Kemudian
daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk ● memajukan
kesejahteraan umum, ● mencerdaskan kehidupan bangsa, ● dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan: ◙ kemerdekaan,
◙ perdamaian
abadi dan ◙ keadilan sosial,
maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada ● Ketuhan Yang Maha Esa, ● Kemanusiaan
yang adil dan beradab, ● Persatuan Indonesia, dan ● Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, ● serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [Alinea 4
Pembukaan UUD 45].
F
|
Facebook, Google dan beragam jenis produk revolusioner
didunia modern rata-rata berasal dari negara Barat. Walaupun founder, pemodal
dan pendirinya banyak juga yang orang keturunan Asia ataupun menikah dengan
orang dari benua Timur, namun sistem pendidikan di Barat sudah terbukti
menghasilkan pemikir dan pelaku industri kreatif yang tak terhitung jumlahnya.
Manusia telah diciptakan dengan sifat yang
berbeda-beda, artinya unik. Namun, ketahuilah bahwa sifat dan sikap yang
dimiliki dapat berubah begitu saja karena adanya pengaruh pembelajaran, baik
dari dalam ataupun dari luar.
Seringkali terlintas di benak kita,
mengapa orang Asia kalah kreatif dengan orang Barat? Prof. Ng Aik Kwang dari
University of Queensland, dalam bukunya “Why
Asians Are Less Creative Than Westerners” (2001) yang dianggap kontroversial
tapi ternyata menjadi “best seller”, mengemukakan beberapa hal tentang
bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang:
Bagi kebanyakan orang Asia, dalam
budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki
(rumah, mobil, uang dan harta lain, pangkat). PASSION
(rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, “BIDANG KREATIVITAS” kalah populer dibanding profesi
dokter, pengacara dan sejenisnya, yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan
seseorang untuk memiliki kekayaan banyak.
Bagi orang Asia, banyaknya kekayaan yang
dimiliki lebih dihargai daripada CARA memperoleh
kekayaan tersebut. Tidak heran bila lebih banyak orang menyukai cerita, novel,
sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena
beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis
itu. Tidak heran pula bila perilaku koruptif pun ditolerir (diterima) sebagai
sesuatu yang wajar.
Bagi orang Asia, pendidikan identik
dengan hafalan berbasis “kunci jawaban” bukan pada pengertian. Ujian Nasional,
tes masuk Perguruan Tinggi, dll., semua berbasis hafalan. Sampai tingkat
sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus ilmu pasti dan ilmu hitung
lainnya, bukan diarahkan untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan
rumus-rumus tersebut.
Karena berbasis hafalan, murid-murid di
sekolah di Asia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi “Jack of all trades,
but master of none”- tahu sedikit
sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun.
Karena berbasis hafalan, banyak pelajar
Asia bisa jadi juara dalam Olimpiade Fisika dan Matematika. Tapi hampir tidak
pernah ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya, yang
notabene berbasis inovasi dan kreativitas.
Orang Asia “takut
salah” (bahasa China Hokkien: Kiasi, dirinya merasa tinggi, gengsi) dan “takut kalah” (bahasa China Hokkien: Kiasu, takut
kehilangan harga diri). Akibatnya, sifat eksploratif sebagai upaya memenuhi
rasa penasaran dan keberanian untuk mengambil resiko, kurang dihargai.
Bagi kebanyakan bangsa Asia, bertanya
artinya bodoh, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses
pendidikan di sekolah.
Karena takut salah dan takut dianggap
bodoh, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta jarang mau bertanya
tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru (narasumber) untuk minta
penjelasan tambahan. Dalam bukunya Prof. Ng Aik Kwang menawarkan beberapa
solusi sbb:
◙
HARGAI PROSES, yaitu sesuatu itu tidak lompat
jadi, tapi berproses.
◙
HARGAILAH ORANG KARENA PENGABDIANNYA, bukan
karena kekayaannya. Percuma bangga punya rumah mewah, mobil banyak, tapi
duitnya dari hasil korupsi dan naik pangkat atau mencapai kekuasaannya didapat
dari karena menyogok (bahasa sekarang ada uang maharnya).
◙
HENTIKAN PENDIDIKAN BERBASIS KUNCI JAWABAN.
Biarkan murid memahami bidang yang paling disukainya.
◙
JANGAN JEJALI MURID DENGAN BANYAK HAFALAN. Misalnya
dalam matematika. Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban untuk X * Y
harus dihafalkan? Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar-benar
dikuasainya. Usahakan mengerti masalahnya.
◙ BIARKAN ANAK
MEMILIH PROFESI BERDASARKAN PASSION. Yaitu perasaan antusiasme yang kuat terhadap atau keinginan
kuat seseorang atas
sesuatu. Gairah dapat berkisar dari minat atau kekaguman terhadap ide,
proposal, atau sebab dari antusiasnya. Jadi passion (rasa cinta) nya pada bidang itu, bukan memaksanya
mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang atau
cepat naik pangkat.
◙
KREATIF. Yaitu dasar kreativitas adalah rasa
penasaran dan berani ambil resiko. Kuncinya BERTANYA kalau tidak tahu, jangan
SOK TAHU.
◙
FUNGSI GURU. Guru adalah “fasilitator”, bukan
dewa yang harus tahu segalanya. Mari akui dengan bangga kalau kita tidak tahu!
◙
PASSION. Manusia adalah anugerah Tuhan. Sebagai
orang tua kita bertanggung-jawab untuk mengarahkan anak kita untuk menemukan passion dan mendukungnya.
Pada umumnya orang berpendapat
bahwa, semakin bekerja keras, maka semakin dapat banyak penghasilan. Memang benar pendapat itu, namun kebanyakan pandangan orang
Asia dan Amerika pada dasarnya berbanding terbalik!?
Sebenarnya hanya ada dua motivasi manusia
bekerja yaitu:
1). Untuk
mendapatkan (dan mengumpulkan, menabung) uang demi dari hasil kerja atau usahanya
guna “menunjang kebutuhan hidup” ataupun;
2). Untuk
memenuhi “kebutuhan batin” untuk mengejar passion.
3). Lebih
bagus lagi bila keduanya bisa bertemu dan kita bisa hidup berkecukupan dan
bekerja tekun penuh kesadaran tanpa diawasi, melainkan kesadaran diri.
Ukuran sukses orang Asia kebanyakan
berpandangan pada seberapa banyak materi yang didapatkan, sehingga dapat
menaikkan prestise atau gengsi semata.
Namun berbeda dengan orang Amerika
dan Eropa yang justru menganggap bahwa materi (kekayaan) yang didapat bukan
sebagai tolak ukur suatu kesuksesan, melainkan cara atau usaha yang dilakukan
untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik (inovasi).
Penutup
Kesimpulan dari paparan di atas adalah pola pikir (juga
integritas - kejujuran) manusia merupakan hal yang dapat mempengaruhi pribadi
manusia masing-masing. Bagi yang buruk, segera perbaiki, dan bagi yang baik
baik, dapat dijadikan contoh.
Demikianlah mengapa orang Barat pasca abad gelap
dari abad pertengahannya kini menjadi “solid”. Karena sadar apa artinya ber-Negara
(ber-Bangsa), ber-Pemerintahan dan Rakyat - sebagai stake holder bangsa, sumber daya manusia dari tegaknya suatu bangsa.
Caranya, yaitu:
1). ADANYA
PENEGAKKAN KEADILAN OLEH SEMUA ELEMEN BANGSA - Hukum berjalan atau kepatuhan
kepada hukum benar-benar berjalan tanpa pilih kasih;
2). FUNGSI
PEMERINTAHAN adalah untuk mensejahteraan rakyat - bukan sebagai sumber kekayaan
pribadinya bagi kekuasaan yang ada pada pemangku jabatan negara (pemerintahan) - dengan
menyediakan (menciptakan) lapangan pekerjaan dan gaji yang layak hidup
(menetapkan upah atau gaji minimum).
3). Menyiapkan
dana pensiun dan kesehatan hari tua yang diambil dari potongan gaji atau pendapatan
setiap warganya yang bekerja atau berusaha. Uang itu sebagai amanah rakyat yang dikemudian hari ia akan dapati sebagai haknya.
4).
Menyediakan dana “pengangguran” bagi warganya yang belum mendapatkan (ada) pekerjaan dan
menjamin tambahan kesejahteraan kesehatan dan makanan bagi anak keluarga yang
gajinya dibawah pendapat yang layak.
Inilah yang disebut Negara yang membuat Rakyatnya bisa sejahtera,
karena adanya jaminan hukum, keadilan, dan kesejahteraan untuk rakyat. Dan
satunya lagi diperlukan kedisiplinan dan sistim pengawasan dari adanya korupsi
dan sogok dan pemborosan uang negara disegala bidang aktifitas pemerintahan, kalau didapati melanggarnya uang mesti kembali dan pelakunya dapat hukuman berat (jika perlu hukuman mati). Yang lain kebijakan (kebiasaan)
menjual asset negara terutama kepada orang asing dan menghindari import barang,
sementara kita bisa menghandalkan kemampuan dalam negeri - misalnya produk pertanian dan
perkebunan: beras, gula, garam, minyak sayur dll. jangan membuat alasan yang
tidak-tidak.
Untuk itulah gunanya ada Negara dengan
Pemerintah di negara Barat yang kebetulan penulis hidup disana. Sebagaimana
juga dikatakan dalam Pembukaan UUD 1945 diatas. Realisasikanlah, itulah tugas “penguasa”.
□ AFM
Bahan Penulisan:
fortuner.id
dan sumber-sumber lainnya□□