Friday, September 2, 2016

Siapakah Wali Allah Itu?






SIAPA WALI ALLAH ITU?


“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak  bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (QS Yūnus 10:62-63)


S
iapakah sebenarnya wali Allah itu? Apa batasan wali Allah, dan bagaimana caranya bisa menjadi wali Allah? Ketika disebut kata wali, yang terbayang di benak sebagian besar kaum muslimin adalah orang yang memiliki banyak ‘karamah’, mulai kemampuan bisa terbang, berjalan di atas air, jum’atan di Masjidil Haram sementara orangnya di Indonesia, shalat di atas pelepah pisang, bisa mengobati orang sakit, memahami berbagai bahasa di seluruh dunia, weruh sak durunge winarah (tahu sebelum diberi tahu) dan seambreg anggapan-anggapan sakti lainnya. Atau bisa dsimpulkan, mereka menganggap wali itu sama dengan orang sakti.

Tidak heran, jika ada di antara kiyai fasiq yang berlumuran dengan dosa dan maksiat, namun mereka menyebutnya sebagai wali, karena dia memiliki kesaktian. Sebaliknya, orang yang taat dan ikhlas dalam beribadah, namun karena tidak memiliki kesaktian, status kewaliannya diragukan.

Pemahaman ini, menjadikan sebagain besar kaum muslimin tidak bisa membedakan siapakah wali Allah dan siapakah yang bukan wali Allah (baca: wali setan). Karena, bagi mereka standar wali adalah ‘karamah’ (baca: kesaktian). Tanpa memperhatikan dari mana sumber karamah itu berasal. Akibatnya mereka mensikapi ‘wali-wali Allah’ (sebenarnya) sebagai musuh, sebagaimana sikap mereka terhadap (yang dikatakannya) setan. Sebaliknya ‘wali-wali setan’ disikapi sebagaimana orang shaleh layaknya wali Allah, karena dia punya banyak kesaktian.


Pengertian Wali Allah

Secara bahasa kata al-walī berasal dari kata dasar al-walāyah yang artinya cinta dan kedekatan. Lawan kata dari kata al-walāyah adalah al-‘adāwah yang artinya permusuhan. Orang yang taat kepada Allah disebut wali Allah, karena kedekatannya dengan Allah melalui ibadah yang dia lakukan dan ketundukannya untuk berusaha mengikuti semua aturan Sang Pencipta.

Allah Ta’ālā telah menjalaskan batasan, siapakah wali Allah Ta’ālā yang sesungguhnya. Dalam al-Qur’an Surah Yūnus ayat 62-63, Allah telah menjelaskan definisi ‘wali Allah’ yang artinya:

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak  bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (QS Yūnus 10:62-63)

Berdasarkan kriteria yang disebutkan dalam ayat di atas, Imam Abu Ja’far At-Thahawi memberikan sebuah kaidah:

“Setiap mukmin adalah wali Allah. Dan wali yang paling mulia di sisi Allah adalah wali yang paling taat dan paling mengikuti Al-Qur’an. (Aqidah Thahawiyah).

Ketika menafsirkan ayat ini, Ibn Katsir mengatakan:

“Allah mengabarkan bahwa wali-wali-Nya adalah setiap orang yang beriman dan bertaqwa. Sebagaimana yang Allah jelaskan. Sehingga setiap orang yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah.” (Tafsir Ibn Katsir, 4/278).

Berdasarkan definisi yang disebutkan pada ayat di atas serta beberapa keterangan ulama, dapat disimpulkan bahwa: Wali Allah adalah setiap hamba Allah yang beriman kepada-Nya dan melaksanakan konsekwensi imannya dengan melakukan ketaatan kepada-Nya. Kedekatannya dengan Allah sebanding dengan kedaan iman yang ada pada dirinya.

Setiap mukmin, berpeluang untuk bisa menjadi wali Allah. Selama dia berusaha berjuang untuk menjadi mukmin yang taat, mengikuti ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasul sebagaimana yang didakwahkan para sahabat.

Sekali lagi kami tekankan bahwa ‘wali Allah’ sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesaktian, karamah maupun kejadian-kejadian luar biasa lainnya. Allāhu A’lam bish-Shawab. □  [Ustadz Ammi Nur Baits]


Sumber:
https://konsultasisyariah.com/20126-siapakah-wali-allah-itu.html □□