Wednesday, July 12, 2017

5 Alasan Mengapa Orang Minang Gemar Merantau





J
ika kita coba melakukan survei pada orang-orang yang bukan bersuku Minang, apa kira-kira yang terpikirkan di benak mereka saat mendengar kata “Minang”, lebih spesifiknya “Orang Minang”, beberapa hal yang terbayang barangkali: ● Rendang (nama gulai daging yang lezat lagi gurih); ● Manggaleh (berdagang, berusaha); dan ● Merantau. 

   Tiga kata tadi adalah yang paling dominan muncul di pikiran orang-orang banyak terkait Minangkabau. Terkhusus untuk kata ketiga “merantau” itu, budaya merantau sudah melekat pada diri orang-orang Minang sejak berabad lalu. Salah satu penduduk Negeri Sembilan di Malaysia adalah berasal dari Minang. Sehingga kebiasaan (adat istiadat) masih sama dengan asal Minang.

   Tak heran, jika orang Minang bisa ditemukan hampir di seluruh wilayah nusantara dan dunia. Konon kabarnya (dari penuturan orang saja), untuk wilayah Jakarta, pada setiap 10 orang yang ditemui 1 diantaranya adalah orang Minang. Intinya, orang Minang dari dulu memang gemar merantau ke daerah-daerah baru karena beberapa alasan tertentu. Apa saja alasan orang Minang suka merantau itu? berikut ulasannya dari Sumbar.co.


Pertama: Belum Berguna di Kampung

   Tradisi merantau di Minangkabau sudah dimulai sejak dahulu. Dulunya merantau ini bukan meninggalkan Sumatera Barat namun meninggalkan daerah-daerah inti Minangkabau. Orang-orang Minang terdahulu merantau dari Luhak Nan Tigo ke daerah rantau seperti Pariaman, Pesisir Selatan dan lainnya. Kebanyakan yang merantau adalah para pemuda, sebagaimana mamangan adat berikut:

Karatau madang di hulu
Babuah babungo balun
Marantau Bujang dahulu
Di kampuang baguno balun

Seyogyanya seorang bujang Minang merantau ke negeri orang untuk belajar hidup mandiri, untuk menempa diri agar lebih dewasa lagi, untuk mencari pengalaman yang akan dibawa kembali ke kampung halaman ketika waktunya telah tiba.


Kedua: Mencari Ilmu Pengetahuan

   Alasan lain mengapa orang Minang suka merantau adalah untuk menimba ilmu pengetahuan. Sebagaimana falsafah adat alam takambang jadi guru, alam Minangkabau saja tentu belum cukup untuk memberikan ilmu. Ilmu bertebaran di muka bumi, itulah yang akan dicari. Pada konteks kekinian pula, banyak anak-anak muda Minang yang merantau untuk belajar, seperti berkuliah dan lain sebagainya. Ilmu yang didapatkan di rantau itulah nanti yang akan digunakan untuk membangun nagari.

Ketiga: Mencari Isi Periuk

   Tak bisa dipungkiri, alasan kuat mengapa orang Minang suka merantau adalah untuk mencari harta. Untuk mengisi periuk. Membuat dapur rumah di kampung berasap hingga memenuhi kebutuhan keluarga. Faktanya, sebagian besar orang Minang yang merantau mengambil peran sebagai pedagang. Mengumpulkan pundi-pundi uang demi keluarganya.


Keempat: Mencari Pangkat atau Jabatan

   Sepintas memang alasan merantau yang satu itu terkonotasi negatif, tapi begitulah adanya. Sebagian dari orang Minang merantau untuk mencari pangkat atau jabatan. Di tanah perantauan mereka mulai membangun reputasi. Segala kemampuan mereka kerahkan untuk orang banyak dengan umpan balik orang-orang di rantau akan menyukai mereka. Tidak sedikit juga orang-orang Minang yang sukses jadi orang-orang besar dan berpengaruh di perantauan, dari dulu hingga sekarang.


Kelima: Mambangkik Batang Tarandam

   Alasan terakhir mengapa orang Minang suka merantau adalah demi mambangkik batang tarandam, artinya merubah nasib dirinya dan keluarganya. Alasan itu menjadi kompilasi dari alasan-alasan lainnya. Ini pula lah yang menjadi motivasi terbesar orang Minang dalam merantau.

Tatkala mereka mulai malas dan sudah agak melenceng dari tujuan awal, mereka harus merenungi hal satu ini agar bisa kembali ke jalan yang benar.  

   Tak peduli kemanapun orang-orang Minang merantau, di manapun mereka berada falsafah-falsafah adat harus senantiasa mereka genggam erat. Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah tetaplah menjadi acuan utama, sebab dima bumi dipijak di sinan langik dijunjuang. Alam selalu terkembang untuk mereka jadikan guru. Setinggi-tingginya bangau terbang, pulangnya ke kubangan jua, maksud sejauh apapun mereka merantau, kampung halaman harus diingat jua.

   Dari lirik lagu minang “Kasiah Mandeh” ini tercermin kebiasaan marantau yang berkaitan dengan falsafah adat Minangkabau sbb:



Janiah aianyo danau Maninjau
nampak nan dari si ambun pagi
nampak nan dari si ambun pagi

Lapehkan denai pai marantau
kok untuang isua lai barasaki
kok untuang isua lai barasaki

Gadang aianyo Batang Antokan
nampak nan dari si Aia Bangih
nampak nan dari si Aia Bangih

Doakan denai pai bajalan
untuang salamai pulang jo pai
untuang salamai pulang jo pai

Tabanglah alang tabang si Kiki
hinggo dirantiang si Kayu Aro
hinggo dirantiang si Kayu Aro

Doakan denai pado Ilahi
mandeh dikampuang di kana juo
mandeh dikampuang di kana juo

Jawih sia nan panjang tandua
makan barulang ka padang sago
makan barulang ka padang sago

Malang badan indak bainduak
makan balinang jo aia mato
makan balinang jo aia mato

Gadang aianyo Batang Antokan
namak nan dari si Aia Bangih
namak nan dari si Aia Bangih

Doakan denai pai bajalan
untuang salamai pulang jo pai
untuang salamai pulang jo pai

Tabanglah alang tabang si Kiki
hinggo dirantiang si Kayu Aro
hinggo dirantiang si Kayu Aro

Doakan denai pado Ilahi
mandeh dikampuang di kana juo
mandeh dikampuang di kana juo


   Namun, sebagian besar, marantau cino. Artinya menetap di negeri seberang, pulang kampuang sekedar visit (kunjungan). Karena kini populasinya melebihi kapasitas daya tampung tempat asal.

   Namun begitu, rasa dan solidaritas tetap “merasa di kampung”, walaupun di rantau. Lagu Kasiah Mandeh tersebut pelepas rindu kampung, “taraso taraga kampung, lapeh”.  □ AFM


Dengarkan Video Lagu: KASIAH MANDEH


Sumber:
Sumbar.co dan kaisosogarcia-blogspot serta sumber-sumber lainnya. □□□