KESIMPULAN
S
|
ejarah
selalu menyertai perjalanan sebuah bangsa, meski pada kenyataannya hanya
sebagian kecil saja dari orang-orang yang menjadi bagian dari bangsa tersebut
yang memahami perjalanan sejarah dari bangsanya. Kenyataan inilah yang menjadi
persoalan dihampir semua negara, yakni banyaknya masyarakat yang kurang
memahami sejarah bangsa, khususnya Islam. Sering muncul yang kedengarannya
asing dalam memahami (atau tidak tahu) ajaran Islam, baik oleh orang Islam
sendiri, apalagi non Islam.
Hal ini sesuai dengan prediksi oleh
Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah ra berkata Rasulullah saw
bersabda: “Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam
keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” [HR
Muslim no. 208]
Hadits ini adalah salah satu di antara
tanda-tanda kenabiannya karena mengandung pengabaran tentang sesuatu yang akan
terjadi. Dimana Nabi saw mengabarkan bahwa sebagaimana Islam awalnya
datang dalam keadaan asing di kalangan kaum musyrikin Makkah, maka demikian
pula dia akan kembali menjadi asing, terutama dalam mengetengahkan kebaikan
ajaran Islam seperti yang dipaparkan pada buku ini. Bahkan di kalangan
penganutnya sendiri kurang percaya diri, kurang mengetahui sejarah Islam, tidak
paham kebenaran Kitab Suci Al-Qur’an secara kaffah.
Boleh jadi perasaan itu ada karena stigma
‘keterjajahan’, ‘ketertinggalannya’, label teroris, ‘fundamentalis’, termasuk
pelecehan dan penghinaan Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw melalui berita
yang masif dan sistemik atas nama kebebasan (baca kekuasaan atau supremasi).
Ketika Islam dikabarkan akan menjadi asing itu bukan berarti segala kebaikan
ajaran Islam yang dilancing buku ini boleh disangkal. Tidak! Hadits ini
membelanya dengan menunjukkan keutamaan dan kejujuran ‘orang terasing’ yang
tetap berpegang teguh kepada ajaran-Nya. Hadits ini juga tidak menunjukkan
‘orang terasing’ ini akan mendapatkan kesempitan dan kejelekan di dunia
dikarenakan ‘keterasingannya’, akan tetapi justru hadits ini menunjukkan
bahwa dia adalah manusia yang paling diharapkan membawa kebaikan dan kemajuan,
sebagaimana disebutkan di akhir hadits, “Maka beruntunglah orang-orang yang
terasingkan itu.” Yaitu posisi dirinya sama persis dengan pendahulu umat
ini yang mengikuti ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw pertama
kali muncul dianggap asing oleh manusia, tapi kemudiannya berhasil.
Makna,
Faktor, Wujud dari Peradaban
Makna dari
peradaban sebagai berikut: 1. Persamaan yang lebih luas dari istilah budaya; 2.
Untuk memperlihatkan keunggulan dari kelompok tertentu; 3. Perbaikan pemikiran
atau cara pandang, tata krama, atau rasa; 4. Tingkat pencapaian manusia dan
penyebarannya (peradaban global); 5. Upaya manusia untuk memakmurkan bangsa dan
kehidupannya; 6. Membangun, mendirikan kota, memajukan,
memurnikan dan memartabatkan.
Faktor dalam sebuah peradaban setidaknya akan dilepaskan dari 4
faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban, yaitu: 1. Adanya
sistim Pemerintahan; 2. Adanya sistim Ekonomi; 3. Adanya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi; 4. Adanya sistim Pandangan Hidup yang integral.
Wujudnya dari peradaban adalah berkembangnya ilmu pengetahuan seperti fisika,
kimia, matematika, algoritma, aljabar, biologi, astronomi, optic, kedokteran,
kosmologi, teknologi, arsitektur, sosiologi, psikologi, ekonomi dst. Namun ilmu
pengetahuan tidak mungkin hidup tanpa adanya komunitas yang aktif
mengembangkannya, artinya tergantung dari kebiasaan dan pandangan hidupnya.
Peradaban
timbul
dimulai dari suatu ‘komunitas kecil’ dan ketika komunitas itu membesar maka
akan lahir peradaban. Komunitas itu biasanya muncul di perkotaan atau bahkan
membentuk suatu kota. Dari kota itulah akan terbentuk masyarakat yang memiliki
berbagai kegiatan kehidupan yang daripadanya timbul suatu sistem kemasyarakatan
dan akhirnya lahirlah suatu Negara, sebagaimana Yatsrib menjadi kota Madinatur
Rasul yang kemudian disebut Madinah yang maju karena berperadaban. Tanda-tanda
lahir dan hidupnya suatu peradaban di
antaranya adalah berkembanganya teknologi, kegiatan ekonomi, pendidikan, berakhlakiyah
(berkarakter dan bermoral integritas).
Lahirnya
Peradaban Islam
Khususnya dalam peradaban Islam lahir oleh
pandangan hidup atau worldviewnya, yaitu manusia diciptakan untuk
beribadah kepada-Nya dengan peran sebagai khalifah-khalifah pemakmur bumi. Hal
inilah yang membuat peradaban Islam lebih maju ketimbang peradaban-peradaban
lainnya. Dari Ibadah Shalat saja melahirkan pengembangan ‘komputer mekanikal’
Astrolabe (al-usthurlāb), karena Islam telah menyebar dari jazirah Arab
ke Timur Tengah, India, Afrika Utara, Eropa, perlu Astrolabe (dan Rubu’
Mujayyab) alat astronomi yang digunakan sebagai penentu waktu shalat, arah
kiblat shalat, kompas untuk pelayaran ke seentero daerah Muslim.
Salah
satu berhasilnya Christopher Columbus sampai ke benua Amerika adalah dari
pelaut Al-Andalus yang turut serta dalam pelayaran para pelaut Spanyol
dan Portugal dalam pengembaraannya ‘menemukan’ Benua Amerika. Tugas utama
pelaut ini sebagai navigator kapal. Mereka sebelumnya telah terlatih baik
sebagai navigator dari Al-Andalus, Spanyol.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang bertalian dengan
astrononi (ilmu falaq) memberi asupan ide kepada kaum muslimin untuk
mempelajarinya, maka penggunaan astrolabe yang lebih luas lagi adalah seperti
(1) mengetahui zodiak tertentu serta skala peredarannya, (2) mengukur
ketinggian matahari, (3) mengetahui posisi planet yang tidak terlihat, 4)
mengetahui zenit matahari pada siang hari dan planet-planet pada malam hari,
(5) kompas, (6) menentukan Lintang dan Bujur suatu tempat, (7) menentukan
ketinggian suatu benda diantara dua tempat yang berbeda, (8) mengetahui posisi
bulan pada zodiak tertentu, (9) mengetahui arah Timur dan Barat. Bahkan
memberikan nama-nama ribuan bintang seperti antara lain: Aldebaran
(Al-Dabaran), Alnitak (Al-Nitaq), Betelguese (Yad al-Jauza’), Furud (Al-Furud).
Nama arah benda angkasa dari pengamat seperti Azimuth dan Nadir, dst, berasal
dari kosa kata bahasa Arab.
Meskipun dalam paradaban Islam struktur
organisasi dan bentuknya secara material berbeda-beda, namun prinsip-prinsip
dan nilai-nilai asasinya adalah satu dan permanen. Prinsip-prinsip itu adalah:
1. Ketaqwaan kepada Tuhan (taqwa); 2. Keyakinan kepada keesaan Tuhan (tauhid);
3. Supremasi kemanusiaan di atas segala sesuatu yang bersifat material; 4.
Pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan penjagaan dari keinginan hewani; 5.
Penghormatan terhadap keluarga; 6. Menyadari fungsinya sebagai khalifah Allah
di Bumi berdasarkan petunjuk dan perintah-Nya.
Kemajuan yang dilakukan dalam pemerintahan
Islam Al-Andalus seperti Cordoba di
abad tengah adalah: Setengah juta penduduk, tinggal di rumah-rumah yang baik
sebanyak 113 ribu rumah. Ada 700 masjid dan 300 pemandian umum yang tersebar di
seluruh kota dan di 21 pinggiran kota
lainnya. Jalan-jalan beraspalbatu yang diterangi lampu. Rumah-rumah memiliki
balkon marmer, untuk musim panas.
Saluran
udara panas di bawah lantai mosaik, untuk musim dingin. Mereka menghiasi
tamannya dengan air mancur buatan. Dihiasi pula di sekitarnya pertamanan yang
indah. Kertas sebagai bahan untuk menulis atau membuat buku cukup banyak.
Toko-toko buku dimana-mana. Perpustakaan lebih dari 70 banyaknya. Penduduk
berpenghasilan tinggi di tengah masyarakat yang
sophisticated (berperadaban tinggi), toleran terhadap agama-agama dan
asal suku bangsa. Sementara itu toleransi tidak pernah terdengar di bagian
Eropa lainnya. Tapi di Spanyol Islam Al-Andalus, ribuan orang Yahudi dan
Kristen hidup dalam damai dan harmoni bersama ‘tuan’ Muslim mereka. Masyarakat
memiliki pengetahuan yang baik disamping pengetahuan agama. Ekonomi atau
kesejahteraan mereka tak tertandingi selama berabad-abad. Memang dari yang sebenar-benarnya beribadah shalat mempunyai kekuatan dahsyat berupa double
impact yaitu mendapat kebaikan hidup di Dunia dan kebaikan hidup di
Akhirat. Di Akhirat mendapat surga karena beriman dan melakukan kebajikan di
Dunia.
Adapun kebajikan
di dunia itu adalah sbb: 1) Beribadah shalat ini menumbuh suburkan manusia
sebagai pemakmur bumi dengan moral integritas (akhlakiyah), 22 motivasi,
visi dan misi yang diperlukan dalam membangun peradaban; 2) Memiliki sains dan
teknologi; 3) Memiliki Cendikiawan, Ilmuan, Ulama (Scholar), Teknokrat,
Kewirausahaan, Tenaga Manajerial dan Tenaga Akhli; 4) Memiliki Pemerintah (ulil
amri) yang jujur, adil, dan amanah; 5) Merekat berbagai ragam suku-suku
bangsa, bahasa, warna kulit, dan agama dengan konsep 3T1I. Yaitu: Ta’aruf,
Saling kenal baik kekurangannya maupun kelebihannya dengan toleran; Tafahum,
dari saling kenal ini saling memahami satu sama lain; Ta’awun,
mengadakan kerjasama bisa dalam suasana persamaan dan perbedaan; dan Itsar,
saling memaklumi jika ada perbedaan dan tidak saling bertengkar atau bertindak
pisik seperti teror baik pisik maupun mental, maupun perang. Dengan landasan
kelima komponen kebajikan tersebut, maka bangunan peradaban masyarakat dunia
yang aman, adil, damai, dan sejahtera dengan signifikan dapat dicapai. Oleh
karena itu para sarjana Muslim kontemporer umumnya menerima pendapat bahwa dīnulLāh
(agama-Nya) adalah asas peradaban, menolak dīnulLāh (agama-Nya) adalah
suatu kejahiliyahan (kebiadaban).
Ajaran
Islam Yang Memotivasi Bangunnya Peradaban Islam
●“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang baik (agent of development, ma’ruf) dan
mencegah (agent of change) dari yang buruk (munkar), dan beriman kepada Allah.”
23
●“Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur (Kitab para nabi yang
terdahulu), setelah (tertulis) di dalam Adz-Dzikir (Lauh Mahfuz), bahwa bumi
ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh.” 24
Ciri-ciri orang
yang shaleh itu adalah berakhlakiyah sbb:
●“Berbuat
baiklah (kepada orang lain dan lingkungan) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak
menyukai kerusakan.” [QS Al-Qashash 28:77]
●“Sembahlah Allah dan jangan kamu persekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada: Kedua orang tua; Karib kerabat;
Anak yatim; Orang miskin; Tetangga dekat; Tetangga Jauh; Teman sejawat; Ibnu
Sabil; Hamba sahayamu.” [QS An-Nisa’ 4:36]
●“...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...”
[QS Al-Mā’idah 5:2]
●“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan ke barat, tetapi kebajikan ialah (kebajikan) orang-orang yang beriman
kepada Allah, Hari Akhir, malaikat kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberi
(bantuan) harta yang dicintainya kepada (yang membutuhkan yaitu) kerabat, anak
yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir),
peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat
dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan masa pepe-rangan.
Mereka itulah orang-orang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. [QS
Al-Baqarah 2:177]
●Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum
diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah yang
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar,
Maha Melihat. [QS An-Nisā’ 4:58]
●Wahai orang-orang yang beriman! Taati
Allah dan taati Rasul (Muhammad) dan Ulil Amri (Pemegang Kekuasaan) di antara
kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu kembalikan kepada
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada kepada Allah
dan Hari Kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. [QS An-Nisā’ 4:59]
●Wahai orang-orang yang beriman!
Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi
dengan adil. Dan jangan kebencianmu kepada suatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada
taqwa. Dan betaqwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu
kerjakan. [QS Al-Mā’idah 5:8]
Buah akhlakiyah yang membentuk
peradaban sebagaimana Islam mengajarkannya,
dapat digambarkan aplikasinya dari kisah dan pandangan non-muslim terhadap
ajaran Islam serta terhadap Nabi saw sebagai berikut:
●Kisah Khalifah dan Warganya. Sebuah baju besi milik Khalifah Ali bin Abi Thalib ra
terjatuh dari untanya dan dipungut oleh seorang Yahudi. Ali yang tidak lupa
ciri-ciri baju besinya melihat baju besi itu yang ada di tangan orang itu dan
memintanya kembali. Sayangnya, orang Yahudi ini tidak mau mengembalikan
baju besi itu. Ia tetap bersitegang mengaku bahwa baju itu miliknya. Dicapailah
kesepakatan di antara mereka agar diselesaikan di pengadilan. Di sana, akan
diputuskan siapa yang berhak atas kepemilikan baju besi tersebut.
Syuraih adalah seorang hakim muslim terkenal
yang akan mengadili perkara tersebut. Ali yang pada saat itu menjadi Amirul
Mukminin (Kepala Pemerintahan), datang ke persidangan, begitu pula orang Yahudi
warga Madinah ini.
Setelah mendengar argumen kedua belah pihak
yang bertikai, hakim Syuraih berkata kepada Ali: Untuk menguatkan tuntutan
anda, bawalah dua orang saksi yang benar-benar bisa memberi keterangan
meyakinkan bahwa baju besi ini memang milik Anda. Ali pun akhirnya mengajukan
pembantunya bernama Qundur, dan puteranya Hasan. HaHakim Syuraih berkata: Saya
bisa menerima kesaksian Qundur, tetapi tidak bisa menerima kesaksian Hasan karena
Hasan adalah putra Anda. Ali berkata: Tidakkah engkau mendengar bahwa
Rasulullah saw pernah bersabda Hasan dan Husein adalah penghulu di
Surga. Dengan suara yang lembut tapi penuh wibawa, Syuraih menjawab: Ya, memang
benar, tapi saya tetap tidak bisa menerima kesaksiannya (dianggap bias). Dan
Syuraih tetap dengan pendiriannya, tidak dapat menerima kesaksian yang diajukan
Ali ra.
Diputuskanlah oleh Syuraih bahwa baju besi
itu adalah milik orang Yahudi. Ia memenangkan orang Yahudi itu atas Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib ra sebab bukti-bukti menunjukkan demikian.
Ali menerima keputusan itu dengan lapang hati dan ia menyadari bahwa ia tidak
dapat menghadirkan saksi untuk memperkuat tuntutannya itu.
Melihat jalannya persidangan dan adegan yang
mengharukan itu, begitu lapang hatinya Ali walaupun sebagai penguasa menerima
keputusan hakim Syuraih. Orang Yahudi itu pun lalu berkata kepada majelis
persidangan: Sesungguhnya baju besi ini benar-benar milik Amirul Mukminin. Aku
memungutnya sewaktu baju itu terjatuh dari untanya. Ali terkejut. Tapi orang
Yahudi itu meneruskan ucapannya dengan membaca dua kalimat syahadat. Dari
peristiwa yang baru saja dialaminya itulah, orang Yahudi tersebut malah
mendapatkan hidayah dari Allah swt. Karena menerima keadilan Islam.
Tatkala Ali mendengar orang Yahudi itu membaca syahadat, dengan segera pula ia
menyatakan: Kalau begitu baju besi ini kuhadiahkan kepadamu. Selain itu, Ali
juga memberi hadiah kepada pria Yahudi itu uang sebanyak 900 dirham atas
kejujuran pengakuannya itu.
●Kisah lain adalah di masa perang Khandaq.
Umat Islam pernah ditantang perang tanding satu lawan satu oleh Amr bin Abd Wad
al-Amiri, dedengkot musyrikin Quraisy yang sangat ditakuti. Nabi bertanya
kepada para sahabat tentang siapa yang akan memenuhi tantangan ini. Para
sahabat terlihat gentar. Nyali mereka surut. Dalam situasi ini Ali bin Abi
Thalib ra maju, menyanggupi ajakan Amr bin Abd Wad. Melihat Ali yang
masih terlalu muda, Nabi saw lantas mengulangi tawarannya kepada para
sahabat. Hingga tiga kali, memang hanya Ali yang menyatakan berani melawan
jawara Quraisy itu.
Amr bin Abd Wad menanggapinya dengan tertawa
meng-ejek. Namun faktanya, selama perkelahian posisi Amr bin Abd Wad selalu
terpojok di tangan Ali. Akhirnya paha kekarnya Amr bin Abd Wad pun kena telak
dari ayunan pedang Ali, Amr bin Abd Wad tumbang ke tanah. Kemenangan Ali sudah
di depan mata. Hanya dengan sedikit gerakan saja, nyawa musuh dipastikan
melayang. Dalam situasi terpojok Amr bin Abd Wad masih menyempatkan diri
membrontak dan tiba-tiba ia meludahi wajah Ali. Menanggapi hinaan ini, Ali
justru menyingkir dan mengurungkan niat membunuh hingga beberapa saat. Saat dia
meludahi wajahku, aku marah. Aku tidak ingin membunuhnya lantaran amarahku. Aku
tunggu sampai lenyap kemarahanku dan membunuhnya semata karena Allah swt,”
kata Ali menjawab kegelisahan sebagian sahabat atas sikapnya.
Meskipun Amr bin Abd Wad akhirnya gugur di
tangan Ali, proses peperangan ini memberikan beberapa pelajaran. Perjuangan dan
pembelaan Islam harus didasarkan pada ketulusan iman, bukan kebencian dan
kemarahan. Sahabat Rasulullah saw yang kelak menjadi khalifah keempat
ini juga menjernihkan bahwa spirit ketuhanan adalah satu-satunya landasan,
mengalahan nafsu keinginan di balik ego pribadi dan golongan.
●Kisah
keadilan bagi semua golongan. Sejak diangkat menjadi gubernur
Mesir oleh Khalifah Umar bin Khattab, Amr bin Ash menempati sebuah istana megah
yang di depannya terhampar sebidang tanah kosong berawa-rawa, dan diatasnya
hanya terdapat sebuah gubuk reyot yang hampir roboh. Selaku gubernur, ia
menginginkan agar di atas tanah tersebut, didirikan sebuah masjid yang indah
dan mewah agar seimbang dengan istananya. Apalagi Amr bin Ash tahu bahwa tanah
dan gubuk itu ternyata milik seorang warga Yahudi. Maka Yahudi kakek tua
pemilik tanah itu dipanggil menghadap istana untuk merundingkan rencana Gubernur
Amr bin Ash.
Dalam pertemuan itu Gubernur ingin membeli
tanah milik seorang Yahudi, sekalian gubuknya. Gebernur menawarkan harga diatas
harga normal, dengan harapan Yahudi tersebut mau menjualnya. Dengan tanah ini
gubernur hendak membangun masjid diatasnya. Namun warga pemilik tanah ini
enggan menjualnya. Karena gebernur menginginkan sekali tanah tersebut,
tawarannya dinaikkan beberapa kali lipat. Namun warga pemilik tanah ini tetap
tidak mau menjualnya. Berungkali gubernur menaikkan harga tawarannya namun
warga Yahudi ini menggelengkan kepalanya, “Tidak akan saya jual, Tuan.”
Walaupun didesak berulang-ulang kali, tetap tidak mau menjualnya.
Maka sepeninggal kakek beragama Yahudi itu,
Amr bin Ash memutuskan melalui surat untuk membongkar gubuk reyotnya dan
mendirikan masjid besar di atas tanahnya dengan alasan kepentingan bersama dan
memperindah pemandangan daerah sekitarnya. Yahudi pemilik tanah dan gubuk tidak
bisa berbuat apa-apa menghadapi tindakan penguasa. Ia cuma mampu menangis dalam
hati. Namun ia tidak putus asa memperjuangkan haknya. Ia bertekad hendak
mengadukan perbuatan gubernur tersebut kepada atasannya di Madinah, yaitu
Khalifah Umar bin Khattab.
Sungguh ia tak menyangka, Khalifah yang
namanya sangat tersohor itu tidak mempunyai istana yang mewah. Ia bahkan
diterima Khalifah di halaman masjid Nabawi, di bawah sebatang pohon kurma yang
rindang.
“Ada keperluan apa Tuan datang jauh-jauh
kemari dari Mesir?” Tanya Khalifah Umar.
Yahudi tua itu gemetaran berdiri di depan Khalifah, tetapi kepala negara
yang bertubuh tegap itu menatapnya dengan pandangan sejuk membuatnya percaya
diri sehingga dengan lancar ia dapat menyampaikan keperluannya. Yahudi tua ini
menuturkan keadaan dirinya, yaitu dari semenjak kerja kerasnya seumur hidup untuk
dapat membeli tanah dan membangun gubuk kecil tempat tinggalnya, sampai
perampasan hak miliknya oleh gubernur Amr bin Ash dan dibangunnya masjid megah
diatas tanah miliknya.
Mendengar kisah itu, Umar bin Khattab
mendadak merah padam mukanya. Dengan murka ia berkata, “Perbuatan Amr bin Ash
sudah keterlaluan.” Sesudah agak reda emosinya, Umar lantas menyuruh Yahudi
tersebut mengambil sebatang tulang dari tempat sampah yang teronggok di
dekatnya. Yahudi itu ragu melakukan perintah tersebut. Apakah ia salah
dengar? Tapi karena saking wibawanya khalifah Umar, apa yang dikatakannya
ia lakukan. Dan kemudian tulang itu diambil dan diserahkan ke pada beliau.
Oleh Khalifah, tulang itu digoreti huruf
alif lurus dari atas ke bawah, lalu dipalang di tengah-tengahnya menggunakan
ujung pedangnya. Kemudian tulang itu diserahkan kepada si kakek seraya
berpesan, “Tuan, bawalah tulang ini baik-baik ke Mesir, dan berikanlah pada
gubernurku Amr bin Ash.”
Yahudi itu semakin bertanya-tanya. Ia datang
jauh-jauh dari Mesir dengan tujuan memohonkan keadilan kepada kepala negara,
namun apa yang ia peroleh? Sebuah tulang, berbau busuk lagi. Kemudian tulang
itu cuma digoret-goret dengan ujung pedang. Apakah Khalifah Umar tidak waras?
Hatinya berkata seperti itu, karena tidak mengerti apa maksud dari Khalifah.
Kemudian kakek ini berkata: “Maaf, Tuan
Khalifah.” Ucapnya tidak puas. “Saya datang kemari menuntut keadilan, namun
bukan keadilan yang Tuan berikan. Melainkan sepotong tulang yang tak berharga.
Bukankah ini penghinaan atas diri saya?” Mendengar perkataan itu Umar tidak
marah. Ia meyakinkan dengan penegasannya, “Wahai, kakek Yahudi. Pada tulang
itulah terletak keadilan yang Tuan inginkan.”
Maka, walaupun sambil mendongkol dan
mengomel sepanjang jalan, kakek Yahudi itu lantas berangkat menuju tempat
asalnya dengan berbekal sepotong tulang belikat unta. Anehnya, begitu
tulang yang tak bernilai tersebut diterima oleh gubernur Amr bin Ash, tak
disangka mendadak tubuh Amr bin Ash menggigil dan wajahnya menyiratkan ketakutan
yang amat sangat. Seketika itu pula ia memerintahkan segenap anak buahnya untuk
merobohkan masjid yang baru siap, dan supaya dibangun kembali gubuk milik kakek
Yahudi serta menyerahkan kembali hak atas tanah tersebut.
Anak buah Amr bin Ash sudah berkumpul
seluruhnya. Masjid yang telah memakan dana besar itu hendak dihancurkan.
Tiba-tiba kakek Yahudi mendatangi gubernur Amr bin Ash dengan terburu-buru.
“Ada perlu apalagi, Tuan?” tanya Amr bin Ash. Kali ini berubah sikap menjadi lembut dan penuh hormat. Dengan
masih terengah-engah, Yahudi itu berkata, “Maaf, Tuan. Jangan dibongkar dulu
masjid itu. Izinkanlah saya menanyakan perkara pelik yang mengusik rasa
penasaran saya.” “Perkara yang mana?” tanya gubernur, tidak mengerti maksud
kakek itu. “Apa sebabnya Tuan begitu ketakutan dan menyuruh untuk merobohkan
masjid yang dibangun dengan biaya yang sungguh sangat besar sekali, hanya
lantaran menerima sepotong tulang dari Khalifah Umar?”
Gubernur Amr bin Ash berkata pelan,”Wahai
kakek Yahudi! Ketahuilah, tulang itu adalah tulang biasa, malah baunya busuk.
Tetapi karena dikirimkan Khalifah, tulang itu menjadi peringatan yang amat
tajam dan tegas dengan dituliskannya huruf alif yang dipalang di tengah-tengahnya.”
“Maksudnya?” tanya si kakek makin keheranan.
“Tulang itu berisi ancaman Khalifah kepada
Amr bin Ash. Ingatlah kamu. Siapapun engkau sekarang, betapapun tingginya
pangkat dan kekuasaanmu, suatu saat nanti kamu pasti akan berubah menjadi
tulang yang busuk. Karena itu, bertindak adillah kamu seperti huruf alif yang
lurus, adil di (ke)atas dan di (ke)bawah, Sebab, jika engkau tidak bertindak
lurus, kupalang di tengah-tengahmu, kutebas batang lehermu (artinya peringatan
keras).”
Yahudi itu menunduk terharu, karena ia
mengerti sekarang apa yang dimaksud
khalifah memberikan tulang yang telah digores itu kepada gubernur.
Dengan itu, ia kagum atas sikap khalifah yang tegas, dan sikap gubernur yang
patuh dengan atasannya hanya dengan menerima sepotong tulang. Benda yang rendah
itu berubah menjadi putusan hukum yang ‘keramat’ dan ditaati di tangan para
penguasa yang beriman. Maka Kakek Tua Yahudi itu kemudian menyerahkan tanah dan
gubuknya sebagai wakaf. Setelah kejadian itu, ia langsung menyatakan masuk
Islam.
●Semasa Pemerintahan Islam di Spanyol.
Penduduk berpenghasilan tinggi ditengah masyarakat
yang berperadaban tinggi. Toleran terhadap agama-agama dan asal suku bangsa.
Orang Yahudi, Kristen dan Muslim hidup dalam damai dan harmonis. Masyarakat
memiliki pengetahuan yang baik disamping pengetahuan agama. Ekonomi
kesejahteraan mereka tak tertandingi selama berabad-abad. Tidak ada paksaan
dalam beragama bagi non Muslim untuk menjadi Muslim.
●Kesan-kesan orang diluar Islam tentang ajaran Islam dan Nabi Muhammad saw. Pengakuan
Alphonse Marie de Prat de Lamartine (1790-1869). Ia seorang penulis,
penyair, dan politisi menulis buku bertajuk “Histoire De La Turquie”,
Paris, 1854, Vol. II, pp 276-277: “Dunia telah menyaksikan banyak
pribadi-pribadi agung. Namun, dari orang orang tersebut adalah orang yang
sukses pada satu atau dua bidang saja misalnya agama atau militer. Hidup dan
ajaran orang-orang ini seringkali terselimuti kabut waktu dan zaman.
Begitu banyak spekulasi tentang waktu dan
tempat lahir mereka, cara dan gaya hidup mereka, sifat dan detail ajaran
mereka, serta tingkat dan ukuran kesuksesan mereka sehingga sulit bagi manusia
untuk merekonstruksi ajaran dan hidup tokoh-tokoh ini.
Tidak demikian dengan orang ini. Muhammad (saw)
telah begitu tinggi menggapai dalam berbagai bidang pikir dan perilaku manusia
dalam sebuah episode cemerlang sejarah manusia. Setiap detil dari kehidupan
pribadi dan ucapan-ucapannya telah secara akurat didokumentasikan dan dijaga
dengan teliti sampai saat ini. Keaslian ajarannya begitu terjaga, tidak saja
oleh karena penelusuran yang dilakukan para pengikut setianya tapi juga oleh
para penentangnya.
Muhammad adalah seorang agamawan, reformis
sosial, teladan moral, administrator massa, sahabat setia, teman yang
menyenangkan, suami yang penuh kasih dan seorang ayah yang penyayang, semua
menjadi satu. Tiada lagi manusia dalam sejarah melebihi atau bahkan menyamainya
dalam setiap aspek kehidupan tersebut - hanya dengan kepribadian seperti dialah
keagungan seperti ini dapat diraih.”
Sir George Bernard Shaw (1856-1950)
adalah seorang dramawan Irlandia,
kritikus dan polemik yang pengaruhnya terhadap teater, budaya dan politik Barat
yang berkembang dari tahun 1880 sampai kematiannya dan seterusnya. Dalam The
Genuine Islam,’ Vol. 1, No. 8, 1936 mengatakan: ”Saya senantiasa
menghormati agama Muhammad karena potensi yang dimilikinya. Ini adalah
satu-satunya agama yang bagi saya memiliki kemampuan menyatukan dan merubah
peradaban. Saya sudah mempelajari Muhammad sesosok pribadi agung yang jauh dari
kesan seorang anti kris-tus, dia harus dipanggil ’sang penyelamat kemanusiaan’.
Saya yakin, apabila orang semacam Muhammad
memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, dia akan berhasil mengatasi
segala permasalahan sedemikian hingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang
dibutuhkan dunia.
Ramalanku, keyakinan yang dibawanya akan
diterima Eropa di masa datang dan memang ia telah mulai diterima Eropa saat
ini. Dia adalah manusia teragung yang pernah menginjakkan kakinya di bumi ini.
Dia membawa sebuah agama, mendirikan sebuah
bangsa, meletakkan dasar-dasar moral, memulai sekian banyak gerakan pembaruan
sosial dan politik, mendirikan sebuah masyarakat yang kuat dan dinamis untuk
melaksanakan dan mewakili seluruh ajarannya, dan ia juga telah merevolusi
pikiran serta perilaku manusia untuk seluruh masa yang akan datang.
Dia adalah Muhammad (saw). Dia lahir
di Arab tahun 570 masehi, memulai misi mengajarkan agama kebenaran, Islam (penyerahan
diri pada Tuhan) pada usia 40 tahun, dan meninggalkan dunia pada usia 63 tahun.
Sepanjang masa kenabiannya yang pendek (23
tahun) dia telah merubah Jazirah Arab dari paganisme dan pemuja makhluk menjadi
para pemuja Tuhan yang Esa, dari pepe-rangan dan perpecahan antar suku menjadi
bangsa yang bersatu, dari kaum pemabuk dan pengacau menjadi kaum pemikir dan
penyabar, dari kaum tak berhukum dan anarkis menjadi kaum yang teratur, dari
kebobrokan kekeagungan moral. Sejarah manusia tidak pernah mengenal tranformasi
sebuah masyarakat atau tempat sedahsyat ini dan bayangkan ini terjadi dalam
kurun waktu hanya sedikit di atas dua decade.”
Harapan
Dunia Kedepan
Sungguh ajaran Islam dan kisah-kisah diatas
adalah tentang pengharapan, kelapangan dada, perasaan mengharapkan penyelesaian
hidupnya di tangan orang-orang muslim yang bisa dipercaya. Menjadi seorang
muslim harus bisa menjadi pusaran pengharapan, bagi diri sendiri, orang lain,
lingkungan dan alam semesta. Bukan menjadi pusaran kecemasan dan ketakutan.
Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia lainnya.” Dalam hadist lain beliau juga bersabda: “Orang
muslim ialah orang, yang darinya orang lain selamat dari lisan dan tangannya.”
Sungguh demikianlah akhlakiyah dan
karya-karya warga serta pemimpin pemerintahan Islam kepada warganya yang
mendapat keadilan dan kesempatan berkarya sebagaimana mestinya dalam wujud dari
peradaban yang dibangun oleh ibadah shalat lima waktu yang diajarkan Islam itu,
lihat bab 11, khususnya halaman 215 s/d 217 dan halaman 221 s/d 224 buku ini.
Boleh jadi suatu barang langka yang dapat
ditemui di awal mellinnium ke-3 ini, khususnya mengenai penegakan keadilan
dalam pemerintahan abad ke-21 ini. Di sebahagian dunia warganya diperlakukan
sekendak hatinya saja. Apalagi bukan golongannya, bukan pendukungnya dan tidak berbuat
bagi rakyatnya. Asas mengejar power dan materi menjadi kuat, asas
ruhaniah akhlakiyah menjadi lemah. “Yang Kuat menggunakan dan memamerkan
kekuatannya, dan yang lemah mau dibuat seperti kerbau dicucuk hidungnya”.
Dibawah kondisi seperti itu, walaupun Naga Super Power berjaya
menghantam habis-habisan cacing-cacing itu, namun cacing-cacing baru
timbul lagi. Alih-alih selesai (sementara) konflik, yang terjadi adalah
terbentuknya vicious cycle. Yaitu yang tadinya kalah memerangi
yang tadinya menang. Perang sudah menjadi kebiasaan dan pandangan hidup. Dengan
itu, dunia tidak pernah damai dan tidak pula pernah aman. Malah bayangan
menakutkan dari perang kuman, kimia, nuklir dan senjata mematikan lainnya akan
tiba, siap memusnahkan peradaban (kehidupan) manusia.
Demikianlah kisah perjalanan hidup manusia
era sekularisme produk post abad tengah Eropa. Dengan itu, menyadarkan
kita dan dunia bahwa yang sebenar-benarnya ajaran Islam itu adalah rahmat bagi
alam semesta, sebagaimana diuraikan sebelumnya. Artinya, ajaran Islam adalah
bagian dari solusi yang membawa era baru peradaban dunia di millennium ke-3
ini, lihat bab 11, hal 216. Dunia sungguh perlu konsep hidup berbangsa dan
antar bangsa 3T1I ajaran Islam 25 yang menjadikan hidup di dunia damai, aman,
adil dan makmur. □□□
Allāhu a’lam Bishshawab, BilLāhit Taufiq wal Hidayah. □ AFM
Kembali
ke: Shalat Membangun Peradaban Dunia I
Catatan Kaki:
1[QS
An-Nisā’ 4:103].
2http://hamidfahmy.com/membangun-kembali-peradaban-islam-secara-sinergis-simultan-dan-konsisten/
3Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang ‘yang berperang’ (bekerja) di-jalan-Nya ‘dalam barisan yang teratur’ (dalam
organisasi, manajemen), ‘mereka seakan-akan seperti bangunan yang tersusun kokoh’ (teamwork, dengan
pembangian tugas kerja yang terencana, terorganisir, terkendali). [QS Ash-Shaff
61:4]
4 Kamu
(umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena
kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, (baik) dan mencegah yang mungkar (buruk),
dan beriman kepada Allah. [QS Āli ‘Imrān 3:110]
5Membaca berarti mengajarkan dan menyampaikan pelajaran
al-Qur’an kepada masyarakat. Juga berarti membaca untuk dipelajari dan
diperhatikan isinya, supaya dijadikan pedoman hidup da-lam segala lapangan.
6Shalat yang berisikan doa, puji kepada Tuhan Yang Maha
Esa memberikan kesan (gurisan, pengaruh) kesucian dan taqarrub kepada Illahi
Rabbi. Karena itu manusia yang mengerjakan shalat dalam arti yang sesungguhnya,
mereka terhindar dari perbuatan keji dan salah. Mereka selalu akan ingat kepada
pesan Tuhannya.
7Dzikrullah (mengingat atau menyebut Tuhan) adalah sesuatu
perkara yang amat penting bagi menjaga diri supaya tetap dalam kesucian.
8Firman
Allah swt: ”Kemudian, Kami rendahkan ke tempat yang paling rendah;
Selain dari orang-orang yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik.
Mereka akan memperoleh pahala yang tiada putus-putusnya.” [QS At-Tin
95:5,6]
9Shalat itu untuk mengingat Tuhan, memuja, memuji dan memohon
doa kepada-Nya. Shalat ini merupakan media yang menghubungkan antara manusia
dengan Tuhannya.
10Sabar artinya bukan hanya mengendalikan amarah, tetapi
juga berteguh hati dalam menghadapi kesukaran dalam melakukan se-suatu
pekerjaan dan perjuangan. Shalat itu isinya menghadapkan hati kepada Tuhan, dan
menundukkan jiwa dan raga kepada Allah semata-mata. Dengan kesabaran dan shalat
itu datanglah pertolongan, berkat kekuatan spiritual doa yang begitu besar dan
kuat serta yakin. Kadang kala segala macam penderitaan itu adalah cobaan dan
ujian (latihan) stamina keimanan dalam kehidupan. Orang-orang yang berhati
teguh (sabar), mereka dapat melalui cobaan itu dengan sebaik-baiknya, mengatasi
segala kesukaran. Dengan itu imannya akan tumbuh menjadi besar dan kuat. [QS Al-Baqarah
2:155-157]
11Masyarakat Madinah yang
majemuk yaitu bukan hanya orang-orang Islam saja melainkan ada orang-orang yang
beragama lain. ‘Plural’ tapi bukan ‘Pluralisme’.
12”Selain dari orang-orang
yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik. Mereka akan memperoleh pahala yang
tiada putus-putusnya.” [QS At-Tīn 95:6]
13 https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2014/05/rasul-tokoh-yang-mempengaruhi-dunia.html
14Cita-cita
politik kita, dalam buku Aspirasi Umat Islam Indone-sia,
LAPPENAS, Jakarta 1983. Hal. 11.
15[HR al-Bazzar dari ibnu
Abbas ra; Miftahul Khathabah, hal 133, at-Targrhib 1:314]
16Firman Allah swt: “Sebab itu ingatlah Aku, supaya
Aku ingat pula kepadamu, Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah menjadi orang
yang tidak tahu berterima kasih
kepada-Ku [QS Al-Baqarah 2:152]
Tuhan ingat kepada kita,
berarti memberikan bantuan dan perlindungan sepenuhnya kepada kita. Syukur
artinya mempergunakan pemberian (nikmat) Tuhan menurut semestinya dan
sebaik-baik-nya, serta menyatakan penghargaan dan rasa terima kasih kepada yang
memberikan nikmat itu.
17Firman Allah swt: “Dia telah menciptakanmu dari
bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya (manusia sebagai penghuni bumi untuk
menguasai, memakmurkan dan memelihara lingkungan hidup dan ekosistimnya). [QS
Hūd 11:61]
18Dan Aku tiada menciptakan Jin dan Manusia, melainkan
supaya mereka beribadat kepada-Ku. [QS adz-Dzāriyāt 51:56]
19QS Al-Baqarah 2:30; QS Al-An’ām 6:165; QS Al-A’rāf 7:74
Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka akan mendapat pahala yang tiada
putus-putus-nya.” [QS At-Tīn 95:6]
20 Wahuwal
ladzī ja’alakum khalāifal ardhi. Dan Dialah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah (para mandataris-Nya) di bumi [QS Al-An’ām 6:165]
21https://afaisalmarzuki.blogspot.com/2016/02/menguji-clash-of-civilizations-samuel-p.html
22“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk
menyempurnakan akhlak (budi pekerti) yang baik. [HR. Al-Bukhari]
23QS Āli-’Imrān 3:110
24QS al-Anbiyā’ 21:105
25”Wahai manusia! Sungguh, Kami (Allah) telah menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu ’saling mengenal’ (lita’ārafū -
ta’aruf > tafahum > ta’awun > itsar). Sungguh, yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa.” [QS Al-Hujarāt
49:13].
Ayat ini dibacakan
(berikut terjemahan bahasa Inggris) setelah upacara pelantikan Presiden Donald
Trump, Januari 2017, oleh salah satu imam mesjid di Metropolitan Washington DC
area. Ini merupakan upaya dakwah umat muslim di Amerika. □□□