Sunday, April 30, 2017

Shalat Membangun Peradaban Dunia I





Kata Pengantar


   Jelang editing terakhir dari buku yang pernah resensinya di layang ke salah satu blog penulis, ada beberapa perbaikan yaitu tajuk buku semestinya pas dengan isi buku yang dipaparkan itu. Karena peradaban yang dikupas disana isi adalah peradaban Islam (merebak) dunia. Tajuknya sekarang menjadi “Shalat Membangun Peradaban Dunia”.

   Sejalan dengan itu, untuk mengisinya perlu bahan-bahan tambahan yang sekarang “frame” bahasannya sesuai dengan tajuk (nama, judul) buku itu. Seterusnya apa harapan kedepan dengan ‘Islam di pentas Dunia’, dalam bab Penutup buku itu diuraikan pula.

   Uraian tajuk diatas diambilkan dari buku tersebut, bab 12 (Bab Penutup) ditambah dengan daftar isi sebagai berikut dibawah ini.



Daftar Isi:

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xv

Bab  1. Mukadimah  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

                Peradaban Islam; Keadaan Dunia Masa Kini;  Nabi
                saw Dan Pengikutnya Hijrah; Nabi saw Tiba di Yats-
                rib Sebagai Juru Selamat Yang Ditunggu-tunggu;
                Shalat Sebagai Agen Perubahan.

Bab  2. Makna Berwudhu  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

                 Kinayah Berwudhu’; Imam Al-Ghazali Tentang Wu-
                 dhu’.

Bab  3. Makna Adzan Dan Iqamat  . . . . . . . . . . . . . . . 37

                Sejarah Mulainya Adzan; Bacaan Adzan; Bacaan Iqa-
                mat; Makna Adzan Dan Iqamat; Fungsi Dan Kinayah
                Pada Adzan; Fungsi Dan Kinayah Pada Iqamat; Ki-
                nayah Dalam Shalat Berjamaah.

Bab  4. Makna Shalat   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49

                Makna (Hakekat) Shalat; Fungsi Ibadah Shalat; Ta-
                hapan Tahapan Upacara Munajat;  Kinayah Dari
                Shalat.

Bab  5. Adab Shalat  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 65

                Adab Umum Dalam Shalat; Adab Khusus Dalam
                Shalat.

Bab  6. Shalat Rasulullah  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73

              Cara Gerakan Dan Bacaan Shalat Yang Di-
              lakukan Rasulullah saw

                 Adab Sebelum Takbir;  Adab Dalam Berdiri;  Adab
                Takbiratul Ihram Dan Pengangkatan Tangan; Adab
                 Meletakkan Tangan Atas Dada;  Adab Iftitah; Adab
                 Membaca Kalimat Ta’awwudz (Isti’adzah);  Adab
                 Membaca Basmalah; Adab Membaca Al-Fatihah; 
                 Adab Berta’min; Adab Membaca Surat; Adab          
                 Ruku’;   Adab Di Dalam Ruku’;  Adab Beri’tidal;
                 Adab Dalam Beri’tidal; Adab Akan Sujud; Adab
                 Sujud; Adab Duduk Antara Dua Sujud; Adab Sujud
                 Yang Kedua; Adab Bangkit Ke Rakaat Yang Kedua;
                 Adab Di Rakaat Kedua; Adab Duduk Tasyahud Per-
                 tama; Adab Bangkit Ke Rakaat Ketiga Dan Keempat; 
                 Adab Duduk Tasyahud Yang Terakhir; Adab Berdoa
                 Di Akhir Tasyahud Akhir; Adab Bersalam.

Bab  7. Adab Batin Dalam Shalat . . . . . . . . . . . . . . . . 129

             Memahami Makna Gerakan Dari Shalat
             Makna Yang Dalam Dari Bacaan Shalat
             Memahami Surat Al-Fatihah

                Adab Di Kala Berdiri; Adab Dikala Mengangkat Ta-
                ngan Dan Takbir;  Adab Di Kala Membaca Dzikir If-
                titah; Adab Di Kala Membaca Doa Tawajuh; Adab Di
                Kala Berta’awwudz; Adab Di Kala Membaca Basma-
                lah; Memahami Makna Yang Dalam Surat Al-Fati-
                hah; Adab Dikala Membaca Surat Al-Fatihah; Adab
                Di Kala Berta’mim; Adab Di Kala Membaca Surat;
                Adab Di Kala Ruku’; Adab Di Kala Membaca Tasbih
                Di Dalam Ruku’;  Adab Bangkit Ke I’tidal; Adab Di
                Kala I’tidal;  Adab Di Kala Bersujud; Adab Di Kala
                Membaca Tasbih Dalam Sujud; Adab Di Kala Duduk
                Antara Dua Sujud; Adab Di Kala Duduk Membaca
                Tasyahud; Susunan Pengucapan Doa Tahiyat; Adab
                Di Kala Bersalam.

Bab  8. Dzikir Rasulullah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 161

                 Ucapan-Ucapan Dzikir Rasulullah saw Sesudah
                 Shalat; Dzikir Khusus Subuh dan Maghrib; Sesudah
                 Shalat Sunnah Subuh Disukai Membaca Doa-Dzikir;
                 Dzikir Pagi Dan Petang.

Bab  9. Makna Gerakan Shalat Bagi Kesehatan  . . . . 181

                 Gerakan Shalat Dalam Takbiratul Ihram; Gerakan
                 Shalat Dalam Ruku’; Gerakan Shalat DalamI’tidal;
                 Gerakan Shalat Dalam Sujud; Gerakan Shalat Da-
                 lam Duduk Diantara Dua Sujud; Gerakan Shalat Da-
                 lam Salam; Penutup

Bab 10.Hikmah Shalat Lima Waktu  . . . . . . . . . . . . . 193

                 Waktu Shalat Maghrib; Waktu Shalat Isya’; Waktu
                 Shalat Shubuh; Waktu Shalat Dzuhur; Waktu Shalat
                 Ashar.

Bab 11. Peradaban Islam Merebak Dunia . . . . . . . . . 203

              Islam Sebagai Peradaban; Substansi Peradaban; Pe-
                 ranan Agama Dalam Membangun Peradaban Islam;
                 Pedoman Dasar Peradaban Islam; Guna Al-Qur’an
                 Bagi Manusia; Guna Sunnah Rasul; Keadaan Bangsa
                 Arab Sebelum Dan Setelah Islam Datang; Pengerti-
                 an Dan Faktor Bangunnya Peradaban; Peletakan
                 Dasar Pembangunan Peradaban Islam; Pembangun-
                 an Peradaban Islam; Gerakan Penerjemahan Buku;
                 Para Ilmuan Muslim;  Tokoh Sains Dan Teknologi
                 Muslim; Bapak Ilmu Sosiologi Dan Ekonomi;
                 Keistimewaan Buku Al-Mukaddimah Ibnu Khaldun;
                 Pengaruh Pemikiran Teori Ekonomi Ibnu Khaldun
                 Bagi Dunia; Ilmu-ilmu Sosial dalam Kitab Al-Mu-       
                 qaddimah Ibnu Khaldun; Angka Arab barat Menjadi
                 Angka Moderen; Bilangan Angka Romawi; Eropa
                 Meninggalkan Angka Romawi; Kontribusi Islam
                 Bagi Kemajuan Peradaban Dunia; Peradaban Islam
                 Masuk Eropa; Universitas Di Andalusia; Perpusta-
                 kaan; Penterjemahan Buku-buku Ilmu Pengetahuan
                 Bahasa Arab; Islam di Spamyol (711-1491 M) ; Mes-
                 jid Cordoba (Kurtuba); Universitas Cordoba.

Bab 12. Penutup   . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 257
              Sungguh Shalat Membangun Peradaban
              Manusia Di Dunia

                  Hubungan Ibadah Shalat Dengan Peradaban; Pe-
                  rintah Ibadah Shalat; Pesan Rasul saw: Tetap Me-
                  ngerjakan Shalat; Hasil Dari Menegakkan Ibadah
                  Shalat; Penghargaan Tertinggi Dari Mengerjakan
                  Shalat Oleh Allah swt; Keadaan Dunia Sekarang
                  Perlu Disikapi Dengan Bijak. Kesimpulan: Makna,
                  Faktor,  Wujud Dari Peradaban; Lahirnya Peradab-
                  an Islam; Ajaran Islam Yang Memotivasi bangun-     
                  nya Peradaban Islam;  Harapan Dunia Kedepan.

Lampiran-Lampiran:

        Lampiran-1

        Piagam Madinah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 293
       
        Lampiran-2

        Apakah Galileo Galilei Dibunuh Gereja
        Katolik?  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 303

        Lampiran-3

        Dahsyatnya Penciptaan Alam Semesta  . . . . . . 315

        Lampiran-4

        Catatan - Membangun Kembali Peradaban
        Islam  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 327

        Lampiran-5

        Senjata Nuklir Dan Daya Rusaknya   . . . . . . . . . 333

        Lampiran-6

        Ilustrasi Gambar Peradaban Islam   . . . . . . . . .  345

Daftar Kepustakaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  381

Mengenai Penulis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  383

Kamus Istilah Bahasa Arab . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  386

Pedoman Transliterasi Arab-Latin   . . . . . . . . . . . . .  391




SHALAT MEMBANGUN PERADABAN MANUSIA DI DUNIA



S
etelah kita baca dan simak bab demi bab buku ini, maka dapat kita pahami bahwa, sebelum melakukan ibadah shalat tentu mesti berwudhu’ dulu dan mengetahui makna dan adabnya, bab 2. Mendengarsimak suara adzan dan iqamat serta mengetahui makna dan adabnya, bab 3. Berikutnya, me-ngenal makna dan adab shalat yang akan di kerjakan, bab 4 dan 5. Maka, dari prashalat ini saja, jiwa dan raga kita sudah dapat merasakan betapa sungguh agungnya nilai-nilai pelajaran yang terkandung didalam peribadatan shalat ini.

   Setelah rangkaian prashalat selesai kita kerjakan, baru kita dapat melakukan shalat. Shalat yang baik itu adalah shalat yang sesuai dengan cara dan adab yang Rasul saw  lakukan. Shalat seperti itu menenteramkan jiwa, hatinya damai dan menyehatkan tubuh, bab 6, 7, 8 dan 9.

   Khususnya shalat fardhu adalah suatu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman, 1 yaitu 5 waktu dalam sehari. Waktu-waktu tersebut bersesuaian dengan sunatullah dalam bentuk tenaga alam yang dibutuhkan manusia, baik bagi kesehatan raga maupun jiwa manusia, bab 10. Tenaga itu sangat diperlukan manusia dalam meningkatan energi produktifitas dan kreatifitas dalam bekerja. Dalam Kata Pengantar dan Bab 1 jelas sekali diterangkan keistimewaan ibadah shalat dan manfaat bagi kehidupan manusia guna membangun peradaban.


Hubungan Ibadah Shalat Dengan Peradaban

   Dibawah ini akan dipaparkan hubungan antara ibadah shalat dengan peradaban. Hubungan itu terlihat dengan jelas sekali bahwa shalat membangun peradaban sbb:
   ●“Wahai anakku, Laksanakanlah shalat dan suruhlah (mereka) berbuat yang ma’ruf (baik, membangun) dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar (buruk, merusak) dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang yang penting” [QS Luqman 31:17]

   ●“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang baik (agent of development, ma’ruf) dan mencegah (agent of change) dari yang buruk dan merusak (munkar), dan beriman kepada Allah.” [QS Āli ‘Imrīn 3:110]

   ●“Shalat adalah tiang agama (dīn). Barang siapa yang menegakkan shalat, maka berarti ia menegakkan agama (dīn), dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama (dīn)”. [HR Bukhari Muslim]
   Dr. Hamid Fahmy Zarkasy menerangkan: 2 “Islam yang diturunkan sebagai Dīn, ad-Dīnul Islam, sejatinya telah memiliki konsep seminal yaitu cikal bakal dari eksis dan tegaknya peradaban. Sebab kata Dīn itu sendiri telah membawa makna keberhutangan, susunan kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderungan manusia untuk membentuk masyarakat yang mentaati hukum, dan mencari pemerintah yang adil. Dalam istilah Dīn itu tersembunyi suatu sistem kehidupan. Oleh sebab itu ketika Dīn  Allāh (dīnullāh) yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Dari akar kata Dīn dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan. Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization) ...”
    Keterangan ini menjelaskan kepada kita bahwa hubungan shalat dengan dīn (agama) adalah shalat sebagai tiang dīn (agama), hasilnya membangun peradaban manusia. Hal ini terlihat dengan jelas antara Yatsrib yang jahiliyyah sebelumnya, menjadi Madinah yang berperadaban. Keberhasilan ini diakui oleh Hart, Le Bone dan Carlyle.


Perintah Ibadah Shalat

   Ibadah shalat merupakan perintah-Nya. Ia lakukan seperti itu karena manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya sebagai khalifah-khalifah pemakmur bumi. Yaitu melalui pekerjaan yang dilakukan bersama-sama dalam satu team yang kokoh dan pembagian tugas yang terorganisir rapih, 3 percaya diri, beriman yang teguh seperti dilakukan Rasulullah saw dengan umatnya di Madinah. Ibadah shalat  membentuk kesadaran akhlakiyah (moral, mental, karakter) terpuji yang diperlukan sebagai khalifah pemakmur di Bumi. Dalam bahasa era millennium ke-3 khalifah ini bisa dan mampu membangun peradaban dengan perannya sebagai Agen Perubahan dan Agen Pembangunan 4  yang tidak mudah, maka perlu akhlakiyah (moral integritas). Yaitu menghindari godaan hawa nafsu yang menyimpangkan dari tujuan professional tugasnya, seperti: korupsi, menerima sogok, kepentingan pribadi atau golongannya yang diutamakannya, tidak jujur, tidak adil, tidak amanah. Dengan akhklakiyah menguatkan tekad untuk melaksanakan tugas yang diamanatkan sukses. Itulah artinya berbuat ma’ruf.
    Manusia tanpa membuat kema’rufan dan mencegah kemunkaran, maka dunia semesta ini akan mudah menuju chaos - porak poranda. Case study dalam hidup manusia acapkali dihadapkan kepada memilih diantara dua atau lebih menjadi satu pilihan. Kebebasan memilih ini baik atau tidaknya bergantung kepada niat, cara, dan pedoman yang digunakan, kemashlahatan serta tujuannya. Hal Ini merupakan ujian bagi penggunanya. “Maha Suci Allah yang ditangan-Nya (segala) kerajaan (kekuasaan), dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup (manusia), untuk menguji kamu (atas kebebasan pekerjaan/memilih), siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (manfaat dari hasil pekerjaan/pemilihannya). Dan Dia Mahaperkasa, (lagi) Maha Pengampun.” [QS Al-Mulk 67:1-2]

    Bahwasanya, ...orang-orang yang memelihara amanah dan memenuhi janjinya; Dan yang memelihara shalatnya; Itulah orang-orang yang mempusakai; mereka mempusakai surga Firdaus; mereka kekal di dalamnya.” [QS Al-Mu’minūn 23:8-11].  Ayat ini menegaskan bahwa bagi orang-orang yang shalat yang melakukan perbuatan baik seperti memelihara amanah kekuasaan memerintah (mengelola) yang diberikan; memenuhi janji apabila berjanji; memelihara shalatnya yang dikerjakan dengan memenuhi adab-adabnya seperti yang telah diuraikan. Tentunya, shalat yang benar-benar bershalat akan menumbuh suburkan perbuatan baik di segala bidang kehidupan dan keadaan. Juga mereka dengan itu nanti dibalasi Taman Firdaus untuk selama-lamanya.
   “Bacalah Kitab 5 yang diwahyukan kepada engkau; dan tetaplah mengerjakan shalat; sesungguhnya shalat itu menghalangi dari mengerjakan perbuatan fahsya dan munkar. 6 Sesungguhnya mengingati Allah itu amat besar manfaatnya; 7 dan  Allah itu mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS Al-‘Ankabūt 29:45]. Allah swt secara ekplisit dan tegas menyebutkan shalat, padahal Kitab al-Qur’an selalu menyebutkan kepada ketaatan dalam memenuhi perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Penekanan (double emphasis) ayat ini menunjukkan bahwa shalat itu sangat penting kedudukannya diantara segala macam ketaatan yang lain, karena shalat adalah mengingatkan atau mempunyai pesan untuk sekali-kali tidak boleh melakukan perbuatan fahsya (keji, merusak) dan mungkar (salah, buruk). 8 Orang yang benar-benar melakukan shalat akan ‘mendengarkan dan taat melakukan’ (sami’na wa atha’na) pesan-Nya itu. Dilanjutkan: Sesungguhnya, Aku ini Allah, Tiada Tuhan selain Aku; Sebab itu sembahlah Aku; dan tetaplah mengerjakan shalat untuk mengingat Aku.” 9 [QS Thāhā 20:14]. Allah swt menerangkan bahwa shalat itu adalah media untuk mengingat Allah yang bersamaan dengan itu mengingat pula akan perintah yang mesti kita kerjakan, dan larangan-Nya yang mesti kita hindari. Apa yang disukai-Nya kita kerjakan dan apa yang tidak diridhai-Nya kita tinggalkan, artinya jangan kerjakan.

   Allah swt mengingatkan untuk keluarga kita bahaya dari neraka: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluarga dari api neraka” [QS At-Tahrīm 66:6]
Disebutkan juga untuk bersabar dalam menyuruh mengerjakan shalat, karena dalam pelaksanaannya acap kali tidak mudah mereka melakukannya, namun tetap harus diingati terus, disertai pula dengan do’a. “Dan suruhlah olehmu akan keluargamu mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu atasnya. [QS Thāhā 20:132]. Firman-Nya yang lain menyebutkan: “Wahai orang-orang yang beriman! Carilah pertolongan dengan sabar 10 dan mengerjakan shalat.  Sesungguhnya Allah bersama dengan orang yang sabar”. [QS al-Baqarah 2:153]

   Janji Allah pula jika mengerjakan ibadah shalat Allah akan mempermudah mendapatkan rezeki bagi mereka yang shalat dan melakukan perbuatan baik yaitu bekerja dengan sebaik mungkin. “Kami tiada meminta rezeki kepada engkau, melainkan Kami yang memberi engkau rezeki; Dan akibat baik adalah untuk orang yang bertaqwa (berhati-hati dan patuh kepada Allah swt).” [QS Thāhā 20:132]

   Orang yang bershalat berarti membaikkan dirinya, membaikkan segala orang muslim sebagaimana orang yang bershalat membaca dalam doa tasyahutnya: “Assalāmu ‘alay-nā wa ‘alā ‘ibādil Lāhish shālihīn. Artinya: Semoga kesejahteraan (well being, wellness) itu, Allah limpahkan atas kami dan atas segala hamba-hamba-Nya yang shalih.



Pesan Rasul saw: Tetap Mengerjakan Shalat


   Mengingat begitu pentingnya kedudukan shalat ini, Nabi saw mengingatkan kita walau pun diketika sakratul maut datang menjemput beliau. Dalam suatu hadits diterangkan, bahwa: “Shalatlah akhir wasiat Nabi saw kepada umatnya, serta hal yang menyangkut dengan harkat kemanusiaan (walau pun kepada hamba sahaya). Ummu Salamah ra berkata: Adalah di antara akhir wasiat Rasulullah saw ialah: “Tetaplah kamu memelihara shalat, dan tetaplah kamu berbuat baik kepada budak-budak sahayamu”. [HR Ah-mad, al-Fathur Rabbani 1:208]. Dari Ali ra berkata: Adalah akhir pembicaraan Rasulullah saw: “Peliharalah shalat dan bertaqwalah kepada Allah terhadap budak sahayamu.” [HR Ahmad; Nailul Amani 1:203]
   Dari pesan-pesan Rasulullah saw terakhir ini jelas bahwa: Pertama, masalah hubungan (shilat) dalam shalat dengan Allah swt harus tetap terpelihara dengan baik. Artinya tetap shalat ditegakkan beserta nilai-nilai yang terkandung didalamnya setelah selesai shalat yaitu: Shalat sebagai bagian beribadah kepada-Nya; Shalat sebagai bagian dari agent of change dari masyarakat jahiliyah kepada masyarakat yang berperadaban; Shalat sebagai bagian dari comunity development seperti sebagaimana beliau membangun masyarakat Madinah yang majemuk 11 tetap berlaku adil dan damai berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disepakati berdasarkan hukum yang adil bagi semua. Dan tetap menegakkan dan memelihara adab-adab dalam melakukan ibadah shalat sebagaimana yang telah beliau saw kerjakan yang tentunya mesti kita teladani pula, walaupun beliau saw telah tiada.
   Kedua, harkat kemanusiaan secara keseluruhan (termasuk kepada hamba sahaya) tetap harus dilaksanakan dan dihormati dengan baik sebagai bagian dari taqwa kepada Allah swt. Inilah arti berperadaban itu. Yaitu, perbuatan-perbuatan seperti disebutkan diatas. Karena hal ini merupakan bagian integral dari orang-orang yang dikategorikan sebagai orang-orang beriman dan melakukan amal kebajikan (āmanū wa ‘amilush shālihāti). 12


Hasil Dari Menegakkan Ibadah Shalat

   Kebijakan-kebijakan Nabi saw selaku ’Imam’ di Madinah adalah mendirikan masjid tempat peribadatan shalat dan pembinaan jamaah. Masjid sebagai tempat: Sanctuary (suci dan berlindung kepada-Nya) dan Beribadat Shalat. Selesai shalat mengadakan kegiatan-kegiatan pembelajaran dan pembinaan jamaah dengan mengajar Al-Qur’an, ilmu-ilmu Islam baik qauliyah (firman Allah dalam Kitab Suci) maupun kauniyah (sunatullah di Alam Raya) dalam basis kelompok atau kelas. Oleh para shahabat kemudian, berkembang menjadi tempat konsultasi, perancanaan, dan seterusnya sampai kepada social development yaitu pembangunan masyarakat yang berperadaban berdasarkan tauhid, ketaqwaan, akhlak, kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan.
   Michael Hart 13 meyebutkan bahwa sepanjang catatan sejarah Muhammad adalah pemimpin peringkat pertama sesungguhnya dan paling sukses. Dia mempengaruhi dunia, baik dalam kapasitasnya sebagai tokoh agama (religious) dan tokoh keduniaan (secular realms).

   Bahkan dia membangun ’negara’ Madinah ’ala moderen’ layaknya seperti abad ini. Warga terdiri dari suku bangsa Yahudi (beragama Yahudi), Anshar (Islam, penduduk asli), Muhajirin (Islam, pendatang dari Makkah), Badui (Arab Pagan, penduduk asli) yang nomaden. Di tambah lagi semuanya terdiri dari kelompok suku-suku kabilah, namun semua tertib dan patuh kepada ketentuan Piagam Madinah.  Bunyi naskah Piagam (charter) Madinah itu sangat menarik, Lampiran-1. Ia memuat pokok-pokok pikiran yang dari sudut tinjauan modern pun mengagumkan. Dalam piagam itu lah untuk pertama kali dirumuskan ide-ide yang kini menjadi pandangan hidup moderen di dunia, seperti kebebasan beragama, hak setiap kelompok untuk mengatur hidup sesuai dengan keyakinannya, kemerdekaan hubungan ekonomi antar golongan, dan lain lain. Tetapi juga ditegaskan adanya suatu kewajiban umum, yaitu partisipasi dalam usaha pertahanan bersama menghadapi musuh dari luar. 14 Mereka telah bercelup sebagai satu bangsa (nation). Hal ini mengundang decak seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone kepada Rasul saw. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru sebagai suatu bangsa (nation) dalam tempo satu keturunan  atau 23 tahun.


Penghargaan Tertinggi Dari Mengerjakan Ibadah Shalat Oleh Allah swt

   Dari mengerjakan shalat yang bersungguh-sungguh seperti yang dilakukan oleh Rasulullah saw itu terbentuk dan terpeliharalah moral, mental, akhlak, karakter, dan visi mushalli sebagai khalifah pemakmur bumi. Nilai bathiniyah yang tertanam ini, sebagi modal dasar yang amat di-perlukan dalam membangun peradaban, sebagaimana sejarah telah mencatat kesuksesan yang tiada taranya, bab 11.

   Dengan itu Allah swt menyebut kecintaan dan perlindungan-Nya kepada para mushalli yang mengerjakan shalat dan selesai shalat berbuat kebajikan dalam kehidupan sehari-harinya berusaha memakmurkan kehidupan di bumi, sebagaimana hadits Qudsi Allah swt menyebutkan, artinya:

“Aku hanya menerima shalat dari orang yang bertawadhu’ kepada kebesaran-Ku; Tiada berlaku curang terhadap makhluk-Ku; Tiada berkekalan mengerjakan kejahatan; Menghabiskan hari dengan menyebut-Ku; Merahmati orang miskin, ibnu sabil dan janda; Merahmati orang yang tertimpa bencana. Orang yang demikian itu, cahayanya semisal cahaya matahari, Aku memeliharanya dengan kebesaran-Ku; Aku perintahkan malaikat-Ku menjaganya; Aku jadikan baginya cahaya dalam gelap, ketenangan dalam menghadapi ketakutan. Perumpamaan dari antara makhluk-Ku adalah sebagai Firdaus dalam surga.”  15

   Dari firman Allah swt itu, kita telah mendapatkan gambaran dari ciri-ciri orang yang shalat, perlindungan dan balasan-Nya. Untuk itu perlu kita memeliharanya secara istiqamah ibadah shalat ini.
   Allah Pencipta Alam Semesta, lihat Lampiran-3, secara berulang-ulang memerintahkan kita mengerjakan shalat, karena shalat itu menjadikan manusia benar-benar menjadi manusiawi. Yaitu, manusia yang pandai bersyukur 16  kepada Penciptanya Yang Maha Kasih-Sayang; Bermanfaat kepada sesama manusia termasuk alam lingkungannya; Manusia yang memelihara dan menjaga ekositimnya; 17 Manusia yang beribadat kepadanya 18 dan melakukan perbuatan baik. Dia inilah manusia Khalifah Allah yang sejati, yakni wakil Allah yang mendapat kepercayaan sebagai khalifah di bumi. 19 Kondisi untuk dapat mencapai kemakmuran diperlukan keadilan sosial; memelihara keamanan; memelihara lingkungan hidup; mensejahterakan hidup manusia; menegakkan dan memelihara kehidupan religious, karena manusia disamping sebagai makhluk biologis juga sebagai makhluk rohaniah yang memerlukan bimbingan religious. Rohaniah inilah yang akan kembali kepada-Nya untuk menerima balasan dari kebebasan dan perbuatan yang dilakukannya.


Keadaan Dunia Sekarang Perlu Disikapi Dengan Bijak


   Manusia kini sudah berjumlah 7,5 miliar lebih. Kalau tidak ditata dengan baik nafsu egonya dengan nilai akhlakiyah islamiyah seperti, “Mana yang baik mana yang tidak, mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang membangun mana yang merusak.” Maka, dunia ini benar-benar akan chaos. Bahkan kalau pencapaian egonya mengguna-kan teknologi ‘daya rusak total tidak manusiawi’ seperti senjata kuman, kimia, nuklir akan menimbulkan nightmare, mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Yaitu hancur lebur seluruh bangunan peradaban termasuk manusianya yang sudah susah payah dibangun, lihat Lampiran-5. Tentu ini sangat berlawanan secara diametral dengan ‘konsep langit’ seperti yang telah diuraikan.

   Memasuki abad ke-21 dunia ditandai dengan masih adanya kekerasan, tidak ada dialog. Mudah sekali menggunakan power militer daripada pendekatan 3T1I. Maka kehadiran ajaran Islam seperti Rasulullah saw  lakukan ketika di Yatsrib yang telah melahirkan Madinah. Yakni, memajukan, memartabatkan, membangun peradaban yang diatur dalam Piagam Madinah. Maka kesuksesan seperti itu patut diteruskan, dipelihara dan dikembangkan demi kedamaian dan kesejahteraan hidup sekarang dan masa mendatang, lihat Lampiran-4 dan 6. Selanjutnya, bagi warga muslim setempat dan dunia di millenium ke-3 ini, sadarilah, bahwa ajaran Islam yang adil dan beradab dalam bersosial kemasyarakatan dalam bernegara dan antar negara, wajib kita tegakkan sebagai khalifah-khalifah 20 di bumi.
   Adapun perbenturan peradaban (clash of civilizations) antara Barat dan Islam dalam thesis Huntington, tidak sesuai dengan ajaran Islam yang mengajarkan ta’aruf (saling kenal), artinya kemauan orang yang siap hidup bersama dengan orang atau bangsa lain dalam ‘perbedaan’.

   Sebenarnya, sumber perbenturan menurut Martha Nussbaum Ph.D., Professor of Law and Ethics University of Chicago ini adalah pertentangan antara ‘kehendak menguasai’ dengan ‘kehendak untuk hidup bersama dalam kesetaraan,’ telah menghentakbangun kesadaran pacifist manusia.
   Disinilah letak kelemahan formulasikan Sameul P. Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of World Order, yaitu adanya peradaban peradaban manusia untuk dipertentangkan (clash) satu sama lainnya. Padahal semestinya dicari hikmah untuk dapat menegakkan ta’aruf yakni saling mengenal; tafahum yakni saling memaklumi; ta’awun yakni kerja sama; itsar yakni tidak saling bertengkar, tidak saling memusuhi, tidak saling memerangi melainkan pacifist. Perang jangan dijadikan kebiasaan atau satu-satunya pilihan, sebelum ada dialog.

   Pertentangan di millennium ke-3 yang dihadapi dengan cara militerisme daripada komunikasi, akan sangat berbahaya bagi kehidupan umat manusia sedunia sekarang dan akan datang. Karena apa? Karena sangat berpotensi menggunakan senjata kuman, kimia dan nuklir. Artinya, kiamat dunia (dooms day) terjadi. Maukah kita? 21