Kata Pengantar
Jelang editing
terakhir dari buku yang pernah resensinya di layang ke salah satu blog penulis,
ada beberapa perbaikan yaitu tajuk buku semestinya pas dengan isi buku yang
dipaparkan itu. Karena peradaban yang dikupas disana isi adalah peradaban Islam
(merebak) dunia. Tajuknya sekarang menjadi “Shalat Membangun Peradaban Dunia”.
Sejalan dengan itu, untuk mengisinya perlu
bahan-bahan tambahan yang sekarang “frame” bahasannya sesuai dengan tajuk (nama,
judul) buku itu. Seterusnya apa harapan kedepan dengan ‘Islam di pentas Dunia’,
dalam bab Penutup buku itu diuraikan pula.
Uraian tajuk diatas diambilkan dari buku
tersebut, bab 12 (Bab Penutup) ditambah dengan daftar isi sebagai berikut
dibawah ini.
Daftar
Isi:
Daftar Isi . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi
Kata Pengantar . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xv
Bab 1. Mukadimah
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Peradaban Islam; Keadaan Dunia
Masa Kini; Nabi
saw Dan Pengikutnya
Hijrah; Nabi saw Tiba di Yats-
rib Sebagai Juru Selamat Yang
Ditunggu-tunggu;
Shalat Sebagai Agen Perubahan.
Bab 2. Makna Berwudhu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
29
Kinayah Berwudhu’; Imam
Al-Ghazali Tentang Wu-
dhu’.
Bab 3. Makna Adzan Dan Iqamat . . . . . . . . . . . . . . . 37
Sejarah Mulainya Adzan; Bacaan
Adzan; Bacaan Iqa-
mat; Makna Adzan Dan Iqamat;
Fungsi Dan Kinayah
Pada Adzan; Fungsi Dan Kinayah
Pada Iqamat; Ki-
nayah Dalam Shalat Berjamaah.
Bab 4. Makna Shalat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . 49
Makna (Hakekat) Shalat; Fungsi
Ibadah Shalat; Ta-
hapan Tahapan Upacara
Munajat; Kinayah Dari
Shalat.
Bab 5. Adab Shalat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . 65
Adab Umum Dalam Shalat; Adab
Khusus Dalam
Shalat.
Bab 6. Shalat Rasulullah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
73
Cara Gerakan Dan Bacaan Shalat Yang Di-
lakukan Rasulullah saw
Adab Sebelum Takbir; Adab Dalam Berdiri; Adab
Takbiratul Ihram Dan
Pengangkatan Tangan; Adab
Meletakkan Tangan Atas
Dada; Adab Iftitah; Adab
Membaca Kalimat Ta’awwudz
(Isti’adzah); Adab
Membaca Basmalah; Adab Membaca
Al-Fatihah;
Adab Berta’min; Adab Membaca
Surat; Adab
Ruku’; Adab Di Dalam Ruku’; Adab Beri’tidal;
Adab Dalam Beri’tidal; Adab Akan
Sujud; Adab
Sujud; Adab Duduk Antara Dua
Sujud; Adab Sujud
Yang Kedua; Adab Bangkit Ke
Rakaat Yang Kedua;
Adab Di Rakaat Kedua; Adab
Duduk Tasyahud Per-
tama; Adab Bangkit Ke Rakaat Ketiga
Dan Keempat;
Adab Duduk Tasyahud Yang
Terakhir; Adab Berdoa
Di Akhir Tasyahud Akhir; Adab
Bersalam.
Bab 7. Adab Batin Dalam Shalat . . . . . . . . .
. . . . . . . 129
Memahami Makna Gerakan Dari Shalat
Makna Yang Dalam Dari Bacaan Shalat
Memahami
Surat Al-Fatihah
Adab Di Kala Berdiri; Adab
Dikala Mengangkat Ta-
ngan Dan Takbir; Adab Di Kala Membaca Dzikir If-
titah; Adab Di Kala Membaca Doa
Tawajuh; Adab Di
Kala Berta’awwudz; Adab Di Kala
Membaca Basma-
lah; Memahami Makna Yang Dalam
Surat Al-Fati-
hah; Adab Dikala Membaca Surat
Al-Fatihah; Adab
Di Kala Berta’mim; Adab Di Kala
Membaca Surat;
Adab Di Kala Ruku’; Adab Di
Kala Membaca Tasbih
Di Dalam Ruku’; Adab Bangkit Ke I’tidal; Adab Di
Kala I’tidal; Adab Di Kala Bersujud; Adab Di Kala
Membaca Tasbih Dalam Sujud;
Adab Di Kala Duduk
Antara Dua Sujud; Adab Di Kala
Duduk Membaca
Tasyahud; Susunan Pengucapan
Doa Tahiyat; Adab
Di Kala Bersalam.
Bab 8. Dzikir Rasulullah . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . 161
Ucapan-Ucapan Dzikir
Rasulullah saw Sesudah
Shalat; Dzikir Khusus Subuh
dan Maghrib; Sesudah
Shalat Sunnah Subuh Disukai
Membaca Doa-Dzikir;
Dzikir Pagi Dan Petang.
Bab 9. Makna Gerakan Shalat Bagi
Kesehatan . . . . 181
Gerakan Shalat Dalam
Takbiratul Ihram; Gerakan
Shalat Dalam Ruku’; Gerakan
Shalat DalamI’tidal;
Gerakan Shalat Dalam Sujud;
Gerakan Shalat Da-
lam Duduk Diantara Dua Sujud;
Gerakan Shalat Da-
lam Salam; Penutup
Bab 10.Hikmah Shalat
Lima Waktu . . . . . . . . . . . . . 193
Waktu Shalat Maghrib; Waktu
Shalat Isya’; Waktu
Shalat Shubuh; Waktu Shalat Dzuhur; Waktu
Shalat
Ashar.
Bab 11. Peradaban
Islam Merebak Dunia . . . . . . . . . 203
Islam Sebagai
Peradaban; Substansi Peradaban; Pe-
ranan Agama Dalam Membangun
Peradaban Islam;
Pedoman Dasar Peradaban Islam;
Guna Al-Qur’an
Bagi Manusia; Guna Sunnah
Rasul; Keadaan Bangsa
Arab Sebelum Dan Setelah Islam
Datang; Pengerti-
an Dan Faktor Bangunnya Peradaban;
Peletakan
Dasar Pembangunan Peradaban
Islam; Pembangun-
an Peradaban Islam; Gerakan
Penerjemahan Buku;
Para Ilmuan Muslim; Tokoh Sains Dan Teknologi
Muslim; Bapak Ilmu Sosiologi
Dan Ekonomi;
Keistimewaan Buku
Al-Mukaddimah Ibnu Khaldun;
Pengaruh Pemikiran Teori Ekonomi Ibnu Khaldun
Bagi Dunia; Ilmu-ilmu Sosial
dalam Kitab Al-Mu-
qaddimah Ibnu Khaldun; Angka
Arab barat Menjadi
Angka Moderen; Bilangan Angka
Romawi; Eropa
Meninggalkan Angka Romawi;
Kontribusi Islam
Bagi Kemajuan Peradaban Dunia;
Peradaban Islam
Masuk Eropa; Universitas Di Andalusia;
Perpusta-
kaan; Penterjemahan Buku-buku
Ilmu Pengetahuan
Bahasa Arab; Islam di Spamyol
(711-1491 M) ; Mes-
jid Cordoba (Kurtuba);
Universitas Cordoba.
Bab 12. Penutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . 257
Sungguh Shalat Membangun
Peradaban
Manusia Di Dunia
Hubungan Ibadah Shalat Dengan
Peradaban; Pe-
rintah Ibadah Shalat; Pesan
Rasul saw: Tetap Me-
ngerjakan Shalat; Hasil Dari
Menegakkan Ibadah
Shalat; Penghargaan Tertinggi
Dari Mengerjakan
Shalat Oleh Allah swt;
Keadaan Dunia Sekarang
Perlu Disikapi Dengan Bijak.
Kesimpulan: Makna,
Faktor, Wujud Dari Peradaban; Lahirnya Peradab-
an Islam; Ajaran Islam Yang
Memotivasi bangun-
nya Peradaban Islam; Harapan Dunia Kedepan.
Lampiran-Lampiran:
Lampiran-1
Piagam Madinah . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . 293
Lampiran-2
Apakah
Galileo Galilei Dibunuh Gereja
Katolik? . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 303
Lampiran-3
Dahsyatnya Penciptaan Alam Semesta . . . . . . 315
Lampiran-4
Catatan - Membangun Kembali Peradaban
Islam
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
327
Lampiran-5
Senjata Nuklir Dan Daya Rusaknya . . . . . . . . . 333
Lampiran-6
Ilustrasi Gambar Peradaban Islam . . . . . . . . . 345
Daftar Kepustakaan .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 381
Mengenai Penulis . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 383
Kamus Istilah Bahasa Arab . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . 386
Pedoman
Transliterasi Arab-Latin . . . . . . .
. . . . . . 391
SHALAT MEMBANGUN PERADABAN
MANUSIA DI DUNIA
S
|
etelah
kita baca dan simak bab demi bab buku ini, maka dapat kita pahami bahwa,
sebelum melakukan ibadah shalat tentu mesti berwudhu’ dulu dan mengetahui makna
dan adabnya, bab 2. Mendengarsimak suara adzan dan iqamat serta mengetahui
makna dan adabnya, bab 3. Berikutnya, me-ngenal makna dan adab shalat yang akan
di kerjakan, bab 4 dan 5. Maka, dari prashalat ini saja, jiwa dan raga kita
sudah dapat merasakan betapa sungguh agungnya nilai-nilai pelajaran yang
terkandung didalam peribadatan shalat ini.
Setelah rangkaian prashalat selesai kita
kerjakan, baru kita dapat melakukan shalat. Shalat yang baik itu adalah shalat
yang sesuai dengan cara dan adab yang Rasul saw lakukan. Shalat seperti itu menenteramkan
jiwa, hatinya damai dan menyehatkan tubuh, bab 6, 7, 8 dan 9.
Khususnya shalat fardhu adalah suatu
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman, 1 yaitu
5 waktu dalam sehari. Waktu-waktu tersebut bersesuaian dengan sunatullah dalam
bentuk tenaga alam yang dibutuhkan manusia, baik bagi kesehatan raga maupun
jiwa manusia, bab 10. Tenaga itu sangat diperlukan manusia dalam meningkatan
energi produktifitas dan kreatifitas dalam bekerja. Dalam Kata Pengantar dan
Bab 1 jelas sekali diterangkan keistimewaan ibadah shalat dan manfaat bagi
kehidupan manusia guna membangun peradaban.
Hubungan
Ibadah Shalat Dengan Peradaban
Dibawah ini akan dipaparkan hubungan antara
ibadah shalat dengan peradaban. Hubungan itu terlihat dengan jelas sekali bahwa
shalat membangun peradaban sbb:
●“Wahai anakku, Laksanakanlah shalat dan
suruhlah (mereka) berbuat yang ma’ruf (baik, membangun) dan cegahlah (mereka)
dari yang mungkar (buruk, merusak) dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,
sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang yang penting” [QS
Luqman 31:17]
●“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang baik (agent of development, ma’ruf) dan
mencegah (agent of change) dari yang buruk dan merusak (munkar), dan beriman
kepada Allah.” [QS Āli ‘Imrīn 3:110]
●“Shalat adalah tiang agama (dīn). Barang
siapa yang menegakkan shalat, maka berarti ia menegakkan agama (dīn), dan
barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama (dīn)”. [HR Bukhari Muslim]
Dr. Hamid Fahmy Zarkasy menerangkan: 2 “Islam
yang diturunkan sebagai Dīn, ad-Dīnul Islam, sejatinya telah memiliki
konsep seminal yaitu cikal bakal dari eksis dan tegaknya peradaban.
Sebab kata Dīn itu sendiri telah membawa makna keberhutangan, susunan
kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderungan manusia untuk membentuk masyarakat
yang mentaati hukum, dan mencari pemerintah yang adil. Dalam istilah Dīn
itu tersembunyi suatu sistem kehidupan. Oleh sebab itu ketika Dīn Allāh (dīnullāh) yang bernama Islam
itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu
diberi nama Madinah. Dari akar kata Dīn dan Madinah ini lalu
dibentuk akar kata baru madana, yang berarti
membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan. Dari
akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti
peradaban (civilization) ...”
Keterangan ini menjelaskan
kepada kita bahwa hubungan shalat dengan dīn (agama) adalah shalat
sebagai tiang dīn (agama), hasilnya membangun peradaban manusia.
Hal ini terlihat dengan jelas antara Yatsrib yang jahiliyyah
sebelumnya, menjadi Madinah yang berperadaban. Keberhasilan ini diakui oleh
Hart, Le Bone dan Carlyle.
Perintah
Ibadah Shalat
Ibadah shalat merupakan perintah-Nya. Ia
lakukan seperti itu karena manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya
sebagai khalifah-khalifah pemakmur bumi. Yaitu melalui pekerjaan yang dilakukan
bersama-sama dalam satu team yang kokoh dan pembagian tugas yang
terorganisir rapih, 3 percaya diri, beriman yang teguh seperti
dilakukan Rasulullah saw dengan umatnya di Madinah. Ibadah shalat membentuk kesadaran akhlakiyah (moral,
mental, karakter) terpuji yang diperlukan sebagai khalifah pemakmur di Bumi.
Dalam bahasa era millennium ke-3 khalifah ini bisa dan mampu membangun
peradaban dengan perannya sebagai Agen Perubahan dan Agen Pembangunan 4 yang tidak mudah, maka perlu akhlakiyah
(moral integritas). Yaitu menghindari godaan hawa nafsu yang menyimpangkan
dari tujuan professional tugasnya, seperti: korupsi, menerima sogok,
kepentingan pribadi atau golongannya yang diutamakannya, tidak jujur, tidak
adil, tidak amanah. Dengan akhklakiyah menguatkan tekad untuk
melaksanakan tugas yang diamanatkan sukses. Itulah artinya berbuat ma’ruf.
Manusia tanpa membuat kema’rufan dan
mencegah kemunkaran, maka dunia semesta ini akan mudah menuju chaos -
porak poranda. Case study dalam hidup manusia acapkali dihadapkan
kepada memilih diantara dua atau lebih menjadi satu pilihan. Kebebasan memilih
ini baik atau tidaknya bergantung kepada niat, cara, dan pedoman yang
digunakan, kemashlahatan serta tujuannya. Hal Ini merupakan ujian bagi
penggunanya. “Maha Suci Allah yang ditangan-Nya (segala) kerajaan
(kekuasaan), dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan
hidup (manusia), untuk menguji kamu (atas kebebasan pekerjaan/memilih),
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya (manfaat dari hasil pekerjaan/pemilihannya).
Dan Dia Mahaperkasa, (lagi) Maha Pengampun.” [QS Al-Mulk 67:1-2]
Bahwasanya, “...orang-orang yang memelihara amanah dan memenuhi
janjinya; Dan yang memelihara shalatnya; Itulah orang-orang yang mempusakai;
mereka mempusakai surga Firdaus; mereka kekal di dalamnya.” [QS Al-Mu’minūn
23:8-11]. Ayat ini menegaskan bahwa bagi orang-orang yang shalat
yang melakukan perbuatan baik seperti memelihara amanah kekuasaan memerintah
(mengelola) yang diberikan; memenuhi janji apabila berjanji; memelihara
shalatnya yang dikerjakan dengan memenuhi adab-adabnya seperti yang telah
diuraikan. Tentunya, shalat yang benar-benar bershalat akan menumbuh suburkan
perbuatan baik di segala bidang kehidupan dan keadaan. Juga mereka dengan itu
nanti dibalasi Taman Firdaus untuk selama-lamanya.
“Bacalah Kitab 5 yang
diwahyukan kepada engkau; dan tetaplah mengerjakan shalat; sesungguhnya shalat
itu menghalangi dari mengerjakan perbuatan fahsya dan munkar. 6 Sesungguhnya mengingati Allah itu amat besar manfaatnya; 7 dan Allah itu
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS Al-‘Ankabūt 29:45]. Allah swt secara ekplisit dan
tegas menyebutkan shalat, padahal Kitab al-Qur’an selalu menyebutkan kepada
ketaatan dalam memenuhi perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Penekanan
(double emphasis) ayat ini menunjukkan bahwa shalat itu sangat
penting kedudukannya diantara segala macam ketaatan yang lain, karena shalat
adalah mengingatkan atau mempunyai pesan untuk sekali-kali tidak boleh
melakukan perbuatan fahsya (keji, merusak) dan mungkar (salah, buruk).
8 Orang yang benar-benar melakukan shalat akan
‘mendengarkan dan taat melakukan’ (sami’na wa atha’na) pesan-Nya itu.
Dilanjutkan: “Sesungguhnya,
Aku ini Allah, Tiada Tuhan selain Aku; Sebab itu sembahlah Aku; dan tetaplah
mengerjakan shalat untuk mengingat Aku.” 9 [QS Thāhā 20:14]. Allah swt menerangkan bahwa shalat itu adalah
media untuk mengingat Allah yang bersamaan dengan itu mengingat pula akan
perintah yang mesti kita kerjakan, dan larangan-Nya yang mesti kita hindari.
Apa yang disukai-Nya kita kerjakan dan apa yang tidak diridhai-Nya kita
tinggalkan, artinya jangan kerjakan.
Allah swt
mengingatkan untuk keluarga kita bahaya dari neraka: “Wahai orang-orang yang
beriman! Peliharalah dirimu dan keluarga dari api neraka” [QS At-Tahrīm
66:6]
Disebutkan juga untuk bersabar dalam menyuruh mengerjakan
shalat, karena dalam pelaksanaannya acap kali tidak mudah mereka melakukannya,
namun tetap harus diingati terus, disertai pula dengan do’a. “Dan suruhlah
olehmu akan keluargamu mengerjakan shalat dan bersabarlah kamu atasnya. [QS
Thāhā 20:132]. Firman-Nya yang lain menyebutkan: “Wahai orang-orang yang
beriman! Carilah pertolongan dengan sabar 10 dan mengerjakan shalat.
Sesungguhnya Allah bersama dengan orang yang sabar”. [QS al-Baqarah 2:153]
Janji
Allah pula jika mengerjakan ibadah shalat Allah akan mempermudah mendapatkan
rezeki bagi mereka yang shalat dan melakukan perbuatan baik yaitu bekerja
dengan sebaik mungkin. “Kami tiada meminta rezeki kepada engkau, melainkan
Kami yang memberi engkau rezeki; Dan akibat baik adalah untuk orang yang
bertaqwa (berhati-hati dan patuh kepada Allah swt).” [QS
Thāhā 20:132]
Orang yang
bershalat berarti membaikkan dirinya, membaikkan segala orang muslim
sebagaimana orang yang bershalat membaca dalam doa tasyahutnya: “Assalāmu
‘alay-nā wa ‘alā ‘ibādil Lāhish shālihīn”. Artinya: Semoga kesejahteraan (well
being, wellness) itu, Allah limpahkan atas kami dan atas segala
hamba-hamba-Nya yang shalih.
Pesan
Rasul saw: Tetap Mengerjakan Shalat
Mengingat
begitu pentingnya kedudukan shalat ini, Nabi saw mengingatkan kita walau
pun diketika sakratul maut datang menjemput beliau. Dalam suatu hadits
diterangkan, bahwa: “Shalatlah akhir wasiat Nabi saw kepada umatnya,
serta hal yang menyangkut dengan harkat kemanusiaan (walau pun kepada hamba
sahaya). Ummu Salamah ra berkata: Adalah di antara akhir wasiat
Rasulullah saw ialah: “Tetaplah kamu memelihara shalat, dan tetaplah
kamu berbuat baik kepada budak-budak sahayamu”. [HR Ah-mad, al-Fathur
Rabbani 1:208]. Dari Ali ra berkata: Adalah akhir pembicaraan Rasulullah
saw: “Peliharalah shalat dan bertaqwalah kepada Allah terhadap budak
sahayamu.” [HR Ahmad; Nailul Amani 1:203]
Dari
pesan-pesan Rasulullah saw terakhir ini jelas bahwa: Pertama, masalah
hubungan (shilat) dalam shalat dengan Allah swt harus tetap
terpelihara dengan baik. Artinya tetap shalat ditegakkan beserta nilai-nilai
yang terkandung didalamnya setelah selesai shalat yaitu: Shalat sebagai bagian
beribadah kepada-Nya; Shalat sebagai bagian dari agent of change dari
masyarakat jahiliyah kepada masyarakat yang berperadaban; Shalat sebagai
bagian dari comunity development seperti sebagaimana beliau membangun
masyarakat Madinah yang majemuk 11 tetap berlaku adil dan
damai berdasarkan ketentuan-ketentuan yang disepakati berdasarkan hukum yang
adil bagi semua. Dan tetap menegakkan dan memelihara adab-adab dalam melakukan
ibadah shalat sebagaimana yang telah beliau saw kerjakan yang tentunya
mesti kita teladani pula, walaupun beliau saw telah tiada.
Kedua,
harkat kemanusiaan secara keseluruhan (termasuk kepada hamba sahaya) tetap
harus dilaksanakan dan dihormati dengan baik sebagai bagian dari taqwa kepada
Allah swt. Inilah arti berperadaban itu. Yaitu, perbuatan-perbuatan
seperti disebutkan diatas. Karena hal ini merupakan bagian integral dari
orang-orang yang dikategorikan sebagai orang-orang beriman dan melakukan amal
kebajikan (āmanū wa ‘amilush shālihāti). 12
Hasil
Dari Menegakkan Ibadah Shalat
Kebijakan-kebijakan Nabi saw selaku ’Imam’ di Madinah adalah
mendirikan masjid tempat peribadatan shalat dan pembinaan jamaah. Masjid
sebagai tempat: Sanctuary (suci dan berlindung kepada-Nya) dan Beribadat
Shalat. Selesai shalat mengadakan kegiatan-kegiatan pembelajaran dan pembinaan
jamaah dengan mengajar Al-Qur’an, ilmu-ilmu Islam baik qauliyah (firman
Allah dalam Kitab Suci) maupun kauniyah (sunatullah di Alam Raya) dalam basis kelompok atau kelas. Oleh para shahabat kemudian,
berkembang menjadi tempat konsultasi, perancanaan, dan seterusnya sampai kepada
social development yaitu pembangunan masyarakat yang berperadaban
berdasarkan tauhid, ketaqwaan, akhlak, kedamaian, keselamatan dan
kesejahteraan.
Michael Hart 13 meyebutkan bahwa sepanjang
catatan sejarah Muhammad adalah pemimpin peringkat pertama sesungguhnya dan
paling sukses. Dia mempengaruhi dunia, baik dalam kapasitasnya sebagai tokoh
agama (religious) dan tokoh keduniaan (secular realms).
Bahkan dia
membangun ’negara’ Madinah ’ala moderen’ layaknya seperti abad ini. Warga terdiri dari suku bangsa
Yahudi (beragama Yahudi), Anshar (Islam, penduduk asli), Muhajirin (Islam, pendatang
dari Makkah), Badui (Arab Pagan, penduduk asli) yang nomaden. Di tambah lagi semuanya
terdiri dari kelompok suku-suku kabilah, namun semua tertib dan patuh kepada
ketentuan Piagam Madinah. Bunyi naskah
Piagam (charter) Madinah itu sangat menarik, Lampiran-1. Ia memuat
pokok-pokok pikiran yang dari sudut tinjauan modern pun mengagumkan. Dalam
piagam itu lah untuk pertama kali dirumuskan ide-ide yang kini menjadi
pandangan hidup moderen di dunia, seperti kebebasan beragama, hak setiap
kelompok untuk mengatur hidup sesuai dengan keyakinannya, kemerdekaan hubungan
ekonomi antar golongan, dan lain lain. Tetapi juga ditegaskan adanya suatu
kewajiban umum, yaitu partisipasi dalam usaha pertahanan bersama menghadapi
musuh dari luar. 14 Mereka telah bercelup sebagai satu
bangsa (nation). Hal ini
mengundang decak seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone kepada
Rasul saw. Bangsa Perancis
memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat
yang bercelup Perancis. Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu
masyarakat baru sebagai suatu bangsa (nation) dalam tempo satu
keturunan atau 23 tahun.
Penghargaan
Tertinggi Dari Mengerjakan Ibadah Shalat Oleh Allah swt
Dari
mengerjakan shalat yang bersungguh-sungguh seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah saw itu terbentuk dan terpeliharalah moral, mental, akhlak,
karakter, dan visi mushalli sebagai khalifah pemakmur bumi. Nilai bathiniyah
yang tertanam ini, sebagi modal dasar yang amat di-perlukan dalam membangun
peradaban, sebagaimana sejarah telah mencatat kesuksesan yang tiada taranya,
bab 11.
Dengan itu
Allah swt menyebut kecintaan dan perlindungan-Nya kepada para mushalli
yang mengerjakan shalat dan selesai shalat berbuat kebajikan dalam kehidupan sehari-harinya
berusaha memakmurkan kehidupan di bumi, sebagaimana hadits Qudsi Allah swt menyebutkan,
artinya:
“Aku hanya menerima shalat
dari orang yang bertawadhu’ kepada kebesaran-Ku; Tiada berlaku curang terhadap
makhluk-Ku; Tiada berkekalan mengerjakan kejahatan; Menghabiskan hari dengan
menyebut-Ku; Merahmati orang miskin, ibnu sabil dan janda; Merahmati orang yang
tertimpa bencana. Orang yang demikian itu, cahayanya semisal cahaya matahari,
Aku memeliharanya dengan kebesaran-Ku; Aku perintahkan malaikat-Ku menjaganya;
Aku jadikan baginya cahaya dalam gelap, ketenangan dalam menghadapi ketakutan.
Perumpamaan dari antara makhluk-Ku adalah sebagai Firdaus dalam surga.” 15
Dari firman
Allah swt itu, kita telah mendapatkan gambaran dari ciri-ciri orang yang
shalat, perlindungan dan balasan-Nya. Untuk itu perlu kita memeliharanya secara
istiqamah ibadah shalat ini.
Allah Pencipta Alam Semesta, lihat Lampiran-3, secara
berulang-ulang memerintahkan kita mengerjakan shalat, karena shalat itu menjadikan
manusia benar-benar menjadi manusiawi. Yaitu, manusia yang pandai bersyukur 16 kepada Penciptanya Yang Maha Kasih-Sayang; Bermanfaat kepada
sesama manusia termasuk alam lingkungannya; Manusia yang memelihara dan menjaga
ekositimnya; 17 Manusia yang beribadat kepadanya 18 dan
melakukan perbuatan baik. Dia inilah manusia Khalifah Allah yang sejati,
yakni wakil Allah yang mendapat kepercayaan sebagai khalifah di bumi. 19 Kondisi untuk dapat mencapai kemakmuran diperlukan
keadilan sosial; memelihara keamanan; memelihara lingkungan hidup;
mensejahterakan hidup manusia; menegakkan dan memelihara kehidupan religious,
karena manusia disamping sebagai makhluk biologis juga sebagai makhluk rohaniah
yang memerlukan bimbingan religious. Rohaniah inilah yang akan kembali
kepada-Nya untuk menerima balasan dari kebebasan dan perbuatan yang
dilakukannya.
Keadaan Dunia Sekarang
Perlu Disikapi Dengan Bijak
Manusia
kini sudah berjumlah 7,5 miliar lebih. Kalau tidak ditata dengan baik nafsu
egonya dengan nilai akhlakiyah islamiyah seperti, “Mana yang baik mana
yang tidak, mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang membangun mana yang
merusak.” Maka, dunia ini benar-benar akan chaos. Bahkan kalau
pencapaian egonya mengguna-kan teknologi ‘daya rusak total tidak manusiawi’
seperti senjata kuman, kimia, nuklir akan menimbulkan nightmare, mimpi
buruk yang menjadi kenyataan. Yaitu hancur lebur seluruh bangunan peradaban
termasuk manusianya yang sudah susah payah dibangun, lihat Lampiran-5. Tentu
ini sangat berlawanan secara diametral dengan ‘konsep langit’ seperti yang
telah diuraikan.
Memasuki abad
ke-21 dunia ditandai dengan masih adanya kekerasan, tidak ada dialog. Mudah sekali menggunakan power
militer daripada pendekatan 3T1I. Maka kehadiran ajaran Islam seperti
Rasulullah saw lakukan ketika di
Yatsrib yang telah melahirkan Madinah. Yakni, memajukan, memartabatkan,
membangun peradaban yang diatur dalam Piagam Madinah. Maka kesuksesan seperti
itu patut diteruskan, dipelihara dan dikembangkan demi kedamaian dan
kesejahteraan hidup sekarang dan masa mendatang, lihat Lampiran-4 dan 6.
Selanjutnya, bagi warga muslim setempat dan dunia di millenium ke-3 ini,
sadarilah, bahwa ajaran Islam yang adil dan beradab dalam bersosial kemasyarakatan
dalam bernegara dan antar negara, wajib kita tegakkan sebagai khalifah-khalifah
20 di bumi.
Adapun
perbenturan peradaban (clash of civilizations) antara Barat dan Islam
dalam thesis Huntington, tidak sesuai dengan ajaran Islam yang
mengajarkan ta’aruf (saling kenal), artinya kemauan orang yang siap
hidup bersama dengan orang atau bangsa lain dalam ‘perbedaan’.
Sebenarnya, sumber perbenturan menurut
Martha Nussbaum Ph.D., Professor of Law and Ethics University of Chicago ini
adalah pertentangan antara ‘kehendak menguasai’ dengan ‘kehendak
untuk hidup bersama dalam kesetaraan,’ telah menghentakbangun kesadaran pacifist
manusia.
Disinilah letak kelemahan formulasikan
Sameul P. Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization and the Remaking
of World Order, yaitu adanya peradaban peradaban manusia untuk
dipertentangkan (clash) satu sama lainnya. Padahal semestinya dicari
hikmah untuk dapat menegakkan ta’aruf yakni saling mengenal; tafahum yakni
saling memaklumi; ta’awun yakni kerja sama; itsar yakni tidak
saling bertengkar, tidak saling memusuhi, tidak saling memerangi melainkan pacifist.
Perang jangan dijadikan kebiasaan atau satu-satunya pilihan, sebelum ada
dialog.
Pertentangan di millennium ke-3 yang
dihadapi dengan cara militerisme daripada komunikasi, akan sangat berbahaya
bagi kehidupan umat manusia sedunia sekarang dan akan datang. Karena apa?
Karena sangat berpotensi menggunakan senjata kuman, kimia dan nuklir. Artinya, kiamat dunia (dooms day) terjadi. Maukah kita? 21
Bersambung
ke: Shalat Membangun Peradaban Dunia II