SIFAT PRIBADI ORANG MINANG
S
|
alah satu tujuan adat pada umumnya,
adat Minang pada khususnya adalah membentuk individu yang berbudi luhur,
manusia yang berbudaya - berkebudayaan, manusia yang beradab - manusia yang
berperadaban. Dari manusia-manusia yang berperadaban itu diharapkan akan
melahirkan suatu masyarakat yang aman, damai melalui peradaban, sehingga
memungkinkan suatu kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dunia dan akhirat.
Suatu Baldatun Toiyibatun wa Rabbun Gafūr.
Suatu masyarakat yang aman dan damai dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Untuk mencapai masyarakat yang demikian, diperlukan manusia-manusia
dengan sifat-sifat dan watak-watak tertentu. Sifat dan watak yang akan
melahirkan pandangan-pandangan dan perasaan-perasaan yang ideal itu menurut
adat Minang adalah: (1) Hiduik Baraka, Baukua jo Bajangko; (2) Baso Basi – Malu
jo Sopan; (3) Tenggang Raso; (4) Setia (Loyal); (5) Adil; (6) Hemat Cermat; (7)
Waspada dan Siaga; (8) Barani Karano Bana; (9) Arif Bijaksano – Tanggap dan
Sabar; (10) Rajin; (11) Rendah Hati. Masing-masingnya makna dan landasannya
dikupas sebagaimana yang akan diterangkan berikut ini.
(1) Hiduik Baraka, Baukua jo Bajangko
H
|
iduik Baraka, Baukua jo Bajangko, artinya:
hidup berpikir, berukur dan berjangka. Dalam menjalankan hidup dan kehidupan
orang Minang dituntut untuk selalu memakai akal fikirannya. Berukur dan
berjangka artinya harus mempunyai rencana yang jelas dan perkiraan yang tepat.
Kelebihan manusia dari binatang adalah tiga alat vital yang mempunyai
kekuatan besar bila dipakai secara tepat dalam menjalankan hidupnya. Ketiga
alat tersebut adalah otak (‘aql,
akal), otot dan hati (qalb, perasaan
dan kesadaran).
Pengertian peningkatan sumber daya manusia tidak lain dari mengupayakan
sinergi ketiga kekuatan itu untuk memperbaiki hidup dan kehidupannya. Dengan
mempergunakan akal pikiran dan hati dengan baik, manusia antara lain akan
selalu waspada dalam hidup, seperti dalam pepatah berikut:
Dalam
mulo akhia mambayang - Dalam
awal akhir terbayang
Dalam
baiak kanalah buruak - Dalam
baik ingatlah buruk)
Dalam
galak tangieh kok tibo - Dalam
tawa tangis menghadang
Hati
gadang hutang kok tumbuah - Hati
riang hutang tumbuh.
Dengan berpikir jauh kedepan kita dapat meramalkan apa yang bakal
terjadi, sehingga tetap selalu waspada:
Alun
rabah lah ka ujuang - Belum rebah sudah keujung
Alun
pai lah babaliak - Belum
pergi sudah kembali
Alun
di bali lah bajua - Belum dibeli sudah dijual
Alun
dimakan lah taraso - Belum dimakan sudah terasa
Didalam merencanakan sesuatu pekerjaan, dipikirkan lebih dahulu
sematang-matangnya dan secermat-cermatnya. Pendek kata dibuat rencana yang
mantap dan terinci.
Dihawai
sahabih raso - Diraba sehabis rasa
Dikaruak
sahabih gauang - Dikeruk
sehabis lobang
Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, perlu dilakukan sesuai dengan
urutan prioritas yang sudah direncanakan, seperti kata pepatah:
Mangaji
dari alif - Mengaji dari alif
Babilang
dari aso - Berhitung dari satu
Dalam melakukan sesuatu, haruslah mempunyai alasan yang masuk akal dan
bisa dipertanggungjawabkan. Jangan asal berbuat tanpa berpikir.
Mancancang
balandasan - Mencencang berlandasan (talenan,
papan landasan)
Malompek
basitumpu - Melompat bersitumpu
(ada tempat berpijaknya)
Catatan
Penting:
Dalam
melaksanakan suatu tugas bersama, atau dalam suatu organisasi kita tak mungkin
berjalan sendiri-sendiri. Salah satu kelemahan orang Minang adalah kebanyakan
mereka menderita penyakit “excessive individualisme“, penyakit susah
diatur, merasa lebih super dari orang lain, karenanya dihinggapi penyakit “pantang
taimpik – pantang terhempit
(merasa mau dihimpit orang saja, padahal belum tentu atau tidak begitu)”.
Struktur
organisasi di abad ke XXI ini, baik organisasi pemerintah, angkatan bersenjata,
organisasi sosial, maupun organisasi perusahaan mempunyai struktur piramida,
lancip ke atas.
Struktur
organisasi yang semacam ini, memaksa orang-orang dalam formasi yang
berlanggo-langgi, atau bertingkat-tingkat. Ada yang disebut bawahan dan ada
atasan, ada yang memerintah dan ada pula yang harus menjalankan perintah.
Orang
Minang awam (tapi merasa tidak awam, orang yang belum berpendidikan yang
semestinya) kebanyakan belum dapat menyesuaikan diri dengan pola kemasyarakatan
yang baru ini.
Apalagi
bila dalam organisasi itu hanya balego
awak samo awak. Dalam kondisi yang demikian, akan berlaku pameo “Iyo kan
nan kato beliau (urang), tapi lakukan nan diawak”. Inilah agaknya salah satu
sebab kenapa diabad XXI ini kebanyakan orang-orang awam Minang sudah jarang
yang menonjol dipentas nasional, tidak seperti dulu.
Kalau
ada yang menonjol satu dua, maka yang duduk menjadi bawahannya, mungkin sekali,
bukan orang Minang. Mari kita koreksi diri kita masing-masing. Padahal ajaran
adat tidak begitu.
Pelajari
Kembali Ajaran Adat:
Mari kita pelajari kembali ajaran adat
kita yang menyebutkan sebagai berikut:
Bajalan
ba nan tuo -Berjalan
dengan yang tua (karena pengalamannya)
Balayie
ba nakhodo - Berlayar
ber-nakhoda (mesti ada yang pemimpin)
Bakata
ba nan pandai - Berkata
dengan yang pandai (karena sudah berilmu dan berpengalaman)
Padahal pepatah diatas mengisyaratkan
bahwa nenek moyang kita lebih memahami pola organisasi modern dibandingkan
kita. Renungkanlah.
Masih bayak diantara kita yang belum punya cita-cita hidup yang jelas.
Tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam hidup ini. Namun ada juga yang punya
cita-cita, tetapi tidak tahu bagaimana cara yang harus ditempuh untuk mencapai
cita-cita itu. Tidak ada jalan pintas yang sebenarnya, melainkan ada
urutan-urutannya seperti dari bawah ke
atas, dari sedikit baru banyak, dari kecil baru besar, dari jatuh baru bangun, baru tahu setelah belajar.
Nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu sudah tahu apa yang ingin
dicapainya dalam hidup ini, dan sudah tahu pula cara apa yang harus ditempuh
untuk mencapai cita-cita itu. Cobalah kita cermati pepatah berikut:
Nak
kayo kuek mancari - Ingin
kaya, bekerja keraslah
Nak
tuah bertabur urai - Ingin
tuah, bertabur hartalah
Nak
muliai tapeki janji - Ingin
mulia, tepati janji
Nak
namo tinggakan jaso - Ingin
nama, berjasalah
Nak
pandai kuek baraja - Ingin
pandai, rajinlah belajar
Salah satu syarat untuk bisa diterima dalam pergaulan ialah bila kita
dapat membaca perasaan oang lain secara tepat. Dalam zaman modern hal ini kita
kenal dengan ilmu empathi, yaitu dengan mencoba mengandaikan kita sendiri dalam
posisi orang lain.
Bila kita berhasil menempatkan diri dalam posisi orang lain, maka tidak
mungkin kita akan memaksakan keinginan kita kepada orang lain. Dengan cara ini
banyak konflik batin yang dapat dihindari. Pepatah mengajarkan dengan tepat
sebagai berikut:
Elok
dek awak - Yang elok menurut kita
Katuju dek urang - (Namun juga) disukai orang lain
Segala sesuatu yang munurut pikiran sendiri adalah baik, belum tentu
dianggap baik pula oleh orang lain. Kacamata yang dipakai mungkin sekali
berbeda, sehingga pendapatpun berbeda pula. Kepala sama hitam, pikiran
berbeda-beda.
Nenek moyang orang Minang, sebelum ilmu manajemen berkembang di tanah
air sejak tahun 1950-an yang lalu, telah lama meyakini bahwa “perencanaan yang
matang” adalah salah satu unsur yang sangat penting untuk terlaksananya suatu
pekerjaan. Pepatah berikut meyakini kita akan kebenarannya:
Balabieh
ancak-ancak - Berlebihan
berarti ria
Bakurang
sio-sio - Kalau kurang sia-sia
Diagak
mangko diagieh - Dihitung
dulu baru dibagi
Dibaliek mangko dibalah - Dibalik dulu baru dibelah
Bayang-bayang sepanjang badan - Beban jangan lebih dari kemampuan
Nan babarieh nan dipahek - Yang berbaris yang dipahat (pedoman keteraturan)
Nan baukue nan dikabuang - Yang diukur yang dipotong
Jalan nan luruih nan ditampuah - Jalan lurus yang ditempuh
Labuah
pasa nan dituruik - Jalan
yang lazim yang dituruti
Di
garieh makanan pahat - Digaris
makanan pahat (Yang jelas yang dikerjakan)
Di
aie lapehkan tubo - Di
air lepaskan racun
Tantang
sakik lakek ubek - Ditempat
yang sakit diberi obat
Luruih
manantang barieh adat - Lurus
menentang berhias adat
(2) Baso Basi – Malu jo Sopan
A
|
dat Minang mengutamakan sopan santun
dalam pergaulan. Budi pekerti yang tinggi menjadi salah satu ukuran martabat
seseorang. Etika menjadi salah satu sifat yang harus dimiliki oleh setiap
individu Minang. Artinya perilaku baik yang disenangi orang.
Adat Minang menyebutkan sebagai
berikut:
Nan
kuriak iyolah kundi - Yang
burik ialah kundi
Nan
merah iyolah sago - Yang
merah ialah sega
Nan
baiak iyolah budi - Yang
baik ialah berbudi
Nan
indah iyolah baso - Yang
indah ialah basa (basi)
Kuek
rumah dek sandi - Kuatnya
rumah karena ada penopangnya
Rusak
sandi rumah binaso - Rusak
penopang rumah binasa
Kuek
bangso karano budi -
Kuatnya bangsa karena budi
Rusak
budi bangso binaso - Rusak
budi (aturan) bangsa binasa
Adat Minang sejak berabad-abad yang lalu telah memastikan, bila
moralitas suatu bangsa sudah rusak, maka dapat dipastikan suatu waktu kelak
bangsa itu akan binasa. Akan hancur lebur ditelan sejarah.
Adat Minang mengatur dengan jelas tata kesopanan dalam pergaulan. Kita
tinggal mengamalkannya. Pepatah menyebutkan sebagai berikut:
Nan
tuo dihormati - Yang
tua dihormati
Nan
ketek disayangi - Yang
kecil disayangi
Samo
gadang bawo bakawan -
Sama besar bawa berkawan
Ibu
jo bapak diutamakan - Ibu
dan ayah diutamakan
Budi pekerti adalah salah satu sifat yang dinilai tinggi oleh adat
Minang. Begitu pula rasa malu dan sopan santun, termasuk sifat-sifat yang
diwajibkan dipunyai oleh orang-orang Minang. Pepatah Minang memperingatkan:
Dek
ribuik rabahlah padi - Karena
ribut rebahlah padi
Di
cupak Datuak Tumangguang - Di
cupak Datuk Tumenggung
Rarak
kaliki dek binalu - Gugur
Keliki karena benalu
Tumbuah
sarumpun ditapi tabek - Tumbuh
serumpun di tepi kolam
Hiduik
kok tak babudi - Hidup
kalau tak berbudi
Duduak
tagak kamari cangguang - Duduk
berdiri serba canggung
Kalau
habih raso jo malu - Kalau
habis rasa dan malu
Bak
kayu lungga pangabek - Bagaikan
kayu longgar pengikat
Kehidupan yang aman dan damai, menjadi idaman Adat Minang. Karena itu
selalu diupayakan menghindari kemungkinan timbulnya perselisihan dalam
pergaulan. Budi pekerti yang baik, sopan santun (basa basi) dalam pergaulan
sehari-hari diyakini akan menjauhkan kita dari kemungkinan timbulnya sengketa.
Budi perkerti yang baik akan selalu dikenang orang, kendatipun sudah putih
tulang di dalam tanah. Seperti pepatah menyebutkan sbb:
Pucuak
pauah sadang tajelo - Pucuk
pauh sedang terjela
Panjuluak
bungo linggundi - Penjuluk
bunga linggundi
Nak
jauah silang sangketo - Supaya
jauh silang sengketa
Pahaluih
baso jo basi - Perhalus
basa basi (budi pekerti)
Pulau
pandan jauah ditangah - Pulau
pandan jauh di tengah
Dibaliak
pulau angso duo - Dibalik
pulau angsa dua
Hancua
badan di kanduang tanah - Hancur
badan dikandung tanah
Budi
baiak takana juo - Budi
baik terkenang juga
Nak
urang koto ilalang - Anak
orang koto Hilalang
Nak
lalu ka pakan baso - Mau
lewat ke pekan Baso
Malu
jo sopan kok lah ilang - Malu
dan sopan kalau sudah hilang
Habihlah
raso jo pareso - Habislah
rasa dan periksa (Tak ada rasa introspeksi)
(3) Tenggang Rasa
P
|
erasaan manusia halus dan sangat peka.
Tersinggung sedikit dia akan terluka, perih dan pedih. Pergaulan yang baik,
adalah pergaulan yang dapat menjaga perasaan orang lain. Kalau sampai perasaan
terluka, bisa membawa bencana. Karena itu adat mengajarkan supaya kita selalu
berhati-hati dalam pergaulan, baik dalam ucapan, tingkah laku maupun perbuatan
jangan sampai menyinggung perasaan orang lain. Tenggang rasa salah satu sifat yang
dianjurkan adat. Pepatah memperingatkan sebagai berikut:
Bajalan
paliharo kaki – Berjalan
pelihara kaki
Bakato
paliharo lidah – Berkata
pelihara lidah
Kaki
tataruang inai padahannyo –
Lidah
tataruang ameh padahannyo – Lidah
tertarung emas imbuhannya
Bajalan
salangkah madok suruik – Berjalan
selangkah, lihat kebelakang
Kato
sapatah dipikian - Kata
sepatah dipikirkan
Nan
elok dek awak katuju dek urang
Lamak
dek awak lamak dek urang
Sakik
dek awak sakik dek urang
Artinya:
Yang
baik menurut kita, harus juga disukai orang lain
Yang
enak menurut kita, harus juga enak menurut orang
Kalau
sakit bagi kita, sakit pula bagi orang
(4) Setia (loyal)
Y
|
ang dimaksud dengan setia adalah teguh
hati, merasa senasib dan menyatu dalam lingkungan kekerabatan. Sifat ini
menjadi sumber dari lahirnya sifat setia kawan, cinta kampung halaman, cinta
tanah air, dan cinta bangsa. Dari sini pula berawal sikap saling membantu,
saling membela dan saling berkorban untuk sesama. Pepatah menyebutkan sbb:
Malompek
samo patah - Melompat sama patah
Manyarunduak
samo bungkuak - Menyerunduk
sama bungkuk
Tatungkuik
samo makan tanah - Tertelungkup
sama makan tanah
Tatilantang
samo minun aia - Tertelantang
sama minun air
Tarandam
samo basah - Terendam sama basah
Rasok
aia pulang ka aia - Resapan
air kembali ke air
Rasok
minyak pulang ka minyak - Resapan
minyak kembali ke minyak
Bila terjadi suatu konflik dengan orang luar terhadap dunsanak (kerabat,
anggota keluarga), maka orang Minang akan memihak pada dunsanaknya. Dalam
kondisi semacam ini, orang Minang fanatik akan keminangannya sebagaimana orang
barat menyebutkan “Right or wrong is my
country”. Orang Minang “barajo ka nan bana”, dalam situasi seperti itu ia
benar. Ia mesti mempertahankan hak diri atau hidup dunsanak. Memihak seperti
ini, karena orang Minang merupakan kesatuan dari dunsana-dunsana. Pepatah adat
mengajarkan sbb:
Adat
badunsanak, dunsanak patahankan.
Adat
bakampuang, kampuang patahankan.
Adat
banagari, nagari patahankan.
Adat
babangso, bangso patahankan.
Artinya:
Adat
bersaudara, saudara dipertahankan
Adat
berkampung, kampung dipertahankan
Adat
bernegeri, negeri dipertahankan
Adat
berbangsa, bangsa dipertahankan
Parang
ba suku samo dilipek
Parang
samun samo dihadapi
Artinya:
Perang
antar suku sama disimpan
Perang
terhadap penjahat sama dihadapi
Dengan sifat setia dan loyal semacam
ini, pengusaha Minang sebenarnya lebih dapat diandalkan menghadapi era
globalisasi, karena kadar “nasionalisme”nya tidak perlu diragukan.
(5) Adil
A
|
dil maksudnya mengambil langkah sikap
yang tidak berat sebelah, dan berpegang teguh pada kebenaran. Bersikap adil
semacam ini, sangat sulit dilaksanakan bila berhadapan dengan dunsanak sendiri.
Satu dan lain hal karena adanya pepatah adat yang lain yang berbunyi “Adat
dunsanak, dunsanak dipatahankan”. Adat Minang mengajarkan sbb:
Maukua
samo panjang.
Tibo
dimato indak dipiciangkan.
Tibo
diparuik indak dikampihkan.
Tibo
didado indak dibusuangkan.
Mandapek
samo balabo.
Kahilangan
samo marugi.
Maukua
samo panjang.
Mambilai
samo laweh.
Baragiah
samo banyak.
Bakati
samo barek.
Gadang
kayu gadang bahannyo.
Kecil
kayu kecil bahannya (andilnya)
Nan
ado samo dimakan.
Nan
indak samo dicari.
Hati
gajah samo dilapah.
Hati
tungau samo dicacah.
Gadang
agiah baumpuak.
Ketek
agiah bacacah.
(Kata-kata “dimata, diperut, didada
dalam hal ini artinya bila masalah itu menyangkut dunsanak kita sendiri).
(6) Hemat Cermat
M
|
aksud dari kata hemat dan cermat adalah
berbuat tidak boros sehingga tekor. Dalam bahasa moderennya efisien, karena
melakukan sesuatu dengan cermat (tepat). Dengan itu tidak ada atau mengurangi
biaya atau pekerjaan yang percuma. Menggunakan waktu yang baik karena “time is
money” kata orang barat. Atau “waktu itu adalah pedang”. Waktu hilang, tak
terganti. Juga semua berguna, tapi pada tempatnya (karena keadaan atau
keahliannya). Pepatah adat menyebutkan sbb:
Manusia
Nan
buto pahambuih saluang
Nan
pakak palapeh badia
Nan
patah pangajuik ayam
Nan
lumpuah paunyi rumah
Nan
binguang kadisuruah-suruah
Nan
buruak palawan karajo
Nan
kuek paangkuik baban
Nan
tinggi jadi panjuluak
Nan
randah panyaruduak
Nan
pandai tampek batanyo
Nan
cadiak bakeh baiyo
Nan
kayo tampek batenggang
Nan
rancak palawan dunia
Tanah
Nan
lereng tanami padi
Nan
tunggang tanami bambu
Nan
gurun jadikan parak
Nan
bancah jadikan sawah
Nan
padek ka parumahan
Nan
munggu jadikan pandam
Nan
gauang ka tabek ikan
Nan
padang tampek gubalo
Nan
lacah kubangan kabau
Nan
rawan ranangan itiak
Kayu
Nan
kuek ka tunggak tuo
Nan
luruih ka rasuak paran
Nan
lantiak ka bubungan
Nan
bungkuak ka tangkai bajak
Nan
ketek ka tangkai sapu
Nan
satampok ka papan tuai
Rantiangnyo
ka pasak suntiang
Abunyo
pamupuak padi
Bambu
Nan
panjang ka pambuluah
Nan
pendek ka parian
Nan
rabuang ka panggulai
Sagu
Sagunyo
ka baka huma
Ruyuangnyo
ka tangkai bajak
Ijuaknyo
ka atok rumah
Pucuaknyo
ka daun paisok
Lidinyo
ka jadi sapu
(7) Waspada dan Siaga
W
|
aspada artinya berjaga-jaga jangan
sampai ada yang dapat mengganggu, merugikan, merusak, mengagalkan, yang
ujung-ujungnya tujuan atau rencana tidak tercapai karena ada gangguan-ganguan
seperti bencana alam, listrik padam, ada kerusuhan sosial, yang bisa timbul
dari luar dan dari dalam. Sifat waspada dan siaga (berjaga-jaga, antisipasi)
termasuk sifat yang dianjurkan adat Minang seperti sbb:
Maminteh
sabalun anyuik
Malantai
sabalun lapuak
Ingek-ingek
sabalun kana.
Sio-sio
nagari alah
Sio-sio
utang tumbuah
Siang
dicaliak-caliak
Malam
didanga-danga
(8) Berani Karena Benar
I
|
slam mengajarkan kita untuk mengamalkan
“amar
ma’ruf, nahi munkar”
yang artinya menganjurkan orang supaya berbuat baik, dan mencegah orang berbuat
kemungkaran.
Menyuruh orang berbuat baik adalah mudah. Tapi melarang orang berbuat
mungkar, mengandung resiko sangat tinggi. Bisa-bisa nyawa menjadi taruhan.
Untuk bertindak menghadang kemungkaran seperti ini, memerlukan keberanian.
Adat Minang dengan tegas menyatakan bahwa orang Minang harus punya
keberanian untuk menegakkan kebenaran. Berani karena benar. Pepatahnya adalah
sbb:
Kok dianjak urang pasupadan
Kok
dialiah urang kato pusako
Kok
dirubah urang Kato Daulu
Jan
cameh nyawo malayang
Jan
takuik darah taserak
Asakan
lai dalam kabanaran
Basilang
tombak dalam parang
Sabalun
aja bapantang mati
Baribu
sabab mananti
Namun
mati hanyo sakali
Aso
hilang duo tabilang
Bapantang
suruik di jalan
Asa
lai angok-angok ikan
Asa
lai jiwo-jiwo sipatuang
Namun
nan bana disabuik juo
Sekali kato rang lalu
Anggap angin lalu sajo
Duo kali kato rang lalu
Anggap garah samo gadang
Tigo kali kato rang lalu
Jan takuik darah taserak
(9) Arif Bijaksana, Tanggap dan Sabar
● Orang yang arif bijaksana, adalah
orang yang dapat memahami pandangan orang lain. Dapat mengerti apa yang
tersurat dan yang tersirat. ● Tanggap artinya mampu menangkis setiap bahaya
yang bakal datang. ● Sabar artinya mampu menerima segala cobaan dengan dada
yang lapang dan mampu mencarikan jalan keluar dengan pikiran yang jernih.
Ketiga sifat ini termasuk yang dinilai
tinggi dalam adat Minang, seperti kata pepatah berikut:
Tahu
dikilek baliuang nan ka kaki
Kilek
camin nan ka muka
Tahu
jo gabak diulu tando ka ujan
Cewang
di langik tando ka paneh
Ingek
di rantiang ka mancucuak
Tahu
didahan ka maimpok
Tahu
diunak kamanyangkuik
Pandai
maminteh sabalun anyuik
Begitulah adat Minang menggambarkan
orang-orang yang arif bijaksana dan tanggap terhadap masalah yang akan
dihadapi.
Orang-orang yang sabar diibaratkan oleh
pepatah sbb:
Gunuang biaso timbunan kabuik
Lurah biaso timbunan aia
Lakuak biaso timbunan sarok
Lauik biaso timbunan ombak
Nan hitam tahan tapo
Nan putiah tahan sasah
Di sasah bahabih aia
Dikikih bahabih basi
(10) Rajin
S
|
ifat yang lain yang pantas dipunyai
orang Minang menurut adat adalah rajin. Dia tidak malas, tidak berpangku tangan.
Melainkan aktif bukan pasif. Dia berinisiatif dan ambil bagian dalam setiap
kegiatan. Kalau pun belum tahu atau tidak pasti masih samar, dia belajar dan
bertanya. Seperti kata pepatah berikut ini:
Kok
duduak marawuik ranjau
Tagak
maninjau jarah
Nak
kayo kuek mancari
Nak
pandai kuek baraja
(11) Rendah hati
M
|
ungkin lebih dari separoh orang Minang
hidup dirantau. Hidup dirantau artinya hidup sebagai minoritas dalam lingkungan
mayoritas suku bangsa lain. Mereka yang merantau ke Jakarta, mungkin kurang
merasakan sebagai kelompok minoritas. Tapi mereka yang merantau ke Bandung,
Semarang, Malaysia, Australia, Eropa, Amerika mereka hidup ditengah-tengah
orang lain yang berbudaya lain. Bagaimana perantau Minang harus bersikap? Adat
Minang memberi pedoman sbb:
Kok
manyauak di hilie-hilie
Kok
mangecek dibawah-bawah
Tibo
dikandang kambiang mangembek
Tibo
dikandang kabau manguak
Dimano
langik dijunjuang
Disinan
bumi dipijak
Disitu
rantiang di patah
Ini berarti sebagai perantau yang hidup dalam lingkungan budaya lain,
maka kita sebagai kelompok yang minoritas harus tahu diri dan pandai
menempatkan diri. Baris pertama diatas tidak berarti kita harus merasa rendah
diri, tetapi justru berarti kita orang yang tahu diri sebagai pendatang.
Bila dalam beberapa saat kita bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan,
malah bisa jadi orang teladan dan tokoh masyarakat dilingkungan baru. Pada saat
itu dia tidak perlu lagi “manyauak di hilie-hilie” malah mungkin menjadi
“disauakkan dihulu-hulu”, didahulukan selangkah, ditinggikan
seranting, diangkat menjadi pemimpin bagaikan penghulu dilingkungannya.
Demikianlah yang dapat kami sajikan untuk dunsana, handai tauladan dan
kerabat lainnya yang basamandokan orang Minang, kawan sekerja, teman sekantor
dan berorganisasi lintas suku bangsa, dan Minang Diaspora lainnya dalam berbagi
pengetahuan dan pengalaman. Billahit
Taufiq wal-Hidayah. □ AFM
Kembali ke:
Falsafah Adat Minangkabau 1
Bahan
penulisan dari:
Adat
Minangkabau Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang
melalui blog
makmurefendi.wordpress.com/falsafahadatminangkabau