PENDAHULUAN
S
|
ebagai seorang Muslim kita sangat dianjurkan
untuk mempelajari sejarah umat terdahulu yang diazab oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena
kedurhakaannya. Meski dianjurkan untuk dijadikan pelajaran, namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengingatkan agar umatnya tidak berlama-lama berada di tempat di mana azab
Allah pernah turun. Berikut ini di antara tempat yang diazab itu.
Dua
tembok dari situs Pompeii yang paling ramai dikunjungi wisatawan rubuh akhir
tahun 2010, akibat curah hujan yang tinggi. Situs warisan dunia itu bercerita
banyak tentang kehidupan bangsa Romawi.
Ketika Gunung Vesuvius mengalami letusan hebat
pada pagi hari tanggal 24 Agustus tahun 79, penduduk kota Pompeii menjalani hari
seperti biasanya. Pliny Muda (pejabat dan penyair Romawi) menceritakan kisah
menyeramkan itu lewat surat-surat bersejarahnya.
Letusan berlangsung terus menerus selama 24 jam
diiringi hujan debu, awan panas serta lava pijar. Awan panas yang muncul
setelah kubah lava di lubang puncak gunung runtuh kemudian turun melaju ke daratan kaki gunung. Genangan lava panas yang cair ini memanggang dahsyat kota Pompeii, dan hujan yang berton-ton dalam bentuk abu
vulkanik yang dimuntahkan dari gunung ini mengubur penduduk hidup-hidup. Keterkejutan terlihat jelas dalam
ekspresi mayat-mayat yang kemudian membatu ini ditemukan di Pompeii. Usai bencana biasanya
kota yang hancur dibangun kembali, tapi tidak demikian halnya dengan Pompeii.
Sebelum
hancur, kota itu adalah salah satu kota plesir bangsa Romawi. Letaknya di
Semenanjung Napoli (Naples), Italy. Pompeii, yang merupakan simbol dari “degradasi
akhlaq” yang dialami Kekaisaran Romawi, adalah pusat perzinaan dan homoseksual.
Pesta seks di pemandian umum menjadi bagian dari gaya hidup mereka. Pemandian umum di
Pompeii sudah ada jauh sebelum pemandian serupa yang ada di kota Roma. Dari lukisan
dinding yang ditemukan di bangunan-bangunan Pompeii terlihat jelas kegilaan
penduduknya akan seks.
KOTA POMPEII PADA ABAD I
K
|
ota Pompeii di Italia ini adalah kota terkaya di
zaman itu. Sumber daya yang berlimpah dan kehidupan yang sangat megah. Setiap
kemudahan dan kemewahan mengelilingi penduduk yang berada di kota dan sekitarnya. Kenyamanan ada di mana-mana, dan
tidak seperti di kota-kota lainnya. Begitulah hidup bagi mereka yang tinggal
di Pompeii, Italia pada akhir tahun 70. Bahkan ada pornografi serta
hiburan berupa rumah bordil yang menyediakan setiap jenis selera seksual.
Mereka
bangun dari tidur, dan memulai hari mereka seperti biasa, kemudian duduk untuk
makan siang pada tanggal 24 Agustus tahun 79 tidak tahu bahwa Gunung Vesuvius
akan memulai suatu tirani letusan gunung berapi yang tidak akan berhenti selama
24 jam. Letusan ini tidak menyisakan seorangpun dari mereka yang tinggal di
Pompeii, dan juga tidak menyisakan mereka yang tinggal di kota-kota kecil
terdekat sekitarnya seperti Herculaneum dan Oplontis. Aliran lava dan awan pyroklastik
(yang ditimbulkan gejolak lava dari meletusnya gunung berapi) yang sangat panas
berlari menuruni gunung dengan kecepatan 100 mil perjam (160 kilometer perjam),
mengubur semua orang yang berada di jalan-jalan dan rumah mereka yang dialiri lelehan lava
panas, bahkan sebelum mereka bisa bereaksi, apalagi melarikan diri.
Malapetaka
itu terjadi dalam waktu yang sangat mendadak sehingga menimpa segala sesuatu
yang ada di kota termasuk segala aktifitas sehari-hari yang tengah berlangsung.
Aktifitas yang dilakukan penduduk dan segala peninggalan yang ada ketika
bencana terjadi kini masih tertinggal persis sama seperti ketika bencana
tersebut terjadi dua ribu tahun yang lalu, seolah-olah waktu tidak bergeser
dari tempatnya.
Pompeii Dijuluki Kota ‘Maksiat’
Hampir dua millenium raib, Pompeii secara tak sengaja
ditemukan pada tahun 1748. Kala itu, sejumlah arkeolog mencari keberadaan artefak (peninggalan
kuno) berharga dan harta karun di wilayah Campania, sebelah tenggara kota
Napoli, Italia.
Ketika
itulah misteri hilangnya kota Pompeii selama ribuan tahun akhirnya terbongkar.
Bahkan lebih mengejutkan adalah artefak yang ditemukan tidak hanya berupa
tembikar dan barang kuno, tetapi juga puluhan jasad dalam kondisi dan posisi
yang mengejutkan.
Ajaibnya, jasad-jasad ditemukan dalam kondisi
utuh nyaris tanpa kerusakan. Kita bahkan bisa menyaksikan mimik wajah warga Pompeii
yang ketakutan saat menghadapi maut. Mayat-mayat dengan segala pose itu
mengeras dan terawetkan yang membatu oleh abu dari lava gunung meletus.
Dari
penemuan ini terungkap karakteristik penduduk kota yang kaya raya pada waktu
itu. Kota itu ternyata mengumbar perzinaan. Bahkan bisa diyakini telah menjadi
surga seks lelaki dan wanita, juga bagi kaum homoseksual. Pompeii dipenuhi
dengan lokasi perzinahan atau prostitusi yang menyebar di segala penjuru kota.
Bahkan saking banyaknya hingga susah membedakan tempat pelacuran umum dan
kawasan rumah biasa.
Diyakini,
penduduk sering menggelar perzinaan di rumah-rumah, di jalan-jalan, bahkan
hampir setiap rumah menjadi tempat pelacuran. Banyak ditemukan mayat–mayat
bergelimpangan yang sedang melakukan maksiat, ada juga yang melakukannya dengan
sejenis.
Penduduk Pompeii pada saat itu dikatakan
mengamalkan kepercayaan ‘Mithra’ yang menyakini bahwa alat kelamin serta
persetubuhan tidak seharusnya dilakukan secara sembunyi, tetapi dilakukan di
tempat terbuka. Tak heran jika Pompeii dijuluki ‘kota maksiat’.
Menurut
ilmuwan dilansir Live Science, sebelum kota ini hancur terkubur,
penduduk di waktu itu tidak menggubris tanda-tanda akan terjadinya letusan dahsyat
Gunung Vesuvius. Mereka tidak ambil pusing dengan gempa kecil dan besar yang
mengeringkan sumur dan sumber mata air sebelumnya. Sementara anjing-anjing
menggonggong sedih atas diamnya burung-burung.
Wajah wajah ketakutan ketika datangnya gempa
dahsyat yang datang tiba-tiba tampaknya dalam keadaan putus asa, dan apa pun
yang mereka lakukan pada saat itu tampak persis posisi apa adanya. Sempurna terawetkan
dalam abu dan lava yang mengeras. Hal ini menguntungkan para arkeolog karena
mereka dapat melihat hampir secara sempurna pula sejarah budaya kuno ini – artifak
inilah sebagai jendela untuk melihat bagaimana kehidupan orang-orang yang hidup
pada waktu itu.
Perhatikan bagaimana tubuh-tubuh mereka yang dilamuri abu yang membuatnya membatu - menggambarkan usaha mereka yang berupaya mati-matian untuk menutup mulut mereka, melindungi anak-anak mereka yang belum lahir, atau mencoba untuk menjaga diri dari serangan puing-puing dan batuan vulkanik.
Para Dokter - diketahui dari alat bedah yang
mereka genggam, “dominas”, atau wanita kaya, terlihat pada perhiasan mahal dan
pusaka yang mereka pakai, sedangkan budak ditemukan dengan cincin besi di
sekitar pergelangan kaki mereka. Ihwal artifak seperti ini memberi wawasan
berharga bagi arkeolog untuk menentukan milik siapakah tubuh-tubuh yang pernah
hidup tersebut, dan sebagai siapakah mereka ketika masih hidup. Mari lihat visualisasi keadaan mereka sebagai saksi sejarah dibawah ini.
Keadaan Kota Pompeii Sebelumnya
Keadaan Kota Pompeii Sebelumnya
Kota
Pompei adalah kawasan elit bagi orang orang Romawi yang kaya dan cukup
beruntung sehingga mampu membeli kehidupan pantai yang mewah. Namun, dalam
beberapa jam, kota yang indah ini terkubur di bawah massa abu vulkanik massa membatu
dari benda-benda dan penduduk yang berada di Pompeii.
Pompeii
memiliki kanal-kanal air yang tak pernah terdengar dalam periode sejarah masa
itu, yang menyalurkan air ke 25 air mancur kota. Kota ini juga memiliki
amfiteater (Stadium) Herculaneum, dan setidaknya empat pemandian umum, banyak
perumahan perumahan pribadi yang mewah, dan berbagai bisnis yang melayani
selera-selera aneh dari orang orang kaya yang tinggal di sana.
Banyak jalan-jalan di kota Pompeii mirip dengan
jalan jalan di banyak kota besar yang ada saat ini. Ada jalan kecil, jalan raya
dan lalu lintas ramai dari orang orang yang datang dan pergi sepanjang waktu.
Sedangkan Kehidupan malam di kota pompei tidak ada tandingannya.
Orang-orang
Pompeii tampaknya telah menyembah Dewa Falus.
Banyak benda di Pompeii memiliki beberapa simbolisme
erotis atau karya seni yang ditujukan padanya. Berikut tanda di luar sebuah
toko roti Pompeii. Tanda toko roti di atas berbunyi “Felicitas habitat HIC”,
yang berarti “Di sini tempat kehidupan kebahagiaan” atau “Ini tempat kehidupan
keberuntungan”. Nasib baik diyakini berada di mana saja Dewa Phallic disembah dan digambarkan.
Di
Pompei, pekerja seks di rumah-rumah pelacuran ada tiga kali lebih banyak
dari jumlah rata-rata pekerja di kota itu. Sehingga jual beli seksual sangat
murah bagi siapa saja di kota ini – berbeda dengan semua kota-kota Eropa
lainnya saat itu. Prasasti di atas rumah-rumah bordil, yang cukup besar dan
lapang, terlalu mencolok sehingga Anak-anak tidak terlindungi dari pornografi
dan patung patung porno sang Dewa Phalluses.
Setidaknya
20.000 orang menghuni Pompeii. Titik tertinggi pertumbuhan ekonomi, aktivitas
dan populasi diwujudkan pada saat bencana itu terjadi. Dekat tepi kota, banyak
orang tinggal di vila-vila atau kelompok kecil dari rumah perahu (seperti
komunitas “palatial gated”) mirip dengan yang ada di Venesia.
Mereka yang tinggal di Pompeii diperkirakan tidak mengetahui tanda tanda akan terjadinya letusan gunung dan aktivitas vulkanis lainnya. Rumah-rumah penduduk tampaknya merasa tidak mempedulikan dengan adanya gejala-gejala dari gangguan-gangguan alam sebagai tanda gunung akan meletus. Inilah sebabnya mayoritas penduduknya tidak melarikan diri atau mencari perlindungan. Mereka pikir, hari itu akan menjadi hari seperti hari-hari lainnya.
Diketahui sebelumnya bahwa pada tahun 62, sebuah
gempa bumi yang cukup besar hampir meratakan seluruh kota ini dengan tanah.
Namun, sebagian kota ini dibangun kembali. Bayangkan betapa besarnya kota ini
sebelum terjadinya gempa bumi tersebut. Salah satu kepedulian utama mereka
yang tinggal di kota itu adalah melestarikan kesayangan mereka yang terkenal
itu, yaitu Seni.
Para
ilmuwan, mampu memulihkan banyak
potongan-potongan karya seni patung yang telah dikembalikan setelah gempa yang berasal dari waktu
sebelum letusan mematikan ini datang. Rekonstruksi kota ini setelah gempa
besar terhambat oleh gempa bumi - gempa bumi kecil yang datang lebih banyak dan
lebih sering. Saat ini, kita akan memahami ini sebagai pertanda untuk letusan
gunung berapi yang mengerikan akan datang. Namun mereka tidak menyadari hal ini pada waktu itu.
Ironisnya,
letusan terjadi setelah perayaan festival Dewa Api "Vulcanalia". Para ilmuwan
percaya bahwa penyebab utama kematian bagi mereka di Pompeii dan daerah
sekitarnya adalah panas dan sesak napas akibat abu. Diperkirakan suhu di
sepanjang 10 kilometer di sekitar Gunung Vesuvius dalam skala suhu 2500/
3400 Celcius. Bahkan meskipun orang berada di rumah mereka atau di
sebuah bangunan, tidak akan pernah ada cara bagi mereka bisa selamat dari panas
yang luar biasa tinggi ini. Lebih buruk lagi, orang-orang banyak terkubur di bawah dua belas lapisan tanah sampai
82 kaki (25 meter) tebalnya, dan setelah
itu diguyur hujan-hujan deras untuk setidaknya enam jam lamanya.
Lava
gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut - dari peta bumi, dalam
waktu relatif singkat. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak
seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan gunung Vesuvius ini.
Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak
mengetahui terjadinya bencana amat dahsyat yang sangat singkat tersebut. Jasad
dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik
tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada
posisi sedang melakukan persetubuhan. Yang paling mengagetkan adalah terdapat
sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan
hubungan seks sesama jenis. Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang
masih belia. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang
terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka mereka
menunjukkan ekspresi keterkejutan, menggambarkan bahwa bencana yang terjadi
datang secara tiba-tiba, dalam sekejab.
Penggalian
Pompeii berikutnya sekitar pergantian abad ke-20 menemukan banyak gambar erotis
dan gambar penis dengan ukuran oversize dimana mana, bahkan pada barang-barang
keperluan rumah tangga. Penemuan ini sangat mengganggu bagi mereka yang
menemukan barang-barang ini dan temuan ini ada yang dihancurkan, dikubur
kembali atau terkunci di Museum Nasional Naples, Italia selama lebih dari 100
tahun. “Seni” barang barang ini dipertontonkan kepada publik setelah tahun
2000, dan tidak ada anak di bawah umur diizinkan untuk melihat artifak akibat
dari gunung meletus ini.
Jelaslah bahwa Pompeii adalah Sodom dan Gomora (bahasa
Arab Sadūm ‘Amurah) jilid dua, dan Pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh
bencana yang demikian dahsyat ini tentunya bukan tanpa maksud. Kalau kota Sodom
benar benar dihancurkan oleh Tuhan, namun kota Pompei “diawetkan” oleh Tuhan
agar kita bisa melihat – bukti sejarah, bagaimana kesudahan orang orang yang
meyimpang dalam perilakunya.
Mirip Azab Kaum Nabi Luth
Penghancuran Pompeii mirip dengan azab yang dialami
kaum Nabi Luth as yaitu penduduk
Sodom atau Sadūm yang dikisahkan dalam Al-Qur’an. Dituturkan dalam Al-Qur’an,
penduduk Sodom melakukan berbagai kejahatan yang tidak biasa dilakukan oleh
penjahat manapun.
Selain merampok dan berkhianat kepada sesama
teman serta berwasiat dalam kemungkaran, penduduk Sodom melakukan maksiat yang
belum pernah ada di muka bumi sebelumnya. Mereka melakukan perbuatan homoseksual
di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya.
Kedua
jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam masyarakat sehingga sudah merupakan
suatu budaya (kebudayaan, kebiasaan) bagi penduduk Sodom.
Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika ia berkata kepada
kaumnya: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fāhisyah (keji) padahal
kamu melihatnya (kekejian perbuatan maksiat itu)? (54) Mengapa kamu mendatangi
laki-laki untuk (memenuhi) syahwat(mu), bukan (mendatangi) perempuan? Sungguh, kamu
adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu).” (55) [QS
An-Naml 27: 54-55]
Atas kemaksiatan yang melampaui batas itu, Allah 'Azza wa Jalla
menurunkan azab dengan gempa bumi, hujan batu panas dan petir yang memekakkan
telinga. Bertebaran mayat-mayat yang dilaknat oleh Allah di kota Sodom.
“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkir
balikkan negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari
tanah yang terbakar (82), yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan siksaan itu
tiadalah jauh dari orang yang zalim.” (83) [QS Hūd 11:82-83]
Meski
telah lenyap berabad-abad yang lalu, jejak Kota Sodom ternyata masih dapat
ditelusuri. Penelitian arkeologis mendapati, Kota Sodom terletak di tepi Laut
Mati (dahulunya merupakan Danau Luth). Kota ini memanjang di antara perbatasan
Israel-Yordania.
Temuan arkeolog ini diperkuat penelitian seorang
geolog asal Inggris bernama Graham Harris. Graham dan timnya menemukan Sodom
dibangun di pesisir Laut Mati dan penduduknya berdagang aspal yang tersedia di
wilayah tersebut. Daerah pemukiman warga Sodom berupa dataran yang mudah
diguncang gempa.
Di
samping mendapati fakta Kota Sodom adalah zona gempa bumi, selama penggalian
tim geolog menemukan banyak lapisan lahar dan batu basal bukti pernah
terjadinya letusan gunung berapi dan gempa bumi maha dahsyat di pesisir Laut
Mati.
Hancurnya Pompeii dan Sodom menjadi bukti
kebesaran Allah yang kelak menurunkan azab ke umatnya yang tidak beriman.
Seperti yang disebutkan dalam surat
Al-A’rāf yang artinya:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa
mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan.” [QS Al-A’rāf 7:96]
Adzab yang menimpa penduduk Sodom dan Gommora,
yakni kaum Nabi Luth as, sangatlah
mirip dengan bencana yang menghancurkan kota Pompeii di Italy.
Di
sebelah kiri gunung Vesuvius terletak kota Naples, sedangkan kota Pompeii
berada di sebelah timur gunung tersebut. Lava dan debu dari letusan maha dasyat
gunung tersebut yang terjadi dua milenia yang lalu membumibatukan penduduk
kota. Malapetaka itu terjadi dalam waktu yang sangat mendadak sehingga menimpa
segala sesuatu yang ada di kota termasuk segala aktifitas sehari-hari yang
tengah berlangsung. Aktifitas yang dilakukan penduduk dan segala peninggalan
yang ada ketika bencana terjadi kini masih tertinggal persis sama seperti
ketika bencana tersebut terjadi dua ribu tahun yang lalu.
Dalam
konteks ini, terdapat aspek dari bencana tersebut yang sangat sulit untuk
dimengerti. Bagaimana bisa terjadi ribuan manusia tertimpa maut tanpa melihat
dan mendengar sesuatu apapun apa yang akan terjadi?
Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii
mirip dengan peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Al-Qur’an, sebab
Al-Qur’an secara khusus mengisyaratkan “pemusnahan secara tiba-tiba” ketika
mengisahkan peristiwa yang demikian ini. Misalnya, “penduduk suatu negeri”
sebagaimana disebut dalam surat Yāsīn musnah bersama-sama secara keseluruhan
dalam waktu sekejap. Keadaan ini diceritakan sebagaimana berikut:
“Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu
teriakan saja; maka tiba-tiba mereka mati.” (QS Yāsīn 36:29)
Dalam surat Al-Qamar, pemusnahan dalam waktu yang singkat kembali disebut ketika kehancuran kaum Tsamud dikisahkan:
“Sungguh! Kami kirimkan atas mereka satu suara yang
keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput kering (batang-batang)
yang lapuk.” [QS Al-Qamar 54:31]
Kendatipun
semua peringatan ini, tidak banyak yang berubah di wilayah di mana Pompeii
dulunya pernah ada. Distrik-distrik Naples tempat segala kemaksiatan tersebar
luas tidaklah jauh berbeda dengan distrik-distrik bejat di Pompeii. Pulau Capri
adalah tempat di mana para kaum homoseksual dan nudis (orang-orang yang hidup
telanjang tanpa busana) tinggal. Pulau Capri diiklankan sebagai “surga kaum
homoseks” di industri wisata. Tidak hanya di pulau Capri dan di Italia, bahkan
hampir di seantero dunia, kerusakan moral tengah terjadi dan sayangnya mereka
tetap saja tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman pahit yang dialami
kaum-kaum terdahulu.
PENUTUP
“Dan mereka bersumpah dengan nama
Allah dengan sungguh-sungguh bahwa jika datang kepada mereka seorang pemberi
peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu
umat-umat (yang lain). Tetapi ketika pemberi peringatan datang kepada mereka,
tidak menambah (apa-apa) kepada mereka, bahkan semakin jauh mereka dari
(kebenaran), (42)
karena kesombongan (mereka) di bumi dan karena
rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang
yang merencanakannya sendiri. Mereka hanyalah menunggu (berlakunya) ketentuan
(sunnah) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka kamu tidak akan mendapat perubahan
bagi (sunnah) Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan
Allah itu”. (43) [QS Fāthir 35:42-43]
Begitulah, “Maka kamu tidak akan mendapat perubahan bagi (sunnah) Allah …” (QS 35:43) Siapapun yang menentang hukum Allah dan berusaha melawan-Nya akan terkena sunatullah yang sama. Pompeii, yang merupakan simbol dari degradasi akhlaq yang dialami semasa Kekaisaran Romawi dan Sodom yang dikisahkan dalam Al-Qur’an dan Kitab Suci lainnya, adalah pusat perzinaan dan homoseks. Nasib Pompeii mirip dengan kaum Nabi Luth. Kehancuran Pompeii terjadi melalui letusan gunung berapi Vesuvius.
Gunung Vesuvius adalah simbol negara
Italia, khususnya kota Naples. Gunung yang telah membisu sejak dua ribu tahun
yang lalu itu juga dinamai “The Mountain of Warning” (Gunung
Peringatan). Tentunya pemberian nama ini bukanlah tanpa sebab. Adzab yang
menimpa penduduk Sodom dan Gommora, yakni kaum Nabi Luth as, sangatlah mirip dengan bencana yang menghancurkan kota Pompeii.
Pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini tentunya bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Tradisi ini, berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi melainkan dipertontonkan secara terbuka.
Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam waktu sekejap. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat sekejap tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan.
Semua
yang terjadi itu diketahui setelah Hasil penggalian fosil juga menemukan
sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum,
raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan - ketidak percayaan
bahwa adzab itu akan datang, tapi datang juga, ini menandakan bencana yang
terjadi datang secara tiba-tiba dan dalam sekejab.
Dalam konteks ini, terdapat aspek dari bencana tersebut yang sangat sulit untuk dimengerti. Bagaimana bisa terjadi ribuan manusia tertimpa maut tanpa melihat dan mendengar sesuatu apapun?
Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii mirip dengan peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Al-Qur'an, sebab Al-Qur'an secara khusus mengisyaratkan “pemusnahan secara tiba-tiba” ketika mengisahkan peristiwa yang demikian ini. Misalnya, “penduduk suatu negeri” sebagaimana disebut dalam surat Yāsīn musnah bersama-sama secara keseluruhan dalam waktu sekejap. Keadaan ini diceritakan sebagaimana berikut:
“Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu
teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.” [QS. Yāsīn 36:29]
Dalam surat Al-Qamar disebutkan bahwa,
pemusnahan dalam waktu yang singkat kembali disebut ketika kehancuran kaum
Tsamud dikisahkan:
“Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.” [QS Al-Qamar :31]
Kematian masal penduduk kota Pompeii terjadi dalam waktu yang sangat singkat persis sebagaimana adzab yang dikisahkan dalam kedua ayat di atas.
Nabi Luth yang menghadapi kaumnya yang penuh maksiat di kota Sodom sampai akhirnya Allah memusnahkan kota tersebut dengan bencana? Di Kota Sodom itu masyarakatnya bebas melakukan maksiat tanpa batasan sampai melakukan penyimpangan seksual dimana hampir seluruh kaum laki-lakinya hanya tertarik kepada sesamanya dan begitu juga kaum wanitanya. Kedua jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam masyarakat sehingga hal tersebut merupakan suatu kebudayaan bagi kaum Sodom.
Kelakuan para masyarakat Sodom ini diabadikan di
dalam Al-Qur’an:
“Mengapa kamu mendatangi jenis laki-laki di
antara manusia (berbuat homoseks), (165) dan kamu tinggalkan (perempuan) yang
diciptakan Tuhan untuk menjadi istri-istri kamu? Kamu memang orang-orang yang
melampaui batas”. (166) [QS. Asy-Syu’arā’ 26:165-166]”
Berkali-kali Nabi Luth as menyerukan kepada mereka untuk meninggalkan budaya menyimpang
mereka, namun karena sudah terlanjur hancur moral masyarakat disana merekapun
tidak mau mendengar perkataan Nabi Luth as.
Hanya sebagian kecil saja yang mau mengikuti ajaran Nabi Luth.
Al-Qur’an menceritakan kehancuran kaum Nabi Luth
yang diazab karena perilaku homoseksualnya.
Maka mereka dibinasakan oleh
suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit, (73) maka Kami jungkir
balikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah (belerang) yang
keras. (74) Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang yang meperhatikan tanda-tanda, (75) dan sungguh, (negeri) itu
benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia).” [QS
Al-Hijr 15: 73-76]
Apa yang dialami kaum Luth di Kota Sodom dan
Gomorah dan juga Kota Pompeii harusnya sudah cukup jadi peringatan bagi kita,
manusia fana di akhir jaman ini. Na’udzubiLLahi
min dzalik. □ AFM
Mari saksikan Video ---klik---> MeletusnyaGunung Vesuvius
Sumber:
https://callmefadh.wordpress.com/2016/01/26/inilah-kota-pompeii-kota-maksiat-di-italia-yang-diazab-tuhan-beberapa-foto-agak-disturbing-dan-mengandung-konten-dewasa/
d.harunyahya.com/id/Artikel/4545/pompeii-mengulang-sejarah-kaum-luth
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Vesuvius
https://id.wikipedia.org/wiki/Sodom_dan_Gomora
https://www.youtube.com/embed/CxHQVGsqfFk □