Thursday, February 8, 2018

Kenapa Kita Lambat Maju Dibanding Negara Barat?




Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk ● memajukan kesejahteraan umum, ● mencerdaskan kehidupan bangsa, ● dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan: kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,

maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada ● Ketuhan Yang Maha Esa, ● Kemanusiaan yang adil dan beradab, ● Persatuan Indonesia, dan ● Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, ● serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [Alinea 4 Pembukaan UUD 45].


F
Facebook, Google dan beragam jenis produk revolusioner didunia modern rata-rata berasal dari negara Barat. Walaupun founder, pemodal dan pendirinya banyak juga yang orang keturunan Asia ataupun menikah dengan orang dari benua Timur, namun sistem pendidikan di Barat sudah terbukti menghasilkan pemikir dan pelaku industri kreatif yang tak terhitung jumlahnya.

Manusia telah diciptakan dengan sifat yang berbeda-beda, artinya unik. Namun, ketahuilah bahwa sifat dan sikap yang dimiliki dapat berubah begitu saja karena adanya pengaruh pembelajaran, baik dari dalam ataupun dari luar.

Seringkali terlintas di benak kita, mengapa orang Asia kalah kreatif dengan orang Barat? Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya “Why Asians Are Less Creative Than Westerners” (2001) yang dianggap kontroversial tapi ternyata menjadi “best seller”, mengemukakan beberapa hal tentang bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:

Bagi kebanyakan orang Asia, dalam budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain, pangkat). PASSION (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, “BIDANG KREATIVITAS” kalah populer dibanding profesi dokter, pengacara dan sejenisnya, yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seseorang untuk memiliki kekayaan banyak.

Bagi orang Asia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada CARA memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai cerita, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun ditolerir (diterima) sebagai sesuatu yang wajar.

Bagi orang Asia, pendidikan identik dengan hafalan berbasis “kunci jawaban” bukan pada pengertian. Ujian Nasional, tes masuk Perguruan Tinggi, dll., semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus ilmu pasti dan ilmu hitung lainnya, bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan rumus-rumus tersebut.

Karena berbasis hafalan, murid-murid di sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi Jack of all trades, but master of none”- tahu sedikit sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun.

Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia bisa jadi juara dalam Olimpiade Fisika dan Matematika. Tapi hampir tidak pernah ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya, yang notabene berbasis inovasi dan kreativitas.

Orang Asia “takut salah” (bahasa China Hokkien: Kiasi, dirinya merasa tinggi, gengsi) dan “takut kalah” (bahasa China Hokkien: Kiasu, takut kehilangan harga diri). Akibatnya, sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko, kurang dihargai.

Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.

Karena takut salah dan takut dianggap bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru (narasumber) untuk minta penjelasan tambahan. Dalam bukunya Prof. Ng Aik Kwang menawarkan beberapa solusi sbb:

HARGAI PROSES, yaitu sesuatu itu tidak lompat jadi, tapi berproses.

HARGAILAH ORANG KARENA PENGABDIANNYA, bukan karena kekayaannya. Percuma bangga punya rumah mewah, mobil banyak, tapi duitnya dari hasil korupsi dan naik pangkat atau mencapai kekuasaannya didapat dari karena menyogok (bahasa sekarang ada uang maharnya).

HENTIKAN PENDIDIKAN BERBASIS KUNCI JAWABAN. Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya.

JANGAN JEJALI MURID DENGAN BANYAK HAFALAN. Misalnya dalam matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban untuk X * Y harus dihafalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar-benar dikuasainya. Usahakan mengerti masalahnya.

BIARKAN ANAK MEMILIH PROFESI BERDASARKAN PASSION. Yaitu perasaan antusiasme yang kuat terhadap atau keinginan kuat seseorang atas sesuatu. Gairah dapat berkisar dari minat atau kekaguman terhadap ide, proposal, atau sebab dari antusiasnya. Jadi passion (rasa cinta) nya pada bidang itu, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang atau cepat naik pangkat.


KREATIF. Yaitu dasar kreativitas adalah rasa penasaran dan berani ambil resiko. Kuncinya BERTANYA kalau tidak tahu, jangan SOK TAHU.

FUNGSI GURU. Guru adalah “fasilitator”, bukan dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau kita tidak tahu!

PASSION. Manusia adalah anugerah Tuhan. Sebagai orang tua kita bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passion dan mendukungnya.


Pada umumnya orang berpendapat bahwa, semakin bekerja keras, maka semakin dapat banyak penghasilan. Memang benar pendapat itu, namun kebanyakan pandangan orang Asia dan Amerika pada dasarnya berbanding terbalik!?

Sebenarnya hanya ada dua motivasi manusia bekerja yaitu:

1). Untuk mendapatkan (dan mengumpulkan, menabung) uang demi dari hasil kerja atau usahanya guna “menunjang kebutuhan hidup” ataupun;

2). Untuk memenuhi “kebutuhan batin” untuk mengejar passion.

3). Lebih bagus lagi bila keduanya bisa bertemu dan kita bisa hidup berkecukupan dan bekerja tekun penuh kesadaran tanpa diawasi, melainkan kesadaran diri.

Ukuran sukses orang Asia kebanyakan berpandangan pada seberapa banyak materi yang didapatkan, sehingga dapat menaikkan prestise atau gengsi semata.

Namun berbeda dengan orang Amerika dan Eropa yang justru menganggap bahwa materi (kekayaan) yang didapat bukan sebagai tolak ukur suatu kesuksesan, melainkan cara atau usaha yang dilakukan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik (inovasi).


Penutup

Kesimpulan dari paparan di atas adalah pola pikir (juga integritas - kejujuran) manusia merupakan hal yang dapat mempengaruhi pribadi manusia masing-masing. Bagi yang buruk, segera perbaiki, dan bagi yang baik baik, dapat dijadikan contoh.

Demikianlah mengapa orang Barat pasca abad gelap dari abad pertengahannya kini menjadi “solid”. Karena sadar apa artinya ber-Negara (ber-Bangsa), ber-Pemerintahan dan Rakyat - sebagai stake holder bangsa, sumber daya manusia dari tegaknya suatu bangsa. Caranya, yaitu:

1). ADANYA PENEGAKKAN KEADILAN OLEH SEMUA ELEMEN BANGSA - Hukum berjalan atau kepatuhan kepada hukum benar-benar berjalan tanpa pilih kasih;

2). FUNGSI PEMERINTAHAN adalah untuk mensejahteraan rakyat - bukan sebagai sumber kekayaan pribadinya bagi kekuasaan yang ada pada pemangku jabatan negara (pemerintahan) - dengan menyediakan (menciptakan) lapangan pekerjaan dan gaji yang layak hidup (menetapkan upah atau gaji minimum).

3). Menyiapkan dana pensiun dan kesehatan hari tua yang diambil dari potongan gaji atau pendapatan setiap warganya yang bekerja atau berusaha. Uang itu sebagai amanah rakyat yang dikemudian hari ia akan dapati sebagai haknya.

4). Menyediakan dana “pengangguran” bagi warganya yang belum mendapatkan (ada) pekerjaan dan menjamin tambahan kesejahteraan kesehatan dan makanan bagi anak keluarga yang gajinya dibawah pendapat yang layak.


Inilah yang disebut Negara yang membuat Rakyatnya bisa sejahtera, karena adanya jaminan hukum, keadilan, dan kesejahteraan untuk rakyat. Dan satunya lagi diperlukan kedisiplinan dan sistim pengawasan dari adanya korupsi dan sogok dan pemborosan uang negara disegala bidang aktifitas pemerintahan, kalau didapati melanggarnya uang mesti kembali dan pelakunya dapat hukuman berat (jika perlu hukuman mati). Yang lain kebijakan (kebiasaan) menjual asset negara terutama kepada orang asing dan menghindari import barang, sementara kita bisa menghandalkan kemampuan dalam negeri - misalnya produk pertanian dan perkebunan: beras, gula, garam, minyak sayur dll. jangan membuat alasan yang tidak-tidak.

Untuk itulah gunanya ada Negara dengan Pemerintah di negara Barat yang kebetulan penulis hidup disana. Sebagaimana juga dikatakan dalam Pembukaan UUD 1945 diatas. Realisasikanlah, itulah tugas “penguasa”.  □ AFM


Bahan Penulisan:
fortuner.id
dan sumber-sumber lainnya□□