SIAPA WALI ALLAH
ITU?
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut
pada mereka dan mereka tidak bersedih
hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (QS Yūnus
10:62-63)
S
|
iapakah sebenarnya wali Allah itu? Apa batasan
wali Allah, dan bagaimana caranya bisa menjadi wali Allah? Ketika
disebut kata wali, yang terbayang di benak sebagian besar kaum muslimin adalah
orang yang memiliki banyak ‘karamah’, mulai kemampuan bisa terbang, berjalan di
atas air, jum’atan di Masjidil Haram sementara orangnya di Indonesia, shalat di
atas pelepah pisang, bisa mengobati orang sakit, memahami berbagai bahasa di
seluruh dunia, weruh
sak durunge winarah (tahu sebelum diberi
tahu) dan seambreg
anggapan-anggapan sakti lainnya. Atau bisa dsimpulkan, mereka menganggap wali
itu sama dengan orang sakti.
Tidak heran, jika ada di antara kiyai fasiq yang berlumuran dengan dosa dan
maksiat, namun mereka menyebutnya sebagai wali, karena dia memiliki kesaktian.
Sebaliknya, orang yang taat dan ikhlas dalam beribadah, namun karena tidak
memiliki kesaktian, status kewaliannya diragukan.
Pemahaman ini, menjadikan sebagain besar kaum
muslimin tidak bisa membedakan siapakah wali Allah dan siapakah yang bukan wali
Allah (baca: wali setan). Karena, bagi mereka standar wali adalah ‘karamah’
(baca: kesaktian). Tanpa memperhatikan dari mana sumber karamah itu berasal. Akibatnya mereka mensikapi ‘wali-wali Allah’ (sebenarnya) sebagai
musuh, sebagaimana sikap mereka terhadap (yang dikatakannya) setan. Sebaliknya ‘wali-wali
setan’ disikapi sebagaimana orang shaleh layaknya wali Allah, karena dia punya
banyak kesaktian.
Pengertian Wali Allah
Secara bahasa kata al-walī berasal dari kata dasar al-walāyah
yang artinya cinta dan kedekatan. Lawan kata dari kata al-walāyah adalah al-‘adāwah
yang artinya permusuhan. Orang yang taat kepada
Allah disebut wali Allah, karena kedekatannya dengan Allah melalui ibadah yang
dia lakukan dan ketundukannya untuk berusaha mengikuti semua aturan Sang
Pencipta.
Allah Ta’ālā
telah menjalaskan batasan, siapakah wali Allah Ta’ālā yang sesungguhnya. Dalam al-Qur’an Surah Yūnus ayat 62-63,
Allah telah menjelaskan definisi ‘wali Allah’ yang artinya:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut
pada mereka dan mereka tidak bersedih
hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” (QS Yūnus 10:62-63)
Berdasarkan kriteria yang disebutkan dalam ayat
di atas, Imam Abu Ja’far At-Thahawi memberikan sebuah kaidah:
“Setiap mukmin adalah wali Allah. Dan wali yang paling mulia di
sisi Allah adalah wali yang paling taat dan paling mengikuti Al-Qur’an. (Aqidah
Thahawiyah).
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibn Katsir
mengatakan:
“Allah mengabarkan bahwa wali-wali-Nya adalah setiap orang yang
beriman dan bertaqwa. Sebagaimana yang Allah jelaskan. Sehingga setiap orang
yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah.” (Tafsir Ibn Katsir, 4/278).
Berdasarkan definisi yang disebutkan pada ayat
di atas serta beberapa keterangan ulama, dapat disimpulkan bahwa: Wali Allah adalah setiap hamba Allah yang beriman
kepada-Nya dan melaksanakan konsekwensi imannya dengan melakukan ketaatan
kepada-Nya. Kedekatannya dengan Allah sebanding dengan kedaan iman yang ada
pada dirinya.
Setiap mukmin, berpeluang untuk bisa menjadi
wali Allah. Selama dia berusaha berjuang untuk menjadi mukmin yang taat,
mengikuti ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasul sebagaimana yang didakwahkan
para sahabat.
Sekali lagi kami tekankan bahwa ‘wali Allah’
sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesaktian, karamah maupun
kejadian-kejadian luar biasa lainnya. Allāhu
A’lam bish-Shawab. □ [Ustadz Ammi Nur Baits]
Sumber:
https://konsultasisyariah.com/20126-siapakah-wali-allah-itu.html
□□