Yarfa’ilLāhul
ladzīna āmanū minkum walladzīna ūtul’ilma darajāt.
Artinya:
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. [QS Al-Mujādalah 58:11]
IBNU KHALDUN
PEMIKIR MUSLIM YANG MENDUNIA
D
|
unia mungkin belum tahu betapa berharganya
warisan ilmu-ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh Kaum Muslimin. Bahkan agaknya
banyak yang tak menyangka bahwa prinsip-prinsip pengetahuan modern itu
ditemukan lewat kecemerlangan pemikiran Ilmuwan Muslim. Untuk masa itu, ilmu
mereka dapat dikatakan telah melampaui batas zamannya. Berikut adalah
kontribusi Ibnu Khaldun, Pemikir Muslim Yang Mendunia.
Dialah penulis buku yang melegenda, Al-Muqaddimah Ilmuan besar yang terlahir
di Tunisia pada 27 Mei 1332 M atau 1 Ramadhan 732 H itu memiliki nama lengkap
Waliuddin Abdurrahman bin Muhammad Ibnu Khaldun Al-Hadrami Al-Ishbili. Nenek
moyangnya berasal dari Hadramaut (Yaman) yang berimigrasi ke Sevilla (Spanyol
Al-Andalus) pada abad ke-8 M, setelah semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugis)
itu dibebaskan oleh tentara Islam.
Keistimewaan Buku Al-Muqaddimah Ibnu
Khaldun
T
|
idak banyak tokoh yang memiliki penguasaan ilmu
pengetahuan multidisipliner seperti al-Allamah
Ibnu Khaldun alias Abdul Rahman bin Muhammad bin Khaldun (1332-1406). Ini
ditunjukkan oleh karya-karyanya, antara lain: Kitab al-'Ibrar, wa Diwan al-Mubtada' wa al-Khabar, fi Ayyam al-'Arab wa
al-'Ajam wa al-Barbar, wa man Ashruhum min Dzawi al-Sulthan al-Akbar (Kitab
Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir yang mencakup
Peristiwa politik tentang Orang-orang Arab, Non-Arab, dan Barbar serta
Raja-raja Besar yang Semasa Dengan Mereka). Buku ini kemudian dikenal dengan
nama kitab al-'Ibrar. Namun uniknya,
pengantar kitab inilah yang justru lebih dikenal luas daripada buku aslinya.
Buku pengantar yang berjudul al-Muqaddimah
ini menjadikan nama Ibnu Khaldun begitu harum.
Proses penulisan buku itu dilakukan
oleh Ibnu Khaldun saat menyepi di Qal’at Ibn Salamah istana yang
terletak di negeri Banu Tajin selama empat tahun. Selama masa kontemplasi itu,
Ibnu Khaldun berhasil merampungkan sebuah karya monumental yang hingga kini
masih tetap dibahas dan diperbincangkan.
"Dalam pengunduran diri inilah saya
merampungkan Al-Muqaddimah, sebuah
karya yang seluruhnya orisinal dalam perencanaannya dan saya ramu dari hasil
penelitian luas yang terbaik," ungkap Ibnu Khaldun dalam biografinya yang
berjudul Al-Ta'rif bi Ibn-Khaldun wa
Rihlatuhu Gharban wa Sharqan. Buah pikir Ibnu Khaldun itu begitu memukau.
Tak heran jika ahli sejarah Inggris, Arnold J. Toynbee menganggap Al-Muqaddimah sebagai karya terbesar
dalam jenisnya sepanjang sejarah.
Menurut Ahmad Syafi’i Ma’arif, salah satu tesis
Ibnu Khaldun dalam Al-Muqaddimah yang
sering dikutip adalah: "Manusia bukanlah produk nenek moyangnya, tapi
adalah produk kebiasaan-kebiasaan sosial." "
“Di tangan Ibnu Khaldun, sejarah menjadi sesuatu
yang rasional, faktual dan bebas dari dongeng-dongeng,” papar Syafi’i Ma’arif.
Bermodalkan pengalamannya yang malang-melintang di dunia politik pada masanya,
Ibnu Khaldun mampu menulis Al-Muqaddimah
dengan jernih. Dalam kitabnya itu, Ibnu Khaldun juga membahas peradaban
manusia, hukum-hukum kemasyarakatan dan perubahan sosial.
Menurut Charles Issawi dalam An Arab Philosophy of History, lewat Al-Muqaddimah, Ibnu Khaldun adalah sarjana pertama yang
menyatakannya dengan jelas, sekaligus menerapkan prinsip-prinsip yang menjadadi
dasar sosiologi. Salah satu prinsip yang dikemukakan Ibnu Khaldun mengenai ilmu
kemasyarakatan (sosiologi) antara lain: "Masyarakat tidak statis,
bentuk-bentuk sosial berubah dan berkembang."
Pemikiran Ibnu Khaldun telah memberi pengaruh
yang besar terhadap para ilmuwan Barat. Jauh, sebelum Aguste Comte, pemikir
yang banyak menyumbang kepada tradisi keintelektualan positivisme Barat metode
penelitian ilmu pernah dikemukakan pemikir Islam seperti Ibnu Khaldun
(1332-1406).
Dalam metodeloginya, Ibnu Khaldun mengutamakan
data empirik, verifikasi teoritis, pengujian hipotesis, dan metode pemerhatian.
Semuanya merupakan dasar pokok penelitian keilmuan Barat dan dunia, saat ini.
“Ibnu Khaldun adalah sarjana pertama yang berusaha merumuskan hukum-hukum
sosial,” papar Ilmuwan asal Jerman, Heinrich Simon.
Keahliannya dalam sosiologi, filasafat, ekonomi,
politik dan budaya, tampak jelas dalam buku ini. Pada saat yang sama, Ibnu
Khaldun juga tampak sangat menguasai ilmu-ilmu keislamannya, ketika menguraikan
tentang ilmu hadits, fiqh, ushul fiqh, dan lainya.
Salah satu teorinya tentang ekonomi, apa yang
disebutkan dengan “Model Dinamika”. Teori tersebut memberikan pandangan jelas
bahwa semua faktor-faktor dinamika sosial, moral, politik, dan ekonomi meski
berbeda, tapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya bagi kemajuan maupun
kemunduran pemerintahan dan masyarakat dalam sebuah wilayah atau negara. Selain
itu, Ibnu Khaldun juga telah menyumbangkan pemikiran tentang teori produksi,
teori nilai, teori pemasaran, dan teori siklus yang dipadu menjadi teori
ekonomi umum yang koheren yang disusun dalam kerangka sejarah.
Dalam soal politik, Ibnu Khaldun mengetengahkan
teori tentang ashabiyah (kesukuan,
ras) sebagai perekat hubungan politik antar warga dalam sebuah negara. Dengan
keluasan wawasan ini, wajar jika ilmuan yang menulis tentang sosok Ibnu
Khladun, antara lain: Spengler yang menulis: Economic Thought of Islam: Ibnu Khaldun; Ahmad Ali menulis: Economic of Ibnu Khaldun - A Selection;
T.B. Irving menulis: Ibn Khaldun on
Agriculture, dan masih banyak lagi literatur lainnya.
Pengaruh Pemikiran Teori Ekonomi Ibnu
Khaldun Bagi Dunia.
S
|
elain sebagai Bapak Ilmu Sosiologi Ibnu Khaldun
juga sebagai Bapak Ilmu Ekonomi. Ibnu Khaldun juga banyak memberi kontribusi
bagi pengembangan ilmu ekonomi. Tak heran, bila dia juga dijuluki sebagai
‘Bapak Ekonomi’. Gagas dan pemikiran tentang ekonomi Ibnu Khaldun telah
mengilhami sejumlah ekonom terkemuka. Empat abad se-telah Ibnu Khaldun
berpulang, pemikirannya tentang ekonomi muncul kembali melalui Adam Smith serta
David Ricardo. Setelah itu, Karl Marx serta John Maynard Keynes juga banyak
menyerap pemikiran Ibnu Khaldun. Salah satu pengaruh pemikiran Ibnu Khaldun
yang diadopsi Karl Marx antara lain, mengenai dialektika yang saling
mempengaruhi antara pemikiran dan dasar material. Selain itu, mengenai beberapa
cara spesifik variabel ekonomi, khususnya dengan peran tenaga kerja dalam
hubungan sosial.
Ibnu Khaldun begitu menghormati tenaga kerja
sebagai salah satu dari dasar utama masyarakat dan diskusi tentang profit
sebagai nilai yang didapat dari pekerjaan manusia. Pemikiran ekonomi Ibnu
Khaldun menggabungkan habblum minallah
dalam kemanusiaan dan habblum minannas.
Ia mendefinisikan ekonomi secara sosial sebagai
aktivitas ekonomi yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dan sebaliknya mereka
mempengaruhinya. Prespektif tersebut digunakan Ibnu Khaldun dalam menganalisis
nilai pekerja manusia, dalam arti mata pencaharian dan stratifikasi ekonomi
sosial. Ibnu Khaldun juga berpendapat bahwa organisasi sosial adalah 'Sesuatu
yang diperlukan' bagi usaha manusia dan keinginannya untuk hidup dan bertahan
hidup 'dengan bantuan makanan'. Untuk mencapai tujuan itu kemampuan individu
orang seorang saja tidaklah cukup.
Dalam Al-Muqaddimah,
Ibnu Khaldun juga memberikan keutamaan, bukan eksklusif, posisi faktor ekonomi
dalam sejarah. Aktifitas intelektual dari manusia, seni dan ilmu pengetahuan,
sikap dan perilaku moralnya, gaya hidup dan selera, standar kehidupan dan adat
didefinisikan oleh Ibnu Khaldun melalui derajat atau tingkat produksi.
Ilmu-ilmu Sosial Dalam Kitab
Muqaddimah Ibnu Khaldun
A
|
l-Muqaddimah, karya
monumental Ibnu Khaldun, seorang ilmuan dan sejarawan agung pada abad ke-14.
Pengaruhnya begitu luar biasa, tidak hanya mewarnai pemikiran di dunai Islam,
namun juga peradaban Barat.
Orang Yunani menyebut karya Ibnu Khaldun itu
sebagai prolegomena (penguraian
kritis). Sejumlah pemikir sepakat bahwa Al-Muqaddimah
adalah karya pertama yang mengkaji filsafat sejarah, sosiologi (ilmu
kemasyarakatan), demografi, histografi serta sejarah budaya. Dr. I. M. Oweiss
dalam karyanya bertajuk "Ibnu Khaldun Adalah Seorang Ekonomian abad
ke-14" menilai bahwa Al-Muqaddimah
adalah buku perintis ekonomi modern.
Buah pikir Ibnu Khaldun itu begitu memukau. Tak
heran, jika ahli sejarah Inggris, Arnold J Toynbee menganggap Al-Muqaddimah sebagai karya terbesar
dalam jenisnya sepenjang sejarah.
Secara garis besar, Tarif Khalidi dalam bukunya
Classical Arab Islam membagi Al-Muqaddimah
menjadi tiga bagian utama. Pertama, membicarakan histografi mengupas
kesalahan-kesalahan para sejarawan Arab-Muslim. Kedua, Al-Muqaddimah mengupas ilmu kultur (culture, kebudayaan). bagi Ibnu Khaldun, ilmu tersebut merupakan
dasar bagi pemahaman sejarah. Ketiga, mengupas lembaga-lembaga dan ilmu-ilmu
keislaman yang telah berkembang sampai abad ke-14. Meski hanya sebagai
pengantar dari buku utamanya yang berjudul al-Ibar,
kenyataannya Al-Muqaddimah lebih
termasyhur.
Pasalnya, seluruh bangunan teorinya tentang ilmu
sosial, kebudayaan, dan sejarah termuat dalam kitab itu. Dalam buku itu Ibnu
Khaldun diantara menyatakan bahwa kajian sejarah haruslah melalui
pengujian-pengujian yang kritis.
''Di tangan Ibnu Khaldun, sejarah menjadi
sesuatu yang rasional, faktual dan bebas dari dongeng-dongeng,” papar Syafi’i
Ma’arif. Bermodalkan pengalamannya yang malang-melintang di dunia politik pada
masanya, Ibnu Khaldun mampu menulis Al-Muqaddimah
dengan jernih. Dalam kitabnya itu, Ibnu Khaldun juga membahas peradaban
manusia, hukum-hukum kemasyarakatan dan perubahan sosial. Menurut Charles
Issawi dalam An Arab Philosophy of
History, lewat Al-Muqaddimah,
Ibnu Khaldun adalah sarjana pertama yang menyatakan dengan jelas, sekaligus menerapkan
prinsip-prinsip yang menjadi dasar sosiologi. salah satu prinsip yang
dikemukakan Ibnu Khaldun mengenai ilmu kemasyarakatan (sosiologi) antara lain,
"Masyarakat tidak statis, bentuk-bentuk sosial berubah dan
berkembang."
Pemikiran Ibnu Khaldun telah memberi pengaruh
yang besar terhadap para ilmuwan Barat. Jauh sebelum Aguste Comte pemikir yang
banyak menyumbang kepada tradisi keintelektualan positivisme Barat, metode
penelitian ilmu pernah dikemukakan pemikir Islam seperti Ibnu Khaldun. Dalam
metodeloginya, Ibnu Khaldun mengutamakan data empirik, verifikasi teoritis,
pengujian hipotesis, dan metode pemerhatian. Semuanya merupakan dasar pokok
penelitian keilmuan Barat dan dunia, saat ini. "Ibnu Khaldun adalah
sarjana pertama yang berusaha merumuskan hukum-hukum sosial." papar Ilmuan
asal Jerman, Heinrich Simon.
Peradaban Menurut Ibnu Khaldun
T
|
anda wujudnya peradaban, menurut Ibnu Khaldun
adalah berkembangnya ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, geometri,
aritmetik, astronomi, optic, kedokteran dsb. Bahkan maju mundurnya suatu
peradaban tergantung atau berkaitan dengan maju mundurnya ilmu pengetahuan.
Jadi substansi peradaban yang terpenting dalam teori Ibnu Khaldun adalah ilmu
pengetahuan. Namun Ilmu Pengetahuan tidak mungkin hidup tanpa adanya komunitas
yang aktif mengembangkannya, karena itu suatu peradaban ada, disebabkan
kesadaran anggota masyarakatnya.
Tanda-tanda lahir dan hidupnya suatu 'peradaban'
itu ada bagi Ibnu Khaldun diantaranya adalah berkembangnya teknologi (tekstil,
pertanian, dan bangunan dengan arsitekturnya), kegiatan ekonomi, tumbuhnya
praktek kedokteran, kesenian seperti kaligrafi, musik, sastra dsb. Di balik
tanda-tanda lahirnya peradaban itu terdapat komunitas yang aktif dan kreatif
menghasilkan ilmu pengetahuam. □ AFM
Sumber:
Dari sumber-sumber lain yang dituliskan dalam
buku “Shalat Membangun Peradaban”, A. Faisal Marzuki, Penerbit Perdana
Perpustakaan IMAAM Center, Silver Spring, Maryland, USA, halaman 206,207,
229-236.□□