ ini akan mendapatkan kesempitan dan kejelekan di dunia dikarenakan ‘keterasingannya’, akan tetapi justru hadits ini menunjukkan bahwa dia adalah manusia yang paling diharapkan membawa kebaikan dan kemajuan, sebagaimana disebutkan di akhir hadits, “Maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” Yaitu posisi dirinya sama persis dengan pendahulu umat ini yang mengikuti ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw pertama kali muncul dianggap asing oleh manusia, tapi kemudiannya berhasil.


 Makna, Faktor, Wujud dari Peradaban

   Makna dari peradaban sebagai berikut: 1. Persamaan yang lebih luas dari istilah budaya; 2. Untuk memperlihatkan keunggulan dari kelompok tertentu; 3. Perbaikan pemikiran atau cara pandang, tata krama, atau rasa; 4. Tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban global); 5. Upaya manusia untuk memakmurkan bangsa dan kehidupannya; 6. Membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan.
   Faktor dalam sebuah peradaban setidaknya akan dilepaskan dari 4 faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban, yaitu: 1. Adanya sistim Pemerintahan; 2. Adanya sistim Ekonomi; 3. Adanya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 4. Adanya sistim Pandangan Hidup yang integral.
  Wujudnya dari peradaban adalah berkembangnya ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, matematika, algoritma, aljabar, biologi, astronomi, optic, kedokteran, kosmologi, teknologi, arsitektur, sosiologi, psikologi, ekonomi dst. Namun ilmu pengetahuan tidak mungkin hidup tanpa adanya komunitas yang aktif mengembangkannya, artinya tergantung dari kebiasaan dan pandangan hidupnya.
   Peradaban timbul dimulai dari suatu ‘komunitas kecil’ dan ketika komunitas itu membesar maka akan lahir peradaban. Komunitas itu biasanya muncul di perkotaan atau bahkan membentuk suatu kota. Dari kota itulah akan terbentuk masyarakat yang memiliki berbagai kegiatan kehidupan yang daripadanya timbul suatu sistem kemasyarakatan dan akhirnya lahirlah suatu Negara, sebagaimana Yatsrib menjadi kota Madinatur Rasul yang kemudian disebut Madinah yang maju karena berperadaban. Tanda-tanda lahir dan hidupnya suatu peradaban di antaranya adalah berkembanganya teknologi, kegiatan ekonomi, pendidikan, berakhlakiyah (berkarakter dan bermoral integritas).


Lahirnya Peradaban Islam

     Khususnya dalam peradaban Islam lahir oleh pandangan hidup atau worldviewnya, yaitu manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya dengan peran sebagai khalifah-khalifah pemakmur bumi. Hal inilah yang membuat peradaban Islam lebih maju ketimbang peradaban-peradaban lainnya. Dari Ibadah Shalat saja melahirkan pengembangan ‘komputer mekanikal’ Astrolabe (al-usthurlāb), karena Islam telah menyebar dari jazirah Arab ke Timur Tengah, India, Afrika Utara, Eropa, perlu Astrolabe (dan Rubu’ Mujayyab) alat astronomi yang digunakan sebagai penentu waktu shalat, arah kiblat shalat, kompas untuk pelayaran ke seentero daerah Muslim.
   Salah satu berhasilnya Christopher Columbus sampai ke benua Amerika adalah dari pelaut Al-Andalus yang turut serta dalam pelayaran para pelaut Spanyol dan Portugal dalam pengembaraannya ‘menemukan’ Benua Amerika. Tugas utama pelaut ini sebagai navigator kapal. Mereka sebelumnya telah terlatih baik sebagai navigator dari Al-Andalus, Spanyol.

   Ayat-ayat Al-Qur’an yang bertalian dengan astrononi (ilmu falaq) memberi asupan ide kepada kaum muslimin untuk mempelajarinya, maka penggunaan astrolabe yang lebih luas lagi adalah seperti (1) mengetahui zodiak tertentu serta skala peredarannya, (2) mengukur ketinggian matahari, (3) mengetahui posisi planet yang tidak terlihat, 4) mengetahui zenit matahari pada siang hari dan planet-planet pada malam hari, (5) kompas, (6) menentukan Lintang dan Bujur suatu tempat, (7) menentukan ketinggian suatu benda diantara dua tempat yang berbeda, (8) mengetahui posisi bulan pada zodiak tertentu, (9) mengetahui arah Timur dan Barat. Bahkan memberikan nama-nama ribuan bintang seperti antara lain: Aldebaran (Al-Dabaran), Alnitak (Al-Nitaq), Betelguese (Yad al-Jauza’), Furud (Al-Furud). Nama arah benda angkasa dari pengamat seperti Azimuth dan Nadir, dst, berasal dari kosa kata bahasa Arab.

    Meskipun dalam paradaban Islam struktur organisasi dan bentuknya secara material berbeda-beda, namun prinsip-prinsip dan nilai-nilai asasinya adalah satu dan permanen. Prinsip-prinsip itu adalah: 1. Ketaqwaan kepada Tuhan (taqwa); 2. Keyakinan kepada keesaan Tuhan (tauhid); 3. Supremasi kemanusiaan di atas segala sesuatu yang bersifat material; 4. Pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan penjagaan dari keinginan hewani; 5. Penghormatan terhadap keluarga; 6. Menyadari fungsinya sebagai khalifah Allah di Bumi berdasarkan petunjuk dan perintah-Nya.

   Kemajuan yang dilakukan dalam pemerintahan Islam Al-Andalus seperti Cordoba di abad tengah adalah: Setengah juta penduduk, tinggal di rumah-rumah yang baik sebanyak 113 ribu rumah. Ada 700 masjid dan 300 pemandian umum yang tersebar di seluruh kota dan di 21  pinggiran kota lainnya. Jalan-jalan beraspalbatu yang diterangi lampu. Rumah-rumah memiliki balkon marmer, untuk musim panas.
   Saluran udara panas di bawah lantai mosaik, untuk musim dingin. Mereka menghiasi tamannya dengan air mancur buatan. Dihiasi pula di sekitarnya pertamanan yang indah. Kertas sebagai bahan untuk menulis atau membuat buku cukup banyak. Toko-toko buku dimana-mana. Perpustakaan lebih dari 70 banyaknya. Penduduk berpenghasilan tinggi di tengah masyarakat yang sophisticated (berperadaban tinggi), toleran terhadap agama-agama dan asal suku bangsa. Sementara itu toleransi tidak pernah terdengar di bagian Eropa lainnya. Tapi di Spanyol Islam Al-Andalus, ribuan orang Yahudi dan Kristen hidup dalam damai dan harmoni bersama ‘tuan’ Muslim mereka. Masyarakat memiliki pengetahuan yang baik disamping pengetahuan agama. Ekonomi atau kesejahteraan mereka tak tertandingi selama berabad-abad. Memang dari yang sebenar-benarnya beribadah shalat  mempunyai kekuatan dahsyat berupa double impact yaitu mendapat kebaikan hidup di Dunia dan kebaikan hidup di Akhirat. Di Akhirat mendapat surga karena beriman dan melakukan kebajikan di Dunia.

   Adapun kebajikan di dunia itu adalah sbb: 1) Beribadah shalat ini menumbuh suburkan manusia sebagai pemakmur bumi dengan moral integritas (akhlakiyah), 22 motivasi, visi dan misi yang diperlukan dalam membangun peradaban; 2) Memiliki sains dan teknologi; 3) Memiliki Cendikiawan, Ilmuan, Ulama (Scholar), Teknokrat, Kewirausahaan, Tenaga Manajerial dan Tenaga Akhli; 4) Memiliki Pemerintah (ulil amri) yang jujur, adil, dan amanah; 5) Merekat berbagai ragam suku-suku bangsa, bahasa, warna kulit, dan agama dengan konsep 3T1I. Yaitu: Ta’aruf, Saling kenal baik kekurangannya maupun kelebihannya dengan toleran; Tafahum, dari saling kenal ini saling memahami satu sama lain; Ta’awun, mengadakan kerjasama bisa dalam suasana persamaan dan perbedaan; dan Itsar, saling memaklumi jika ada perbedaan dan tidak saling bertengkar atau bertindak pisik seperti teror baik pisik maupun mental, maupun perang. Dengan landasan kelima komponen kebajikan tersebut, maka bangunan peradaban masyarakat dunia yang aman, adil, damai, dan sejahtera dengan signifikan dapat dicapai. Oleh karena itu para sarjana Muslim kontemporer umumnya menerima pendapat bahwa dīnulLāh (agama-Nya) adalah asas peradaban, menolak dīnulLāh (agama-Nya) adalah suatu kejahiliyahan (kebiadaban).


 Ajaran Islam Yang Memotivasi Bangunnya Peradaban Islam

   ●“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang baik (agent of development, ma’ruf) dan mencegah (agent of change) dari yang buruk (munkar), dan beriman kepada Allah.” 23
   ●“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur (Kitab para nabi yang terdahulu), setelah (tertulis) di dalam Adz-Dzikir (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh.” 24

   Ciri-ciri orang yang shaleh itu adalah berakhlakiyah sbb:

   ●“Berbuat baiklah (kepada orang lain dan lingkungan) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai kerusakan.” [QS Al-Qashash 28:77]
●“Sembahlah Allah dan jangan kamu persekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada: Kedua orang tua; Karib kerabat; Anak yatim; Orang miskin; Tetangga dekat; Tetangga Jauh; Teman sejawat; Ibnu Sabil; Hamba sahayamu.” [QS An-Nisa’ 4:36]
●“...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...” [QS Al-Mā’idah 5:2]
●“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan ialah (kebajikan) orang-orang yang beriman kepada Allah, Hari Akhir, malaikat kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberi (bantuan) harta yang dicintainya kepada (yang membutuhkan yaitu) kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan masa pepe-rangan. Mereka itulah orang-orang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. [QS Al-Baqarah 2:177]

●Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah yang sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. [QS An-Nisā’ 4:58]

●Wahai orang-orang yang beriman! Taati Allah dan taati Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri (Pemegang Kekuasaan) di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu kembalikan kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [QS An-Nisā’ 4:59]

●Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan jangan kebencianmu kepada suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada taqwa. Dan betaqwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. [QS Al-Mā’idah 5:8]

   Buah akhlakiyah yang membentuk peradaban sebagaimana Islam mengajarkannya, dapat digambarkan aplikasinya dari kisah dan pandangan non-muslim terhadap ajaran Islam serta terhadap Nabi saw sebagai berikut:

   Kisah Khalifah dan Warganya. Sebuah baju besi milik Khalifah Ali bin Abi Thalib ra terjatuh dari untanya dan dipungut oleh seorang Yahudi. Ali yang tidak lupa ciri-ciri baju besinya melihat baju besi itu yang ada di tangan orang itu dan memintanya kembali. Sayangnya, orang Yahudi ini tidak mau mengembalikan baju besi itu. Ia tetap bersitegang mengaku bahwa baju itu miliknya. Dicapailah kesepakatan di antara mereka agar diselesaikan di pengadilan. Di sana, akan diputuskan siapa yang berhak atas kepemilikan baju besi tersebut.

   Syuraih adalah seorang hakim muslim terkenal yang akan mengadili perkara tersebut. Ali yang pada saat itu menjadi Amirul Mukminin (Kepala Pemerintahan), datang ke persidangan, begitu pula orang Yahudi warga Madinah ini.
   Setelah mendengar argumen kedua belah pihak yang bertikai, hakim Syuraih berkata kepada Ali: Untuk menguatkan tuntutan anda, bawalah dua orang saksi yang benar-benar bisa memberi keterangan meyakinkan bahwa baju besi ini memang milik Anda. Ali pun akhirnya mengajukan pembantunya bernama Qundur, dan puteranya Hasan. HaHakim Syuraih berkata: Saya bisa menerima kesaksian Qundur, tetapi tidak bisa menerima kesaksian Hasan karena Hasan adalah putra Anda. Ali berkata: Tidakkah engkau mendengar bahwa Rasulullah saw pernah bersabda Hasan dan Husein adalah penghulu di Surga. Dengan suara yang lembut tapi penuh wibawa, Syuraih menjawab: Ya, memang benar, tapi saya tetap tidak bisa menerima kesaksiannya (dianggap bias). Dan Syuraih tetap dengan pendiriannya, tidak dapat menerima kesaksian yang diajukan Ali ra.

   Diputuskanlah oleh Syuraih bahwa baju besi itu adalah milik orang Yahudi. Ia memenangkan orang Yahudi itu atas Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib ra sebab bukti-bukti menunjukkan demikian. Ali menerima keputusan itu dengan lapang hati dan ia menyadari bahwa ia tidak dapat menghadirkan saksi untuk memperkuat tuntutannya itu.

   Melihat jalannya persidangan dan adegan yang mengharukan itu, begitu lapang hatinya Ali walaupun sebagai penguasa menerima keputusan hakim Syuraih. Orang Yahudi itu pun lalu berkata kepada majelis persidangan: Sesungguhnya baju besi ini benar-benar milik Amirul Mukminin. Aku memungutnya sewaktu baju itu terjatuh dari untanya. Ali terkejut. Tapi orang Yahudi itu meneruskan ucapannya dengan membaca dua kalimat syahadat. Dari peristiwa yang baru saja dialaminya itulah, orang Yahudi tersebut malah mendapatkan hidayah dari Allah swt. Karena menerima keadilan Islam. Tatkala Ali mendengar orang Yahudi itu membaca syahadat, dengan segera pula ia menyatakan: Kalau begitu baju besi ini kuhadiahkan kepadamu. Selain itu, Ali juga memberi hadiah kepada pria Yahudi itu uang sebanyak 900 dirham atas kejujuran pengakuannya itu.


   Kisah lain adalah di masa perang Khandaq. Umat Islam pernah ditantang perang tanding satu lawan satu oleh Amr bin Abd Wad al-Amiri, dedengkot musyrikin Quraisy yang sangat ditakuti. Nabi bertanya kepada para sahabat tentang siapa yang akan memenuhi tantangan ini. Para sahabat terlihat gentar. Nyali mereka surut. Dalam situasi ini Ali bin Abi Thalib ra maju, menyanggupi ajakan Amr bin Abd Wad. Melihat Ali yang masih terlalu muda, Nabi saw lantas mengulangi tawarannya kepada para sahabat. Hingga tiga kali, memang hanya Ali yang menyatakan berani melawan jawara Quraisy itu.
   Amr bin Abd Wad menanggapinya dengan tertawa meng-ejek. Namun faktanya, selama perkelahian posisi Amr bin Abd Wad selalu terpojok di tangan Ali. Akhirnya paha kekarnya Amr bin Abd Wad pun kena telak dari ayunan pedang Ali, Amr bin Abd Wad tumbang ke tanah. Kemenangan Ali sudah di depan mata. Hanya dengan sedikit gerakan saja, nyawa musuh dipastikan melayang. Dalam situasi terpojok Amr bin Abd Wad masih menyempatkan diri membrontak dan tiba-tiba ia meludahi wajah Ali. Menanggapi hinaan ini, Ali justru menyingkir dan mengurungkan niat membunuh hingga beberapa saat. Saat dia meludahi wajahku, aku marah. Aku tidak ingin membunuhnya lantaran amarahku. Aku tunggu sampai lenyap kemarahanku dan membunuhnya semata karena Allah swt,” kata Ali menjawab kegelisahan sebagian sahabat atas sikapnya.

   Meskipun Amr bin Abd Wad akhirnya gugur di tangan Ali, proses peperangan ini memberikan beberapa pelajaran. Perjuangan dan pembelaan Islam harus didasarkan pada ketulusan iman, bukan kebencian dan kemarahan. Sahabat Rasulullah saw yang kelak menjadi khalifah keempat ini juga menjernihkan bahwa spirit ketuhanan adalah satu-satunya landasan, mengalahan nafsu keinginan di balik ego pribadi dan golongan.

   Kisah keadilan bagi semua golongan. Sejak diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Khalifah Umar bin Khattab, Amr bin Ash menempati sebuah istana megah yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, dan diatasnya hanya terdapat sebuah gubuk reyot yang hampir roboh. Selaku gubernur, ia menginginkan agar di atas tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah dan mewah agar seimbang dengan istananya. Apalagi Amr bin Ash tahu bahwa tanah dan gubuk itu ternyata milik seorang warga Yahudi. Maka Yahudi kakek tua pemilik tanah itu dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur Amr bin Ash.

   Dalam pertemuan itu Gubernur ingin membeli tanah milik seorang Yahudi, sekalian gubuknya. Gebernur menawarkan harga diatas harga normal, dengan harapan Yahudi tersebut mau menjualnya. Dengan tanah ini gubernur hendak membangun masjid diatasnya. Namun warga pemilik tanah ini enggan menjualnya. Karena gebernur menginginkan sekali tanah tersebut, tawarannya dinaikkan beberapa kali lipat. Namun warga pemilik tanah ini tetap tidak mau menjualnya. Berungkali gubernur menaikkan harga tawarannya namun warga Yahudi ini menggelengkan kepalanya, “Tidak akan saya jual, Tuan.” Walaupun didesak berulang-ulang kali, tetap tidak mau menjualnya.

   Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi itu, Amr bin Ash memutuskan melalui surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan mendirikan masjid besar di atas tanahnya dengan alasan kepentingan bersama dan memperindah pemandangan daerah sekitarnya. Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma mampu menangis dalam hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya. Ia bertekad hendak mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu Khalifah Umar bin Khattab.
   Sungguh ia tak menyangka, Khalifah yang namanya sangat tersohor itu tidak mempunyai istana yang mewah. Ia bahkan diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah sebatang pohon kurma yang rindang.

   “Ada keperluan apa Tuan datang jauh-jauh kemari dari Mesir?” Tanya Khalifah Umar.  Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan sejuk membuatnya percaya diri sehingga dengan lancar ia dapat menyampaikan keperluannya. Yahudi tua ini menuturkan keadaan dirinya, yaitu dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk dapat membeli tanah dan membangun gubuk kecil tempat tinggalnya, sampai perampasan hak miliknya oleh gubernur Amr bin Ash dan dibangunnya masjid megah diatas tanah miliknya.

   Mendengar kisah itu, Umar bin Khattab mendadak merah padam mukanya. Dengan murka ia berkata, “Perbuatan Amr bin Ash sudah keterlaluan.” Sesudah agak reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang teronggok di dekatnya. Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut. Apakah ia salah dengar? Tapi karena saking wibawanya khalifah Umar, apa yang dikatakannya ia lakukan. Dan kemudian tulang itu diambil dan diserahkan ke pada beliau. Oleh  Khalifah, tulang itu digoreti huruf alif lurus dari atas ke bawah, lalu dipalang di tengah-tengahnya menggunakan ujung pedangnya. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si kakek seraya berpesan, “Tuan, bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada gubernurku Amr bin Ash.”
   Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala negara, namun apa yang ia peroleh? Sebuah tulang, berbau busuk lagi. Kemudian tulang itu cuma digoret-goret dengan ujung pedang. Apakah Khalifah Umar tidak waras? Hatinya berkata seperti itu, karena tidak mengerti apa maksud dari Khalifah.

   Kemudian kakek ini berkata: “Maaf, Tuan Khalifah.” Ucapnya tidak puas. “Saya datang kemari menuntut keadilan, namun bukan keadilan yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga. Bukankah ini penghinaan atas diri saya?” Mendengar perkataan itu Umar tidak marah. Ia meyakinkan dengan penegasannya, “Wahai, kakek Yahudi. Pada tulang itulah terletak keadilan yang Tuan inginkan.”

   Maka, walaupun sambil mendongkol dan mengomel sepanjang jalan, kakek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta. Anehnya, begitu tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Seketika itu pula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk merobohkan masjid yang baru siap, dan supaya dibangun kembali gubuk milik kakek Yahudi serta menyerahkan kembali hak atas tanah tersebut.

   Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan. Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan terburu-buru. “Ada perlu apalagi, Tuan?” tanya Amr bin Ash. Kali ini  berubah sikap menjadi lembut dan penuh hormat. Dengan masih terengah-engah, Yahudi itu berkata, “Maaf, Tuan. Jangan dibongkar dulu masjid itu. Izinkanlah saya menanyakan perkara pelik yang mengusik rasa penasaran saya.” “Perkara yang mana?” tanya gubernur, tidak mengerti maksud kakek itu. “Apa sebabnya Tuan begitu ketakutan dan menyuruh untuk merobohkan masjid yang dibangun dengan biaya yang sungguh sangat besar sekali, hanya lantaran menerima sepotong tulang dari Khalifah Umar?”

   Gubernur Amr bin Ash berkata pelan,”Wahai kakek Yahudi! Ketahuilah, tulang itu adalah tulang biasa, malah baunya busuk. Tetapi karena dikirimkan Khalifah, tulang itu menjadi peringatan yang amat tajam dan tegas dengan dituliskannya huruf alif yang dipalang di tengah-tengahnya.” “Maksudnya?” tanya si kakek makin keheranan.
   “Tulang itu berisi ancaman Khalifah kepada Amr bin Ash. Ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun tingginya pangkat dan kekuasaanmu, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang lurus, adil di (ke)atas dan di (ke)bawah, Sebab, jika engkau tidak bertindak lurus, kupalang di tengah-tengahmu, kutebas batang lehermu (artinya peringatan keras).”

   Yahudi itu menunduk terharu, karena ia mengerti sekarang apa yang dimaksud  khalifah memberikan tulang yang telah digores itu kepada gubernur. Dengan itu, ia kagum atas sikap khalifah yang tegas, dan sikap gubernur yang patuh dengan atasannya hanya dengan menerima sepotong tulang. Benda yang rendah itu berubah menjadi putusan hukum yang ‘keramat’ dan ditaati di tangan para penguasa yang beriman. Maka Kakek Tua Yahudi itu kemudian menyerahkan tanah dan gubuknya sebagai wakaf. Setelah kejadian itu, ia langsung menyatakan masuk Islam.

   Semasa Pemerintahan Islam di Spanyol. Penduduk berpenghasilan tinggi ditengah masyarakat yang berperadaban tinggi. Toleran terhadap agama-agama dan asal suku bangsa. Orang Yahudi, Kristen dan Muslim hidup dalam damai dan harmonis. Masyarakat memiliki pengetahuan yang baik disamping pengetahuan agama. Ekonomi kesejahteraan mereka tak tertandingi selama berabad-abad. Tidak ada paksaan dalam beragama bagi non Muslim untuk menjadi Muslim.

   ●Kesan-kesan orang diluar Islam tentang ajaran Islam dan  Nabi Muhammad saw.  Pengakuan Alphonse Marie de Prat de Lamartine (1790-1869). Ia seorang penulis, penyair, dan politisi menulis buku bertajuk “Histoire De La Turquie”, Paris, 1854, Vol. II, pp 276-277: “Dunia telah menyaksikan banyak pribadi-pribadi agung. Namun, dari orang orang tersebut adalah orang yang sukses pada satu atau dua bidang saja misalnya agama atau militer. Hidup dan ajaran orang-orang ini seringkali terselimuti kabut waktu dan zaman.

   Begitu banyak spekulasi tentang waktu dan tempat lahir mereka, cara dan gaya hidup mereka, sifat dan detail ajaran mereka, serta tingkat dan ukuran kesuksesan mereka sehingga sulit bagi manusia untuk merekonstruksi ajaran dan hidup tokoh-tokoh ini.


   Tidak demikian dengan orang ini. Muhammad (saw) telah begitu tinggi menggapai dalam berbagai bidang pikir dan perilaku manusia dalam sebuah episode cemerlang sejarah manusia. Setiap detil dari kehidupan pribadi dan ucapan-ucapannya telah secara akurat didokumentasikan dan dijaga dengan teliti sampai saat ini. Keaslian ajarannya begitu terjaga, tidak saja oleh karena penelusuran yang dilakukan para pengikut setianya tapi juga oleh para penentangnya.

   Muhammad adalah seorang agamawan, reformis sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang menyenangkan, suami yang penuh kasih dan seorang ayah yang penyayang, semua menjadi satu. Tiada lagi manusia dalam sejarah melebihi atau bahkan menyamainya dalam setiap aspek kehidupan tersebut - hanya dengan kepribadian seperti dialah keagungan seperti ini dapat diraih.”

     Sir George Bernard Shaw (1856-1950) adalah seorang dramawan Irlandia, kritikus dan polemik yang pengaruhnya terhadap teater, budaya dan politik Barat yang berkembang dari tahun 1880 sampai kematiannya dan seterusnya. Dalam The Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936 mengatakan: ”Saya senantiasa menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini adalah satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan merubah peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung yang jauh dari kesan seorang anti kris-tus, dia harus dipanggil ’sang penyelamat kemanusiaan’.
   Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia.


   Ramalanku, keyakinan yang dibawanya akan diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa saat ini. Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini.

   Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang.

   Dia adalah Muhammad (saw). Dia lahir di Arab tahun 570 masehi, memulai misi mengajarkan agama kebenaran, Islam (penyerahan diri pada Tuhan) pada usia 40 tahun, dan meninggalkan dunia pada usia 63 tahun.

   Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23 tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi para pemuja Tuhan yang Esa, dari pepe-rangan dan perpecahan antar suku menjadi bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang teratur, dari kebobrokan kekeagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal tranformasi sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat ini dan bayangkan ini terjadi dalam kurun waktu hanya sedikit di atas dua decade.”


Harapan Dunia Kedepan

   Sungguh ajaran Islam dan kisah-kisah diatas adalah tentang pengharapan, kelapangan dada, perasaan mengharapkan penyelesaian hidupnya di tangan orang-orang muslim yang bisa dipercaya. Menjadi seorang muslim harus bisa menjadi pusaran pengharapan, bagi diri sendiri, orang lain, lingkungan dan alam semesta. Bukan menjadi pusaran kecemasan dan ketakutan. Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Dalam hadist lain beliau juga bersabda: “Orang muslim ialah orang, yang darinya orang lain selamat dari lisan dan tangannya.”
   Sungguh demikianlah akhlakiyah dan karya-karya warga serta pemimpin pemerintahan Islam kepada warganya yang mendapat keadilan dan kesempatan berkarya sebagaimana mestinya dalam wujud dari peradaban yang dibangun oleh ibadah shalat lima waktu yang diajarkan Islam itu, lihat bab 11, khususnya halaman 215 s/d 217 dan halaman 221 s/d 224 buku ini.
   Boleh jadi suatu barang langka yang dapat ditemui di awal mellinnium ke-3 ini, khususnya mengenai penegakan keadilan dalam pemerintahan abad ke-21 ini. Di sebahagian dunia warganya diperlakukan sekendak hatinya saja. Apalagi bukan golongannya, bukan pendukungnya dan tidak berbuat bagi rakyatnya. Asas mengejar power dan materi menjadi kuat, asas ruhaniah akhlakiyah menjadi lemah. “Yang Kuat menggunakan dan memamerkan kekuatannya, dan yang lemah mau dibuat seperti kerbau dicucuk hidungnya”. Dibawah kondisi seperti itu, walaupun Naga Super Power berjaya menghantam habis-habisan cacing-cacing itu, namun cacing-cacing baru timbul lagi. Alih-alih selesai (sementara) konflik, yang terjadi adalah terbentuknya vicious cycle. Yaitu yang tadinya kalah memerangi yang tadinya menang. Perang sudah menjadi kebiasaan dan pandangan hidup. Dengan itu, dunia tidak pernah damai dan tidak pula pernah aman. Malah bayangan menakutkan dari perang kuman, kimia, nuklir dan senjata mematikan lainnya akan tiba, siap memusnahkan peradaban (kehidupan) manusia.

   Demikianlah kisah perjalanan hidup manusia era sekularisme produk post abad tengah Eropa. Dengan itu, menyadarkan kita dan dunia bahwa yang sebenar-benarnya ajaran Islam itu adalah rahmat bagi alam semesta, sebagaimana diuraikan sebelumnya. Artinya, ajaran Islam adalah bagian dari solusi yang membawa era baru peradaban dunia di millennium ke-3 ini, lihat bab 11, hal 216. Dunia sungguh perlu konsep hidup berbangsa dan antar bangsa 3T1I ajaran Islam 25 yang menjadikan hidup di dunia damai, aman, adil dan makmur. □□□


   Allāhu a’lam Bishshawab, BilLāhit Taufiq wal Hidayah. □ AFM






Catatan Kaki:


1[QS An-Nisā’ 4:103].
 2http://hamidfahmy.com/membangun-kembali-peradaban-islam-secara-sinergis-simultan-dan-konsisten/

 3Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang ‘yang berperang’ (bekerja) di-jalan-Nya ‘dalam barisan yang teratur’ (dalam organisasi, manajemen), ‘mereka seakan-akan seperti bangunan  yang tersusun kokoh’ (teamwork, dengan pembangian tugas kerja yang terencana, terorganisir, terkendali). [QS Ash-Shaff 61:4]
 4 Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, (baik) dan mencegah yang mungkar (buruk), dan beriman kepada Allah. [QS Āli ‘Imrān 3:110]
 5Membaca berarti mengajarkan dan menyampaikan pelajaran al-Qur’an kepada masyarakat. Juga berarti membaca untuk dipelajari dan diperhatikan isinya, supaya dijadikan pedoman hidup da-lam segala lapangan.
 6Shalat yang berisikan doa, puji kepada Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesan (gurisan, pengaruh) kesucian dan taqarrub kepada Illahi Rabbi. Karena itu manusia yang mengerjakan shalat dalam arti yang sesungguhnya, mereka terhindar dari perbuatan keji dan salah. Mereka selalu akan ingat kepada pesan Tuhannya.
 7Dzikrullah (mengingat atau menyebut Tuhan) adalah sesuatu perkara yang amat penting bagi menjaga diri supaya tetap dalam kesucian.
 8Firman Allah swt: ”Kemudian, Kami rendahkan ke tempat yang paling rendah; Selain dari orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik. Mereka akan memperoleh pahala yang tiada putus-putusnya.”  [QS At-Tin 95:5,6]
 9Shalat itu untuk mengingat Tuhan, memuja, memuji dan memohon doa kepada-Nya. Shalat ini merupakan media yang menghubungkan antara manusia dengan Tuhannya.
10Sabar artinya bukan hanya mengendalikan amarah, tetapi juga berteguh hati dalam menghadapi kesukaran dalam melakukan se-suatu pekerjaan dan perjuangan. Shalat itu isinya menghadapkan hati kepada Tuhan, dan menundukkan jiwa dan raga kepada Allah semata-mata. Dengan kesabaran dan shalat itu datanglah pertolongan, berkat kekuatan spiritual doa yang begitu besar dan kuat serta yakin. Kadang kala segala macam penderitaan itu adalah cobaan dan ujian (latihan) stamina keimanan dalam kehidupan. Orang-orang yang berhati teguh (sabar), mereka dapat melalui cobaan itu dengan sebaik-baiknya, mengatasi segala kesukaran. Dengan itu imannya akan tumbuh menjadi besar dan kuat. [QS Al-Baqarah 2:155-157]
11Masyarakat Madinah yang majemuk yaitu bukan hanya orang-orang Islam saja melainkan ada orang-orang yang beragama lain. ‘Plural’ tapi bukan ‘Pluralisme’.
12”Selain dari orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik. Mereka akan memperoleh pahala yang tiada putus-putusnya.” [QS At-Tīn 95:6]
13 https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/rasul-tokoh-yang-mempengaruhi-dunia.html
14Cita-cita politik kita, dalam buku Aspirasi Umat Islam Indone-sia, LAPPENAS, Jakarta 1983. Hal. 11.
15[HR al-Bazzar dari ibnu Abbas ra; Miftahul Khathabah, hal 133, at-Targrhib 1:314]
16Firman Allah swt: “Sebab itu ingatlah Aku, supaya Aku ingat pula kepadamu, Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih  kepada-Ku [QS Al-Baqarah 2:152]
Tuhan ingat kepada kita, berarti memberikan bantuan dan perlindungan sepenuhnya kepada kita. Syukur artinya mempergunakan pemberian (nikmat) Tuhan menurut semestinya dan sebaik-baik-nya, serta menyatakan penghargaan dan rasa terima kasih kepada yang memberikan nikmat itu.
17Firman Allah swt: “Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya (manusia sebagai penghuni bumi untuk menguasai, memakmurkan dan memelihara lingkungan hidup dan ekosistimnya). [QS Hūd 11:61]
18Dan Aku tiada menciptakan Jin dan Manusia, melainkan supaya mereka beribadat kepada-Ku. [QS adz-Dzāriyāt 51:56]
19QS Al-Baqarah 2:30; QS Al-An’ām 6:165; QS Al-A’rāf 7:74
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka akan mendapat pahala yang tiada putus-putus-nya.” [QS At-Tīn 95:6]
20 Wahuwal ladzī ja’alakum khalāifal ardhi. Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah (para mandataris-Nya) di bumi [QS Al-An’ām 6:165]
21https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/02/menguji-clash-of-civilizations-samuel-p.html
22“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti) yang baik. [HR. Al-Bukhari]
23QS Āli-’Imrān 3:110
24QS al-Anbiyā’ 21:105
25Wahai manusia! Sungguh, Kami (Allah) telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu ’saling mengenal’ (lita’ārafū - ta’aruf > tafahum > ta’awun > itsar). Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa.” [QS Al-Hujarāt 49:13].
Ayat ini dibacakan (berikut terjemahan bahasa Inggris) setelah upacara pelantikan Presiden Donald Trump, Januari 2017, oleh salah satu imam mesjid di Metropolitan Washington DC area. Ini merupakan upaya dakwah umat muslim di Amerika. □□□