Monday, February 12, 2018

Gibraltar lompatan Thariq bin Ziyad




Mukaddimah

S
Sebelum Columbus menemukan Amerika, Gibraltar disebut sebagai ujung bumi. Kota  Tarifa berada di bagian selatan Spanyol, berasal dari kata Arab. Tarifa - Taraf, berarti akhir dari sesuatu. Pergi melewati Tarifa berarti jatuh dari tepi bumi. Waktu itu kaum Gereja di Eropa mempercayai bumi itu datar. Dalam bahasa Arab, Gibraltar dikenal sebagai Jabal Al-Thariq. Gibraltar yang sekarang menjadi territorial Inggris berbatasan daratan dengan Spanyol. Kawasan yang strategik bagi Inggris untuk mengontrol lalu lintas laut Mediterranean menuju lautan Atlantic dari Eropa dan Afrika dan Asia melalui terusan Suez, terutama menghadapi Perang Dunia II.

   Gibraltar ini menjadi bagian dari Al-Andalus yang bernama Jabal Al-Thariq. Jabal artinya Bukit, dan Al-Thariq nama Jendral yang memimpin tentara Umayyah. Karena daratannya ada sebuah bukit yang sangat mencolok dilihat mata, maka daratan ini dinamakan Jabal Al-Thariq. Kemudian lidah orang bukan Arab menyebutnya Gibraltar. Jabal Al-Thariq inilah tempat pendaratan pertama tentara Umayyah dan dari sini dimulai ekspedisi militernya menuju ke seantero tanah Semenanjung Iberia ini.

   Semenanjung Iberia disebut juga, Hispania. Yaitu nama Romawi dan Yunani untuk semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal sekarang). Ketika orang Romawi mengambil semenanjung Iberia dari Carthaginians (206 sebelum masehi), mereka membaginya menjadi dua provinsi. Yaitu Hispania Ulterior (sekarang Andalusia, Extremadura, León selatan, dan sebagian besar Portugal sekarang); dan Hispania Citerior, atau Tarraconensis (semua dari apa yang sekarang merupakan bagian utara, timur, dan selatan-tengah dari Spanyol).

   Thariq ibn Ziyad (Bahasa Arab: طارق بن زياد) merupakan seorang pemuda kaum Barbar (orang barat menyebutnya bangsa Moor) yang berasal dari tanah Afrika. Beliau dianggap seorang panglima penting dalam sejarah Iberia. Di bawah perintah khalifah Umayyah Al-Walid I, beliau mengepalai tentera dari pantai utara Maghribi (Maroko sekarang) yang menakluk Iberia atau pun Hispania. Di negara Spanyol nama beliau menjadi lagenda sehingga beliau digelar 'Tariq el Tuerto' yang bermaksud Thariq Bermata Satu.


Masuknya Balatentara Umayyah ke Semenanjung Iberia

   Dalam bahasa Arab, thariq berarti jalur. Jabal Al-Thariq berarti gunung (atau bukit) yang menjadi jalur pertama Islam (tentara Umayyah) memasuki semenanjung Iberia. Manusia yang pertama hidup di wilayah ini diketahui adalah bangsa Phoenic sekitar 950 Sebelum Masehi. Wilayah ini pernah dikuasai Romawi, Vandal (disebut juga Visigothic atau Gothic), Hispanic, dan kemudian Kekhalifan Bani Umayyah, mulai tahun 711.

   Pada tanggal 30 April tahun 711, Jenderal Thariq bin Ziyad dari Bani Umayyah memimpin 12.000 (ada pula yang menyebutkan 7.000 tentara) menyeberangi selat Gibraltar dari Ceuta (nama kawasan atau kota yang terletak di Afrika Utara) untuk bisa menjangkau wilayah Mediterania. Pertama, ia mencoba mendarat di Algeciras, tapi gagal. Kemudian ia mendarat di wilayah yang belum diketahui di sebelah timur Algeciras, dekat dataran yang ada bukit batunya. Dataran berbukit batu inilah yang kemudian dinamai sebagai Jabal Al-Thariq. Oleh lidah non-Arab, penyebutannya berubah menjadi Gibraltar


Tariq Pembawa Sinar di Spanyol

   Awan hitam melutupi langit Spanyol (yang kemudian bernama Al-Andalus ketika Bani Umayyah menguasai daerah itu). Eropah sedang dikuasai oleh penjajah Gothic yang kejam. Ibu kota Toledo menempatkan istana tentera Gothic. Wanita tidak terjamin keselamatannya, petani dikenakan pajak yang terlalu tidak relevan, dan banyak lagi penindasan yang tak berperikemanusiaan. Raja Roderick dari bangsa Visigoth yang kejam itu bersuka ria dalam kemewahan, sementara rakyat merintih dalam kesengsaraan.

Sebagian besar penduduk beragama Kristen dan selebihnya Yahudi, mereka melarikan diri ke Afrika, berharap mendapat ketenangan yang lebih menjanjikan. Dan saat itu Afrika bagian utara, adalah sebuah daerah yang makmur dan mempunyai toleransi yang tinggi, karena berada di bawah naungan pemerintahan Islam yaitu Gubernur dari Kekhalifahan Umayyah bernama Musa bin Nusair.

Salah seorang dari banyaknya pelarian itu adalah Julian, Gubernur wilayah Ceuta (yang terletak diujung utara Afrika, merupakan wilayah kekuasaan Spanyol), puterinya Florinda telah dinodai oleh Roderick, raja bangsa Gothic yang menjajah Spanyol. Mereka memohon pada Musa bin Nusair, Gubernur dari Kekhalifahan Umayyah di Afrika untuk memerdekakan negeri mereka dari penindasan raja yang zalim itu. Setelah mendapat persetujuan Khalifah, Musa melakukan ekspidisi penaklukan ke Spanyol. Thariq bin Ziyad, diserahi tugas untuk memimpin 12.000 anggota pasukan muslim menyeberangi selat antara Afrika dan daratan Eropah ini.

   Thariq bin Ziyad, pemuda yang bertubuh tinggi, berkening kebar dan berkulit putih kemerahan ini lahir dari tengah keluarga suku Barbar dari kabilah Nazafah di Afrika Utara sekitar tahun 50 Hijrah. Beliau asalnya adalah pembantu atau suruhan Musa bin Nusair, tetapi setelah melihat kualitas kepimpinan serta kepahlawanan yang jelas menonjol dari dirinya. Musa bin Nusair menjadikannya sebagai panglima penting dalam barisan tentera beliau. Tariq dan tuannya telah melakukan ekspedisi ke Andalusia setelah berlakunya gejala kegaduhan antara seorang pembesar Ceuta yaitu Julian dan Raja Visigoth, Roderick.






   Bulan Mei tahun 711, Panglima Thariq dengan 500 orang pasukan pengintai mematamatai kawasan pantai Spanyol. Setelah itu, Musa bin Nusair telah mengutuskan pasukan Thariq bin Ziyad ke kawasan perairan Andalusia. Setelah mengetahui keadaan dan kondisi daerah itu, mendaratlah mereka ditanah yang ada menjulang tanah perbukitan batu yang mencolok dipandang mata yaitu sebuah bukit yang hingga saat ini dikenal dalam  catatan sejarah bernama Jabal Al-Thariq atau Gibraltar.

Begitu kapal-kapal yang berisi pasukannya mendarat di tanah Eropa ini, Thariq mengumpulkan mereka di atas bukit tersebut. Diatas bukit karang itu lah Jendral Thariq yang memimpin tentara Umayyah memerintahkan pembakaran kapal-kapal yang telah menyeberangkan mereka dari benua Afrika. Tentu saja perintah ini membuat tenteranya kebingungan dan berkeluh kesah sambil bertanya: “Apa maksud dari semuanya ini wahai  Thariq?” “Bagaimana kita kembali nanti?” Tanya yang lain.

Namun Thariq tetap pada pendiriannya. Di situlah keanehan dalam strategi perang berlaku dalam sejarah dunia Kekhalifahan Umayyah untuk membantu Gubernur Ceuta atas kesewenang-wenangan tentara Gothic. Bukan hanya Al-Fatih pernah mencipta strategi yang aneh, malah jika kita perhatikan, setiap panglima tentera Islam sepertinya mendapat ilham dari langit yang tampaknya aneh dan tidak seperti biasanya dalam kebiasaan  peperangan – kok kapal-kapal lautnya dibakar.

Dengan gagah berani, panglima muda itu berpidato dengan suara yang lantang, menggugah emosi dan daya juang para tentara ini. Kata panglima Thariq:

“Tidak ada lagi jalan untuk pulang kembali! Laut berada di belakang kalian. Musuh  berada di hadapan kalian. Sungguh kalian tidak memiliki apa-apa kecuali sikap benar dan jujur.

Musuh kalian sudah bersiap sedia di depan dengan senjata mereka. Kekuatan mereka besar sekali. Sementara kalian tidak memiliki kapal-kapal lagi, kecuali pedang.  Dan tidak ada perbekalan makanan untuk kalian, kecuali yang dapat kalian rampas dari tangan musuh-musuh kalian.

Sekiranya perang ini berkepanjangan dan kalian tidak segera mengatasinya, akan sirnalah kekuatan kalian. Dan lenyaplah rasa gentar mereka terhadap kalian. Oleh karena itu, singkirlah sifat hina dan rasa takut yang ada dalam diri kalian, kecuali sifat terhormat dan berani sebagai mujahid.

Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan, menaklukkan negeri ini dan menetap di sini, atau kita semua syahid. Ketahuilah, sekiranya kalian bersabar untuk sedikit menderita, niscaya kalian akan dapat bersenang dan kejayaan dalam waktu yang tidak lama lagi akan dapat kalian raih.

Oleh kerana itu, janganlah kalian merasa kecewa dengan tindakan aku sebagai panglima dan komandan kalian, sebab nasib kalian tidak akan lebih buruk daripadaku." Lalu dengan suara yang menggetarkan jiwa, beliau berseru: "perang atau mati!"

Sebuah pidato yang menggugah jiwa, menyemarakkan hati yang hampir-hampir lumpuh karena kecut, menjadi bangkit dan bersemangat yang menggelora. Kini sekumpulan besar singa padang pasir terjaga dari mimpinya. Keberanian dan perkataannya yang luar biasa dari Thariq bin Ziyad ini menggugah Sir Mohammad Iqbal, seorang penyair Pakistan, lantas beliau mengungkapkan sebuah syair berjudul ”Piyam-i Mashriq”yang berbunyi:

“Tatkala Thariq membakar kapal-kapalnya di pantai Andalusia (Spanyol), Prajurit-prajurit mengatakan, tindakannya tidak bijaksana.

Bagaimana mungkin mereka kembali ke negeri Asal, dan sesungguhnya merusakkan peralatan adalah bertentangan dengan hukum Islam.

Mendengar itu semua, Thariq menghunus pedangnya, dan menyatakan bahwa setiap negeri kepunyaan Allah adalah kampung halaman kita.”

   Kata-kata Thariq itu bagaikan api yang menyalakan sumbu semangat prajurit muslim yang dipimpinnya. Bala tentara Muslim yang berjumlah 12.000 orang maju melawan tentara Gothic yang berkekuatan 100.000 tentara. Pasukan Kristian jauh lebih unggul baik dalam jumlah maupun persenjataan. Namun semua itu tak merendahkan semangat pasukan Muslim.

   Tanggal 19 Juli tahun 711, pasukan Islam dan Nasrani bertemu, keduanya berperang di muara sungai Rio Barbate yang menjadi saksi sejarah dari pertempuran yang heroik. Pada pertempuran ini, Thariq dan pasukannya berhasil melumpuhkan pasukan Gothic, hingga Raja Roderick mati tenggelam di sungai itu. Kemenangan Thariq yang luar biasa ini, menjatuhkan semangat orang-orang Gothic (Visigoth), dan semenjak itu mereka tidak berani lagi menghadapi tentara Islam secara terbuka. Musa bin Nusair yang merasakan bangga atas kemenangan Jendral Thariq dan tentaranya melukis pengalamannya untuk dikirimkan khabar kepada Khalifah Umayyah dengan menyatakan "Penaklukan ini berbeda dari penaklukan-penaklukan lain. Peristiwanya seperti hampir-hampir tidak dapat diperca - sungguh dahsyat kemenangannya".

Selanjutnya tentara Thariq memasuki ke dalam jantung kota-kata Spanyol ini, Thariq membagi pasukannya kepada empat kelompok, dan mengutus mereka ke Kordoba, Malaga, dan Granada. Mereka turut membebaskan Sevilla, Ecija, dan Arkidona tanpa perlawanan yang berarti, sebelum merebut kota Elvira di Granada, dan diikuti Kordoba dan wilayah Malaga. Mereka terpaksa menggunakan sedikit kekerasan dalam menghancurkan kerajaan Kristian di Murcia. Sedangkan Thariq sendiri bersama pasukan utamanya menuju ke Toledo, ibu kota Spanyol. Kota itu menyerah tanpa pertumpahan darah. Demikianlah kepahlawanan pasukan Thariq berjaya melumpuhkan tentara-tentara Gothic.

Rakyat Spanyol yang sekian lama tertekan akibat penjajahan bangsa Gothic, mengelu-elukan orang-orang Islam. Selain itu, perilaku Thariq dan orang-orang Islam begitu mulia sehingga mereka disayangi oleh bangsa-bangsa yang ditaklukkannya.

Kemudian, jenderal muda itu bergerak maju membebaskan bangsa Spanyol yang tertindas itu, dan dalam kurun waktu kurang dari dua tahun seluruh dataran Spanyol jatuh ke tangan tentara Kekhalifan Umayyah. Portugis ditaklukkan pula beberapa tahun kemudian.

Pernah ditanya kepada Thariq, tentang mengapa beliau membakar kapal-kapal-nya yang berjumlah kurang lebih 750 buah armada perang, bukankah itu suatu yang mubazir saja dan tidak dibenarkan dalam Islam? Beliau lantas menjawab: "Sekiranya orang Islam gagal menakluk Gothic di Spanyol, praktis semua mereka dihabisi (dibunuh) tentara-tentara Gothic. Dengan itu tentara-tentara Gothic akan menggunakn kapal-kapal itu untuk menyeberangi laut Mediterranean dan menyerang orang Islam di tanah Arab." Thariq adalah seorang pemimpin teladan yang mempunyai cita-cita dan kemauan yang tinggi dan karismatik yang dengan itu mampu menguasai massa. Thariq adalah bahagian dari Andalusia, dan Andalusia adalah Thariq. Asalnya hanya seorang budak hamba sahaya, namun akhirnya menjadi panglima terbilang dikenang dalam sejarah, seperti namanya yang disematkan di Jabal Al-Thariq (Gibraltar) sebagai kawasan yang menghantar kesuksesan dalam pembebasan Iberia dari tangan Visigoth.





Apa komentar dari
Philip K (Khuri) Hitti (1886-1978) - seorang profesor dan ilmuwan Lebanon di Princeton dan Harvard University, dalam mata kuliah sejarah Arab dan Timur Tengah, Islam, dan bahasa-bahasa Semit sebagai berikut:

"Ini merupakan perjuangan utama yang terakhir dan paling sensasional bagi bangsa Arab itu,” tulis Phillip K. Hitti, “dan membawa masuknya wilayah Eropah yang paling luas yang belum pernah mereka peroleh sebelumnya ke dalam kekuasaan Islam. Kecepatan pelaksanaan dan kesempurnaan keberhasilan operasi ke Spanyol ini telah mendapat tempat yang unik di dalam sejarah peperangan abad pertengahan.”


Penaklukkan Spanyol oleh orang-orang Islam mendorong timbulnya revolusi sosial di mana kebebasan beragama benar-benar diakui. Ketidak toleranan dan penganiayaan yang biasa dilakukan orang-orang Kristen Eropa ketika itu, digantikan oleh toleransi yang tinggi dan kebaikan hati yang luar biasa.

Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga jika tentara Islam yang melakukan kekerasan akan dikenakan hukuman berat. Tidak ada harta benda atau tanah milik rakyat yang disita. Orang-orang Islam memperkenalkan sistem perpajakan yang lebih baik dari bangsa Visigothic dengan cepat telah membawa kemakmuran di semenanjung Iberia, dan menjadikan negeri teladan di Barat. Orang-orang Kristen dibiarkan memiliki hakim sendiri untuk memutuskan perkara-perkara mereka. Semua komunitas mendapat kesempatan yang sama dalam pelayanan umum.

Pemerintahan Islam yang baik dan bijaksana ini membawa kesan luar biasa. Orang-orang Kristian termasuk pendeta-pendetanya yang pada mulanya meninggalkan rumah mereka dalam keadaan ketakutan, kembali pulang dan menjalani hidup yang bahagia dan makmur.

Seorang penulis Kristian terkenal menulis: “Muslim-muslim Arab itu membina kerajaan Kordoba yang baik adalah sebuah keajaiban Abad Pertengahan, mereka mengenalkan obor pengetahuan dan peradaban, kecemerlangan dan keistimewaan kepada dunia Barat. Dan saat itu Eropa sedang dalam kondisi kegelapan dan kebodohan dan kebiadaban perlakuan Gothic kepada rakyat Spanyol.”

Thariq berhasrat menakluk seluruh Eropah agar bumi Andalus itu diwarnai dengan cahaya Tauhid yang suci, tetapi Allah Yang Maha Kuasa menentukan lain. Saat merencanakan pembebasannya ke Eropah selanjutnya, datang panggilan dari Khalifah agar Thariq kembali ke Damaskus. Dengan disiplin dan kepatuhan tinggi, Thariq memenuhi panggilan Khalifah dan berusaha tiba seawal mungkin di Damaskus. Tak lama kemudian, Thariq wafat di sana. Pemuda Barbar, penakluk Spanyol, sebagai syiar Islam terbesar di Eropah yang selama delapan abad di bawah kekuasaan Islam telah memenuhi panggilan Rabbnya, semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang merahmatinya. Billahit Taufiq wal-Hidayah. □ AFM


Mari saksikan videonya ---klik---> THARIQ BIN ZIYAD - Pahlawan Islam



Sumber:
https://www.facebook.com/notes/1001-kisah-teladan-ambil-hikmahnya/tariq-bin-ziyad-asal-muasal-gibraltar/464754025336/
https://ms.wikipedia.org/wiki/Tariq_ibn_Ziyad
https://en.wikipedia.org
https://id.wikipedia.org 
https://www.youtube.com/embed/UIoqShk-zzI
dan sumber-sumber lainnya. □□